Wanita Milik CEO
5 tahun yang lalu, di waktu malam yang sangat dingin tidak terlihat satu bintang pun di langit, sepasang kekasih tengah duduk saling bersisian di sebuah taman yang tidak jauh dari kediaman sang wanita. Keduanya tampak kacau jika dilihat dari raut wajah mereka yang sendu serta tatapan yang kosong. Nampak sisa air mata yang membasahi pipi putih mulus sang wanita cantik tersebut.
"Kenapa kau melakukan ini kepadaku, Bella? Kau sudah tau jika aku benar-benar mencintaimu." Pria itu berucap dengan suara yang parau, pandangannya tertunduk dan menangkupkan kedua tangannya seraya menahan rasa sesak di rongga dadanya.
"Maafkan aku, Ed. Aku tidak memiliki pilihan lain, kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku." Sama halnya dengan pria tampan yang berada di sampingnya, wanita itu pun terlihat sangat sedih harus melepaskan kekasih yang sudah dua tahun bersama dengannya.
"Tatap mataku Bella, apa kau benar-benar yakin dengan ucapanmu itu?" Eden menangkupkan kedua pipi Bella dengan kedua telapak tangannya, akan tetapi Bella menepisnya dengan kasar tanpa berminat menjawab pertanyaan kekasihnya, sehingga membuat Eden semakin frustasi, ia tidak tau harus bagaimana lagi meyakinkan Bella untuk memperjuangkan cinta mereka.
Namun Eden tidak menyerah begitu saja, ia memegang kedua bahu kekasihnya itu. "Dengarkan aku, aku akan berusaha menjadi seperti apa yang kedua orang tuamu inginkan, aku akan membahagiakanmu dengan caraku. Tapi satu hal yang ku inginkan, jangan pernah pergi dariku Bella, jangan!" Eden menekankan perkataannya. Sungguh ia tidak dapat membayangkan jika dirinya harus berpisah dengan Arabella, kekasihnya yang teramat ia cintai. Terlebih ia sudah kehilangan ibunya, dan ia tidak ingin kembali merasakan kehilangan. Tidak, wanita itu terlalu berharga untuk ia lepaskan.
Ingatan Eden menerawang pada saat pertemuan awal mereka. Pertama kali mereka bertemu saat di universitas yang sama, hanya wanita di hadapannya itu yang tidak pernah memandang rendah dirinya yang tidak memiliki apa-apa. Sehingga menghadirkan rasa nyaman di hati Eden dan selalu ingin berada di sisi wanita itu. Terlepas dari rasa nyaman yang diberikan wanita itu, Eden benar-benar mencintai kekasihnya. Tidak. Sampai kapanpun ia tidak akan melepaskan wanita yang begitu memiliki arti penting dalam hidupnya.
Eden kemudian memeluk Bella dengan penuh paksaan, membiarkan air matanya meleleh secara perlahan dari sudut matanya. Sama seperti yang dirasakan Eden, Bella pun sudah terisak di dalam pelukan pria itu, menenggelamkan kepalanya di dada bidang kekasihnya. Rasa nyaman dan aman selalu ia rasakan ketika bersama dengan Eden. Bella memejamkan matanya, menikmati aroma tubuh Eden yang menyeruak di indra penciumannya. Karena setelah ini ia tidak akan bisa lagi menghirup aroma maskulin kekasihnya. Sungguh ia tidak ingin kehilangan sosok pria baik seperti Eden, pria yang sangat ia cintai itu. Namun perkataan Daddy-nya membekas di ingatannya, seorang putri manapun tidak ingin menjadi penyebab kesulitan yang dialami orang tuanya lantaran lebih memilih seseorang yang baru hadir dua tahun silam. Mata yang terpejam itu perlahan terbuka, sesaat Bella kembali tersadar, kini ia tidak bisa lagi bersandar kepada pria itu. Dengan cepat Bella mendorong tubuh Eden, hingga membuat Eden jatuh tersungkur ke tanah.
Bella beranjak dari duduknya. Ia tidak ingin goyah akan keputusannya. "Maafkan aku, maaf..." lirihnya. "Semoga kau bahagia Eden..." Sungguh sulit mengatakannya seolah dadanya tertancap ribuan belati. "Dan aku akan selalu mencintaimu Eden," lanjutnya kemudian dalam hati dan berlalu pergi.
Berulang kali Bella mengucapkan kata maaf lantaran hubungan mereka harus berakhir. Menahan gejolak di dadanya yang kian sesak melihat pria itu memohon, merendahkan diri hanya untuk dirinya. Akan tetapi Bella sudah bulat akan keputusannya. Sungguh, ia pun sangat berat meninggalkan kekasih yang ia cintai selama ini dan harus mengorbankan perasaannya untuk bertunangan dengan pria asing yang di jodohkan dengannya.
Namun ia tidak pedulikan perasaan yang tidak kalah hancur, untuk saat ini ia hanya ingin Daddy-nya selamat dan berjuang untuk pulih. Katakan jika dirinya egois, ia ingin memilih Eden tetapi ia juga menyayangi keluarganya. Tanpa menoleh ke belakang, Bella berjalan menjauh, menulikan pendengaran ketika Eden berteriak memanggil-manggil namanya.
