Sudah lebih dari satu bulan Arlan menghindari Shinta. Ia tidak ingin wanita yang menjadi menantunya itu benar-benar hamil. Benar saja, pagi ini pria mapan dan tampan itu harus menerima kenyataan atas perbuatan gilanya bersama sang menantu.
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar pribadinya di mansion mewah tersebut. Dengan tegas Arlan hanya bisa meminta seseorang yang mengetuk dari luar itu masuk, karena pintu kamar tidak di kunci.
"Ya masuk!"
Seperti biasa, Shinta langsung melongokkan kepalanya, mencari dimana keberadaan pria yang sangat ia rindukan beberapa waktu ini.
Shinta bertanya dengan wajah serba salah, "Papi, bisakah Shinta masuk?"
Arlan menoleh sedikit, namun tidak begitu banyak bicara. Ia tengah sibuk menyusun beberapa pakaiannya untuk melakukan perjalanan dinas bersama Seno serta dua wanita yang menjadi secretarisnya.
"Hmm ... Masuklah! Hari ini, aku ada kegiatan, mungkin kembali minggu depan. Aku harap kamu terus menjaga Leon untuk ku, karena aku percaya padamu!"
Shinta yang masih berdiri didepan pintu, hanya bisa menelan ludah. Sejujurnya dia tidak ingin melihat Arlan berubah padanya. Dengan demikian, ia harus memberitahu pada Arlan tentang kondisinya saat ini.
Perlahan Shinta mendekati Arlan, walau dengan langkah ragu, namun ia harus melakukannya ...
"Pi ... Hmm Shinta hamil!" ucapnya dengan suara bergetar serta mata berkaca-kaca.
Arlan menghentikan kegiatannya, dia duduk dipinggir ranjang dengan wajah menekuk merah. Rahangnya seketika mengeras, bahkan ia tidak tahu harus berkata apa-apa saat ini. Ia menoleh kearah Shinta, tersenyum tipis walau hati semakin merasa bersalah.
Perlahan Arlan mengangguk mengerti, berusaha tenang, menghulurkan tangan agar Shinta tidak merasa asing jika didekatnya.
"Sini! Sudah berapa minggu? Jujur aku senang kamu mengandung benih ku. Tapi apa yang harus kita katakan pada Leon jika ia mengetahui semua ini, Shinta?"
Shinta tersenyum, awalnya ia merasa ketakutan, namun ada sedikit perasaan lega, karena Arlan juga memikirkan hal yang sama dengan pikirannya.
Shinta hanya bisa menjelaskan pada Arlan dengan tubuh bergetar ketakutan, saat duduk di samping mertuanya, "Sudah lebih delapan minggu Pi. Shinta sudah memeriksakan kondisi kehamilan ini, dan ternyata sangat sehat. Awalnya Shinta ingin meminta dokter segera memberikan obat-obatan untuk menggugurkan janin ini. Tapi anak ini tidak bersalah Pi. Kita yang salah. Shinta yang terlalu ..." tangisnya pecah sambil menutup wajah cantik itu dengan kedua telapak tangan mungil yang putih bersih.
Arlan yang mendengar penuturan Shinta tampak seperti ketakutan, langsung meraih tubuh ramping menantunya untuk memberikan ketenangan. Ia mengusap lembut punggung Shinta, mengecup lembut kening wanita muda yang telah ia rusak masa depan gadis itu dengan hubungan haram dan sangat tidak masuk akal tersebut.
Bagaimana mungkin Arlan akan menikahi Shinta, walaupun suatu saat nanti Leon pergi meninggalkan mereka berdua.
Arlan menghela nafas panjang, hanya bisa berkata, "Bersiap-siaplah, aku akan membawa kalian. Kebetulan aku mendapatkan undangan untuk menghadiri acara di Italia. Kita akan pergi bersama, menghabiskan waktu bersama, kebetulan dokter yang menangani Leon ikut bersama team rumah sakit. Jangan pikirkan apa yang akan terjadi nanti, yang penting jaga kandungan mu, aku akan bertanggung jawab penuh pada mu. Cepat, bersiap-siap!"
Shinta menganggukkan kepalanya, dia mengecup lembut pipi Arlan, baginya hanya kekuatan dari pria mapan inilah yang dirindukannya setelah mereka menjauh menjaga jarak dan sikap selama sebulan.
Shinta beranjak dari kamar utama, untuk memberitahu kabar bahagia yang pasti sangat membahagiakan bagi suaminya ...
