Satu hari sebelumnya
Di sebuah mansion yang sangat mewah dan memiliki halaman yang cukup luas. Seorang wanita cantik tengah bersitegang dengan sang ayah. Sudah satu jam lebih mereka berdebat namun tidak ada yang ingin menyudahi perdebatan mereka terlebih dahulu.
"Jangan pernah berhubungan lagi dengan pria miskin itu, kau terlahir dari keluarga terpandang, tidak seharusnya bersama dengannya, Bella," ujar pria paruh baya yang merupakan Daddy dari bella. Identik dengan sifat angkuhnya, baik kepada putri dan putranya maupun rekan-rekan bisnisnya.
"Tapi aku mencintainya. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah meninggalkannya!" Suara Bella meninggi, ia tak terima jika harus berpisah dengan kekasihnya demi menuruti permintaan konyol Sang Daddy.
"Buka kedua matamu lebar-lebar, Bella! Pria itu bahkan mencari makan untuk dirinya sendiri saja sulit, bagaimana dia bisa menghidupimu di masa depan, heh?" Thomas menyahut, tentunya dengan sarkas dan terselip nada ejekan untuk kekasih dari putrinya itu.
"Eden bekerja Daddy, sudah pasti dia bisa menghidupi kehidupan kami nanti. Daddy tidak perlu ikut campur dengan siapa aku menjalin hubungan!" desis Bella yang sudah sangat kesal. Selama ini ia sudah menahan segalanya, dan selalu menuruti permintaan sang Daddy namun Daddy-nya itu seakan tidak pernah puas dengan apapun yang dilakukan olehnya.
"Cih, dia hanya bekerja sebagai buruh. Apa kau pikir sudah puas hanya makan cinta setiap hari?" cibir Thomas. Tak hentinya menghina kekasih dari putrinya, kekasih yang amat sangat dicintai oleh putri cantiknya itu.
Bella hanya terdiam mematung mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Daddy-nya. Bukan hanya sekedar cinta, bahkan ia rela tidak memiliki tempat tinggal jika itu bisa terus bersama dengan kekasihnya.
"Asalkan bisa bersama dengannya aku tidak masalah." Tidak ada keraguan di saat Bella berkata demikian. Meskipun berkata dengan volume suara yang kecil, tetapi masih dapat didengar oleh Thomas, hingga membuat Thomas berdecak kesal disertai senyuman mengejek.
Bella hendak melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan kerja Sang Daddy, namun saat tangannya nyaris mencapai knop pintu, suara Thomas menghentikan pergerakan tangannya.
"Lusa kau sudah harus bertunangan dengan Bryan!" Tegas tak terbantahkan, itulah sosok Thomas dengan segala sifat angkuhnya. Ia tidak pernah pedulikan perasaan putrinya. Jika Daddy-nya bersikeras memaksanya, jangan salahkan dirinya yang tidak mengindahkan ucapan Sang Daddy, Bella hanya berlalu meninggalkan Thomas di ruang kerjanya.
***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saat semua penghuni rumah masih terlelap, Bella sudah mengemasi barang-barangnya ke dalam koper untuk pergi dari Mansion mewahnya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan Daddy-nya atau apapun itu, selama ini ia sudah cukup bersabar namun Daddy-nya itu selalu saja mencampuri kehidupannya.
Sejak kecil Bella harus menuruti semua keinginan Daddy Thomas mulai dari membatasi pertemanannya, sekolah dan universitas pun dipilihkan oleh pria paruh baya itu. Bahkan pekerjaannya kelak sudah ditentukan oleh Daddy Thomas. Bella tidak mempermasalahkan hal itu, ia masih bisa menerima dan diam. Namun tidak dengan kehidupan percintaannya, ia tidak ingin berpisah dengan kekasihnya, selama ini hanya kekasihnya yang peduli kepadanya, bahkan Mommy-nya tidak pernah membela dirinya, Mommy-nya itu selalu patuh terhadap Daddy Thomas.
Ya, Bella rela meninggalkan Mansion dan kehidupan mewahnya agar dapat hidup bersama dengan sang kekasih yang sudah bersama dengannya selama dua tahun.