Sekuat hati, Bella berusaha untuk tidak menoleh, menyeret semakin jauh langkah kakinya dengan berat meninggalkan Eden yang masih mematung di tempatnya. Ingin rasanya Bella merengkuh tubuh kekasihnya itu, akan tetapi ia tidak bisa melakukannya. Sehingga ia hanya bisa menangis dalam hati, memegang dadanya yang kian sesak. Jika ia memiliki pilihan, maka saat ini juga ia ingin memilih hidup bersama Eden, namun demi nyawa Daddy-nya, ia harus rela berkorban melepaskan cintanya.
Ya, ini adalah keputusan yang terbaik, karena sekeras mereka berjuang, sekeras itu juga mereka akan dipisahkan.
"BELLAAA!!!!" Eden berteriak, nyaris merusak pita suaranya. Ia menjatuhkan kedua lututnya di tanah berumput dan melayangkan tangannya ke udara, menghempaskan rasa sesak di dadanya dan membiarkan air dari langit menghujani tubuhnya. Seolah tengah mewakili perasaannya saat ini, langit pun bahkan tahu jika dirinya tengah di rundung kesedihan.
Dua minggu yang lalu Eden baru saja kehilangan sosok seorang ibu. Pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya menyusul sang ayah yang sudah lama pergi. Dan kini kekasihnya yang selama ini selalu berada di sisinya, selalu mendukung dirinya pun telah pergi meninggalkan luka yang dalam dan lebih memilih bertunangan dengan pria lain yang sepadan dengan Keluarga Walker. Sungguh, kehilangan dua sosok wanita di dalam waktu berdekatan membuat Eden mengerang frustasi.
"AARRGGHH !!" Eden tidak kuasa menahan rasa sakit hatinya. Bagaikan ribuan jarum menghujam jantungnya, sesak dan sulit bernapas. Tangan Eden terkepal memukul berulang kali tanah yang di pijak. Kini tujuan hidupnya telah lenyap, dalam sekejap mata, wanita itu mampu menghancurkan seluruh jiwa dan raganya.
Dengan mudahnya wanita itu memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Bukankah sebelumnya mereka telah sepakat akan berjuang bersama, tapi kini seolah semua itu tiada arti.
Sekecil harapan membenami hati Eden, berharap wanita itu memilih dirinya. Tetapi apa daya, pria itu hanya mampu menangis, tertawa nanar akan kebahagiaan yang tidak berpihak padanya.
***
Keesokan harinya, di dalam gedung hotel yang mewah itu, acara pertunangan yang berlangsung hanya sebagai kamuflase, Arabella berusaha tersenyum untuk menutupi luka. Menerima seseorang di sampingnya yang jelas-jelas tidak ia cintai. Pertunangan itu tidak berarti apa pun untuknya. Baginya hingga mati, hanya Eden yang menempati ruang hatinya, meskipun ia tahu bahwa kini Eden sudah membenci dirinya.
Benar adanya, kini di depan gedung hotel mewah tersebut nampak Eden yang menatap nanar dengan penuh amarah dan kebencian. Terlebih ketika menyaksikan pesta itu berlangsung dengan meriah dan mewah. Tangannya terkepal kuat hingga goresan kuku jemarinya meninggalkan bekas luka, tetapi luka itu tidak sebanding dengan luka di hatinya. Rahangnya mengeras, bahkan membiarkan air mata lolos dari kelopak matanya tanpa permisi.
Eden bertekad akan membuat wanita itu menyesal di kemudian hari. Ia sudah kehilangan ibunya serta wanitanya. Kini ia harus melangkah maju ke depan. Demi dirinya agar tidak ada lagi yang dapat menghinanya serta membuat orang-orang yang sudah menginjak harga dirinya akan mendapatkan balasan yang setimpal.
"Kau akan menyesalinya, Bella...." gumamnya dengan penuh kebencian. Rasa cinta itu masih ada, akan tetapi Eden bertekad akan membuat wanita itu menyesal di kemudian hari. Sorot matanya yang tajam tidak berpindah, hingga berdiri beberapa menit lamanya, Eden tidak tahan berada disana lebih lama lagi. Cukup hari ini saja ia mengenang wajah cantik kekasihnya. Karena setelah ini ia akan mengubur hati dan kenangan bersama dengan kepergian wanita itu.
Eden kemudian menghembuskan napas kasar seolah rasa sakit akan ikut terbuang bersama dengan helaan napasnya tersebut. Sebelum kemudian ia berlalu meninggalkan gedung hotel dengan perasaan berkecamuk.
To be continue
Haii, Yoona kembali melanjutkan cerita Wanita Milik CEO. Jangan lupa dukungan kalian ya 🥰
...Like, vote, follow, fav, hadiah dan komentar kalian 💕 Terima kasih banyak dukungan dan komentar positif kalian 💜...
...Always be happy 🌷...
...Instagram : @rantyyoona...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
menyedihkan sekali kisah cinta yg harus terpisah karena kasta.
2024-08-18
0
Syakirah Dzaky
awal yg seruh thor
2024-07-21
2
Syavira Vira
nyimak
2024-07-21
1