Mereka bertiga tidak bisa berhenti tertawa karena apa yang Elea katakan. Jalanan yang agak sepi membuat mereka tidak takut untuk mengeluarkan suara karena tidak banyak yang akan mendengar tawa dan candaan mereka. Setelah beberapa saat mereka masih tertawa namun tidak sebrutal saat baru mendengar lanturannya Elea. Tak berapa lama setelah pembahasan mereka jalanan yang awalnya agak sepi kini berubah, hingga menarik perhatian mereka berempat. Sebab beberapa mobil mewah dan mahal berwarna hitam baru saja melintas menghiasi jalan raya dekat sekolah mereka itu.
Totalnya ada sekitar 10-12 mobil yang melintas dengan kaca tertutup rapat. Hanya ada satu mobil yang berada di tengah-tengah melintas dengan kaca mobil terbuka lebar. Di dalam mobil tersebut terpampang seorang lelaki tampan yang menarik perhatian pejalan kaki di sekitarnya, tak terkecuali Elea, Eve, Lavi & Geya.
Saat melintasi jalan tersebut, pria itu menoleh tanpa sengaja dan melihat Elea serta yang lainnya. Ia awalnya menatap heran dengan wajah datar pada empat orang bersahabat ini, namun setelah Elea melemparkan senyuman manis yang dapat meluluhkan hati ribuan pria bahkan wanita membuat lelaki itu membalas senyuman Elea walau dengan gaya angkuh khas lelaki dingin.
Dengan kecepatan mobil yang dinaiki oleh lelaki tersebut, iapun berlalu dari tatapan para gadis-gadis dari SMA Nenggala ini. Setelah mobil-mobil itu berlalu dan jauh dari mereka membuat mereka melanjutkan pembahasan sambil kembali berjalan menuju rumah masing-masing. Tetapi topik pembicaraannya mereka ganti, dari yang semula membahas kelanjutan hidup mereka setelah lulus SMA kini menjadi pembahasan tentang lelaki tampan yang baru saja melintas di hadapan mereka.
“Kalau di bilang tampan sih emang tampan, tapi senyumannya sangat angkuh” kata Eve membuka topik pembahasan.
“Eve, denger ya model senyuman itu tidak penting mungkin dia seperti itu karena belum mengenal kita. Apa lagi tadi Geya kan saltingnya gak nanggung-nanggung karna jantungnya dah mau copot” Lavi melawan argumen Eve dengan nada julid, karena tidak terima lelaki tampan itu dikatai angkuh.
“Emm, sungguh sangat tidak baik untuk jantung” Geya masih saja salah tingkah dengan ketampanan lelaki tersebut.
“El, menurutmu lelaki tadi bagaimana? Udah bisa masuk list belum?” tanya Lavi mengejek Elea yang sudah terbiasa menolak lelaki tampan karena sangat fokus dengan ambisinya.
“Bisa sih... tapi kamu kan tau Lav, harapan tanpa kepastian itu menyakitkaaaaannnn bangettt.. Jadi, lebih baik gak usah masuk list typical ku” jawab Elea sambil menaik turunkan alisnya, membalas ejekan Lavi.
Perkataan Elea berhasil memberikan skak pada ejekan Lavi, membuat Lavi kesal padahal ia sendiri yang memancing Elea. Sementara Geya dan Eve hanya bisa tersenyum menahan tawa mereka ketika melihat Lavi yang sudah berada di ujung tanduk kekalahannya.
“Iya deh terserah kamu, aku selalu kalah adu argumen kalau sama Nona Eleandra Evalyna Bellse” Lavi pasrah karena sedari tadi dia sudah dibuat begitu kesal dan malah mendapatkan kode mat dari Elea.
“3 – 0 (tiga, kosong)... Yeayy, aku menang lagi melawan Nona Lavina, Hahaha” Elea bersorak atas kemenangannya yang diakhiri dengan tawa. Mendengar apa yang Elea ucapkan membuat Eve dan Geya juga ikut tertawa lepas.
“Yaaa, tertawa aja terus. Lanjutkan tawa kalian, aku mau pulang” ucap Lavi kesal sambil mempercepat jalannya meninggalkan 3 orang sahabatnya.
“Yahh, dia marah guys” ejek Geya.