Saat dirasa cukup mengemasi barang-barang yang akan dibawanya, Bella segera menyeret koper besar miliknya. Dengan sangat berhati-hati ia membuka pintu kamarnya dan berjalan mengendap-endap, karena tidak ingin mengeluarkan suara apapun yang akan membangun seisi penghuni Mansion. Bella berhasil menuruni tangga, hanya perlu melewati pintu keluar Mansion, maka ia akan terbebas, akan tetapi sayangnya Thomas mengetahui rencananya yang akan pergi diam-diam dari Mansion.
"Jangan kau pikir dengan lari dari Mansion ini kau bisa dengan mudah terbebas dari Daddy. Tidak Bella!" Suara tegas itu menggelegarkan seisi ruangan.
Bella terdiam sejenak, ia menelan salivanya, rencananya untuk pergi dari Mansion telah diketahui oleh Daddy-nya. Bella memutar tubuhnya menghadap ke arah sumber suara. Di lihatnya Thomas yang tengah berdiri di tempatnya dengan wajah yang garang disertai tatapan tajam kepadanya.
"Cepat kembali ke kamarmu!!" Suara Thomas meninggi, membuat Bella tersentak. Namun ia tidak tergugah untuk kembali ke dalam kamarnya seperti yang diperintahkan oleh Daddy-nya itu.
"Tidak Dad! Kali ini aku tidak akan menuruti perkataan Daddy lagi. Dan aku juga tidak akan bertunangan dengan Bryan atau siapapun itu, aku hanya ingin bersama dengan Eden. Hanya Eden!" Suara Bella tidak kalah meninggi.
Perdebatan mereka di saksikan oleh Miranda, tetapi Sang Mommy tidak bisa berbuat apa-apa, walaupun ia ingin membela putrinya, wanita paruh baya itu tidak bisa melawan kehendak suaminya. Sedangkan Arsel hanya mengintip di balik celah dinding dapur, ia tidak berani menghampiri mereka, walaupun sebenarnya ia merasa kasihan dengan sang kakak yang harus selalu menuruti perintah Daddy mereka.
"Sudah Bella, turuti perkataan Daddymu. Daddy melakukan semua ini demi kebahagiaanmu," tegur Miranda saat sudah berada di samping Thomas, sampai kapan pun Miranda memang selalu menuruti suaminya. Apapun keputusan Thomas adalah mutlak sehingga selama ini ia hanya diam saja tanpa membantu putrinya.
"Ck, semua ini bukan demi diriku tapi demi kebahagiaan kalian, demi kejayaan keluarga Walker, bukan?!" Lagi-lagi Bella mencibir. Ya, yang mereka pikirkan hanya kejayaan dan kekayaan keluarga Walker sehingga mereka berniat menjodohkan Bella agar keluarga Walker semakin berada di puncak.
Saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Bella, amarah Thomas semakin memuncak, matanya sudah merah padam, ia tak habis pikir jika putrinya berani melawan dirinya demi pria miskin itu.
"Kau berani melawan Daddy demi pria miskin itu... kau...." Sebelum Thomas melanjutkan ucapannya, ia merasakan sakit di bagian dadanya, dan seketika Daddy Thomas jatuh tak sadarkan diri.
"Sayang?!!" teriak Miranda terkejut melihat suaminya yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Dengan perlahan menopang tubuh suaminya di atas pangkuannya.
Bella pun terkejut menyaksikan Daddy-nya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri, ia melemparkan kopernya yang sedari tadi ia pegangi, lalu segera menghampiri Daddy-nya.
"Da-Daddy...." lirihnya. Biar bagaimanapun Bella tidak ingin terjadi sesuatu dengan Daddy-nya.
"Cepat panggilkan Paman Albert, kita bawa Daddy ke rumah sakit." Raut wajah Miranda begitu panik dan gelisah, tangan serta tubuhnya bahkan gemetar hebat.
"Biar aku saja yang memanggil Paman Albert." Entah sejak kapan Arsel sudah berada di belakang mereka. Tanpa menunggu jawaban Bella dan Miranda, pemuda itu segera memanggil Paman Albert yang berada tepat di halaman belakang Mansion.
Tidak berselang lama, Arsel terlihat berjalan tergesa-gesa bersama Paman Albert. Dengan sigap Paman Albert memapah tubuh tuannya dan segera memasuki halaman Mansion yang sudah terparkir mobil di sana. Mereka pun segera memasuki mobil dan melaju menuju rumah sakit.
***
Setibanya di rumah sakit. Di depan ruangan ICU, Bella tidak hentinya berjalan kesana-kemari mencemaskan kondisi Sang Daddy di dalam sana. Selama hampir satu jam akhirnya dokter dan perawat yang menangani Daddy Thomas keluar dari ruangan ICU, dokter tersebut mengabarkan jika kondisi Thomas sudah melewati masa kritisnya dan hanya perlu menunggu untuk sadarkan diri. Daddy Thomas pun akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. Ada kelegaan yang Bella rasakan mendengar bahwa Daddy-nya sudah baik-baik saja.
Selama menunggu hampir 30 menit lamanya, akhirnya Daddy Thomas telah sadarkan diri. Saat membuka matanya yang ia cari pertama kali adalah Bella.
"Bella..." panggilnya dengan lirih.
"Iya, ini Bella Dad." Bella segera mendekati sisi ranjang rumah sakit. Lalu menggenggam tangan Daddy-nya.
"Tolong, kau turuti permintaan Daddy untuk bertunangan dengan Bryan." Dengan lirih, Daddy Thomas kembali mengajukan permintaannya. Dengan menahan rasa sakit pada bagian dadanya, ia menatap putrinya dengan penuh harap.
"Tapi Dad... aku...."
"Sudah Bella, kau harus menuruti Daddy-mu. Apa kau ingin terjadi sesuatu lagi dengan Daddy-mu?" Tiba-tiba saja Miranda menyela perkataan putrinya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada suaminya jika Bella tetap keras kepala menolak perjodohan tersebut.
Sejenak diam. Pilihan tersulit untuk Bella. Baik Daddy serta kekasihnya sangat berarti untuknya. "Baiklah, jika itu keinginan kalian," putusnya pada akhirnya.
Bella tidak memiliki pilihan lain lagi, pilihan yang pasti akan menyakiti hati pria baik seperti Eden. Di satu sisi ia sangat mencintai kekasihnya dan di sisi lain ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Daddy-nya. Dirinya bukan putri yang jahat menginginkan kematian Daddy-nya itu.
Mendengar jawaban Bella, Daddy Thomas dan Mommy Miranda tersenyum senang karena akhirnya putri mereka menerima perjodohannya. Namun berbeda dengan Bella yang menatap mereka dengan sendu. Tidak terdapat aura kebahagiaan yang terpancar di raut wajah cantik wanita itu. Arsel yang menyadari kesedihan di raut wajah sang kakak hanya bisa mengusap lembut bahu kakaknya. Bella hanya tersenyum tipis, sebelum kemudian ia beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang perawatan. Arsel menatap kepergian sang kakak dengan sendu.
"Kau pasti sangat sedih, Kak," batinnya.
Bella berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan air mata yang sudah mengalir deras, kemudian ia membenamkan tubuhnya di kursi besi yang berada di sudut lorong, ia terisak di sana. Akhirnya perjuangan cintanya harus berakhir sampai di sini.
"Maafkan aku Ed... Maaf, harus menyakiti hatimu," gumamnya menyentuh dadanya yang teramat begitu sesak.
To be continue
...Like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 Terima kasih banyak dukungan dan komentar positif kalian 💜...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
begitulah orang tua yg egois. bahkan tak perduli kebahagiaan putrinya
2024-08-19
0
HR_junior
mng berat sih satu ayah satu pacar..tp gimn pun ya ortu yg harus km utamakan .walpun hati km sakit nggak bahagia.tp gimn LG orang ayahmu kyk gitu..kasta yg paling utama
2022-11-27
2
🌼 Pisces Boy's 🦋
orang tua yang hanya memikirkan harta ya gini tdk mau melihat putrinya bahagia
2022-11-02
1