Leon yang tengah sibuk menggunakan pakaiannya, menoleh kearah pintu kamar, saat Shinta masuk dan langsung memeluk suaminya.
Mereka berdua berpelukan mesra, tanpa sengaja membuat tubuh Leon terhuyung dan jatuh diatas ranjang peraduan mereka, walau belum pernah melakukan apapun selama pernikahan.
Leon tersenyum sumringah, saat menatap wajah cantik istrinya. Ia menyematkan anak rambut, yang menutupi wajah Shinta saat berada diatasnya, bertanya dengan wajah sedikit menggoda, "Kamu kenapa? Masuk-masuk memeluk aku begini. Aku sudah mencoba untuk membangunkan perkutut ku, namun tidak bisa sama sekali. Apa aku harus meminum obat kuat? Padahal jika dia bisa bertahan lebih lama, mungkin aku akan memberikan kebahagiaan yang sempurna pada istriku yang masih suci ini ..."
Shinta menelan ludah, wajahnya tiba-tiba memanas, mendengar penuturan Leon, yang semakin hari semakin terlihat tampan, walau masih terlihat pucat, dengan kulit hitam yang berkabut.
"Papi akan membawa kita jalan-jalan ke Italia, bisa jadi kita akan berbulan madu di sana, sayang."
Mendengar ucapan bulan madu itulah, yang membuat Leon semakin bersemangat kemudian membalikkan tubuhnya agar tidak terlalu merasa keberatan karena beban tubuh Shinta yang tampak semakin berisi.
Shinta tersadar, ia merebahkan badannya diatas ranjang, membiarkan Leon berada diatasnya.
Lagi-lagi Leon hanya bisa mengecup Shinta lembut, tanpa harus melakukan apa-apa untuk membahagiakan wanita yang berstatuskan sebagai istri tersebut.
"Kamu terlihat semakin berisi sayang. Aku semakin geram!" Leon menggigit bibir Shinta yang berharap lebih pada sang suami.
Shinta hanya bisa pasrah pada keadaan saat ini. Baginya kali ini ia harus bisa menahan semua kerinduannya pada Arlan, dan fokus pada kesehatan Leon, yang semakin terlihat membaik, walau masih melewati cuci darah rutin dua kali seminggu.
Benar saja, saat mereka tengah menikmati keindahan pagi yang sangat menyenangkan, Arlan membuka pintu kamar anak menantunya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Sontak pemandangan kemesraan Shinta dan Leon, semakin membuat Arlan terbakar api amarah. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, sambil berkata ...
"Cepat bersiap-siap! Papi menunggu kalian sejak tadi, kita harus ke bandara 20 menit lagi! Shinta, tolong jaga sikapmu di kediaman ku, temui aku diruangan ku saat ini juga!" tegasnya, membuat Leon tampak salah tingkah.
BRAAK ...!
Arlan menutup pintu kamar dengan sangat keras, membuat kedua insan suami istri itu tampak ketakutan.
Shinta yang masih berada dalam kungkungan Leon bergidik ngeri, karena hardikan Arlan tidak seperti biasanya. Bergegas dia meminta Leon untuk bersiap-siap dengan nada lembut ...
"Sayang, cepat bersiap-siap ... Aku keruangan Papi kamu dulu yah?" ucap Shinta langsung beranjak meninggalkan kamarnya, menuju ruangan Arlan, yang terletak tidak begitu jauh dari kamar mereka.
Sejujurnya Leon semakin kebingungan saat Shinta mendapatkan perlakuan kasar seperti itu dari sang Papi. Selama hidupnya, ia tidak pernah melihat Arlan berubah drastis menjadi lebih kasar pada orang yang telah merawat putranya.
"Ada apa dengan Papi? Apakah Papi tidak menginginkan Shinta merawat aku lagi? Bukankah pernikahan ini terjadi atas restunya. Kini aku sudah mulai membaik, tapi Papi seolah-olah ingin merebut Shinta dari aku ... Apakah Papi mencintai istri ku ...? Tidak-tidak-tidak ... Ini tidak mungkin! Papi sangat mencintai Mami, dan tidak mungkin Papi mencintai menantunya sendiri ..." geramnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tari Gan
mengrunyam kan sekalee yah kisah Nye🤕🤔
2023-01-05
1
Simply Yunita
leon mulai curiga
2022-10-20
2
Chay-in27
feeling suami biasanya benar🤧😥😤😡
ini kisah menguras esmosi 😤😤😤
2022-10-20
3