“Kejar-kejar, jangan sampai dia ngadu” sempat-sempatnya Elea mengejek Lavi lagi.
“Ehh iya, bisa habis kita kalau dia ngadu” timpal Eve sambil tertawa.
Merekapun berlari mengejar Lavi, meskipun Lavi masih agak kesal dengan 3 sahabatnya namun mereka tetap melanjutkan perjalanan pulang bersama.
Di sisi lain, lelaki tampan ini bernama Nicholas Christly Chullen. Lelaki tampan yang memiliki panggilan Nicholas ini sedang berada di mobil dalam perjalan menuju kantor cabangnya yang akan beralih fungsi menjadi kantor utama. Karena ia akan segera memindahkan usahanya ke Indonesia dari Switzerland. Kantornya hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari SMA Nenggala, tak terasa ia sudah sampai di perusahaanya tersebut.
Saat Nick turun dari mobil ada seseorang yang memanggil namanya. “Nick...!” sapa seorang lelaki bernama Arkha. Arkha adalah teman sekaligus tangan kanan Nicholas, ia sangat setia dengan Nicholas dan tidak pernah berkhianat. Nick adalah panggilan akrab dari Nicholas, setelah mendengar Arkha memanggil namanya lelaki tampan ini langsung berjabat tangan dengan Arkha menggunakan gaya khas mereka berdua.
Selesai berjabat tangan mereka berdua berjalan berdampingan menuju kantor milik Nick. Nicholas yang dikenal memiliki sikap dingin, berjalan di lorong kantor di hadapan karyawan dengan wajah datar dinginnya, begitupun dengan Arkha. Mereka berdua memiliki wajah dingin khas masing-masing, meskipun begitu ketika dua tubuh kekar ini berjalan melewati para karyawan mereka tetap berhasil mencuri pandang dan meluluhkan hati kaum hawa yang hadir di kantor ini. Nick dan Arkha berjalan menuju ruang kerja pribadi milik Nick.
Saat tiba di ruang kerja pribadi milik Nick, kedua lelaki tampan ini langsung duduk berhadapan di meja kerja milik Nick, sudah seminggu mereka berdua tidak bertemu karena disibukkan dengan pemindahan kekuasaan dari perusahaan milik Nick. Arkha yang sangat setia dengan tuan serta sahabatnya ini rela membuang banyak waktu demi membantu Nick, mereka berdua selalu bersama sejak masih remaja.
Nasib hidup mereka yang buruk mempertemukan dan menyatukan mereka dalam ikatan persahabatan, membuat mereka bagaikan saudara kandung karena mereka berdua sudah tidak memiliki keluarga lagi. Mereka hidup sebatang kara, namun untungnya mereka masih memiliki satu sama lain, membuat mereka memiliki alasan untuk tetap hidup dan bertahan bersama.
“Kejadian di masa lampau itu terus-menerus menghantuiku. Terkadang aku masih tidak bisa tidur karena mengingatnya” ucap Arkha yang tiba-tiba mengingat masa lalunya.
“Kejadian itu memang telah berlalu namun rasa sakitnya masih ada. Tunggulah waktu yang tepat maka kita akan membalaskan semua rasa sakit itu” Nick memberitahu Arkha yang sedang sedih, ia membangkitkan kembali semangat Arkha untuk tetap hidup.
Arkha menghela nafasnya kasar mendengar perkataan Nick. “Oh iya, kamu meminta kami mengurus perpindahan perusahaan ke negara ini dengan alasan apa?” tanya Arkha yang belum mengetahui alasan Nick untuk pindah ke negara asal mereka.
“Aku mendapat kabar tentang Efely, menurut informasi itu ia sudah kembali ke Indonesia setelah beberapa tahun tinggal di negara lain” jawab Nick jujur.
“Baguslah, mungkin kau bisa mengobati rasa rindu mu pada perempuan itu. Aku sungguh iri padamu” timpal Arkha. “Em, aku harus pergi sekarang, ada beberapa pekerjaan penting terkait pemindahan perusahaan ini. Kita akan bertemu saat makan malam nanti di sebuah cafe tepi pantai, akan ku kirim alamatnya nanti” ucap Arkha mengingatkan.
“Hm, baiklah” jawab Nick singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments