Mendengar penuturan mertuanya, Shinta antara ingin bersorak gembira, atau bahkan sedih setelah mendengar kejujuran dari seorang Arlan, yang tergoda akan pesonanya ...
Shinta menautkan kedua alisnya, menatap wajah Arlan yang memang sudah sangat dekat dengan wajah cantik itu, kemudian berkata hanya sekedar menggoda, "Maaf Pi ... Maksudnya terpesona atas apa? Aku hanya mengatakan ingin merawat Leon, bukan untuk merayu Papi ..."
Arlan menahan rasa malunya. Entahlah, kali ini ia seperti dipermalukan oleh seorang gadis, yang benar-benar sangat menarik perhatiannya.
"Sudahlah lupakan saja. Oya, apa kamu ada waktu? Kita akan membahas tentang perjanjian kita, ada beberapa yang harus aku katakan, karena lebih baik kita bicarakan sedari awal. Agar kamu tidak kecewa," pintanya mengalihkan pikiran Shinta.
Sejujurnya semua itu hanya jurus Arlan, karena tidak mampu menjawab godaan dari menantunya sendiri.
Ya ... Shinta semakin menarik perhatian Arlan. Ketulusannya dalam merawat Leon, membuat dia ingin memiliki gadis itu secara utuh, tanpa sepengetahuan siapapun saat ini.
Setelah menyantap hidangan yang disajikan pelayan, sesuai dengan apa yang mereka minta, Arlan menarik tangan Shinta memasuki ruang kerjanya.
Tentu gadis cantik yang berstatuskan istri kontrak dari Leon, sedikit bergidik ngeri. Saat tangan hangat itu menggenggam erat jemari tangannya, memasuki ruangan kerjanya.
Kedua bola matanya membulat, bagaimana mungkin Shinta justru semakin terpesona melihat ruang pribadi Arlan yang serba mewah dan tampak lebih nyaman, karena memiliki sofa di tengah ruangan, dan ada ranjang pribadinya, yang tertutup lemari pakaian, namun dapat terlihat dari pintu jika terbuka.
Shinta menelan ludahnya sendiri, tangannya terasa sangat dingin, entah karena pengaruh air conditioner central yang ada di rumah itu, atau memang ia berada dalam keadaan sangat memacu adrenalin untuk menjadi seorang Nyonya Arlan.
Arlan mempersilahkan Shinta duduk di sofa, sementara ia mengambil berkas perjanjian mereka yang masih tersimpan rapi didalam map coklat.
Kemudian melangkah mendekati Shinta, dan menghempaskan tubuhnya disofa, membuka berkas itu, meletakkan perjanjian yang sudah mereka tandatangani beberapa waktu lalu. Arlan bertanya dengan sangat santai sambil menyilangkan kaki yang menggunakan sendal tipis yang biasa dikenakan didalam rumah.
"Pernikahan mu dengan Leon, hanya status diatas kertas. Bagaimana jika hmm ... Bagaimana jika perjanjian kita perpanjang, untuk kamu menjadi eee ... Untuk menjadi istri sah ku ..."
Mendengar penuturan Arlan, sontak membuat Shinta tersedak. Dia tidak menyangka bahwa keinginannya sudah didepan mata.
Ingin sekali rasanya ia berteriak, mengucapkan terimakasih pada Arlan, atau hanya untuk memeluk duda tampan yang sedang berada didepannya. Bahkan tidak ingin berbasa-basi, membuat Shinta yang duduk dihadapan Arlan tampak salah tingkah.
Shinta yang masih tampak gugup hanya bisa menelan ludahnya sekali lagi, "Hmm maksudnya Pi? Bukankah aku istri dari Leon? Bagaimana mungkin kita akan menikah dan statusnya aku masih menjadi istri putra mu. Aku tidak siap, Pi ... Walau sesungguhnya aku menginginkan mu ..."
Shinta mengigit bibir bawahnya, membuat Arlan semakin tergoda untuk mendekati dan membantu mengigit bibir gadis yang sengaja menggodanya dari jarak lima meter.
Arlan menyunggingkan senyuman tipis, dia sangat memahami bagaimana cara wanita yang menolak, akhirnya berkata 'Ya'.
"Ya, eee sudahlah. Aku hanya ingin memberikan surat kontrak ini pada mu. Pikirkanlah penawaran ku, karena aku sangat mengharapkan jawaban dari mu, Shinta."
Shinta tampak menahan senyumannya, kali ini dia hanya bisa mengangguk-angguk sambil tersenyum yang mampu menggoda Arlan.
Shinta berdiri, akan berlalu meninggalkan ruang kerja pribadi Arlan, namun tangannya langsung ditarik oleh duda yang berstatuskan mertuanya itu.
"Tunggu ..." Arlan menarik nafas dalam-dalam, "Bolehkah aku memeluk mu? Ta-ta-tadi ada pelayan, aku sudah lama tidak merasakan pelukan seorang wanita. Yah ... Semenjak Yasmin pergi meninggalkan aku. Kali i-i-ini aku mencoba untuk membuka diri, mendekati mu. Walau sesungguhnya ini salah, tapi aku tidak mau menjadi orang yang munafik. Aku tergoda padamu! Sekali lagi aku katakan aku tergoda ..."
Arlan semakin kebingungan, dia tampak salah tingkah, namun Shinta langsung berhambur memeluk tubuh kekar pria mapan itu.
Tangan yang sejak tadi mengembang, seketika merasakan sesuatu yang sangat dahsyat saat tubuh Shinta mendekat padanya. Arlan menutup mata, mendongakkan wajah tampannya, kemudian kembali memeluk erat tubuh ramping itu.
Shinta juga merasakan hal yang berbeda. Bagaimana tidak, selama ini iya hanya besar di panti asuhan, tanpa mau menjalin hubungan dengan lawan jenis, karena pekerjaannya yang sangat menyita waktu.
Arlan mengecup lembut puncak kepala Shinta, dia merasakan tubuhnya seperti melayang terbang saat merasakan sesuatu menyentuh dadanya.
"Aku akan menunggu mu, sampai kamu siap. Jika berdua, panggil saja aku sayang, sama seperti permintaan mu waktu itu. Tapi jangan di depan Leon, karena aku tidak ingin anak ku tersakiti dan semakin memperburuk kondisinya ..."
Shinta mengangguk setuju, ia mendongakkan wajahnya, agar memberi ruang pada Arlan untuk memberikan satu ciuman manis pertama kali.
Benar saja, saat tatapan mata mereka saling bertemu, Arlan mendekatkan wajahnya, memiringkan kepalanya untuk mencicipi bibir ranum Shinta untuk pertama kalinya dengan perlahan dan lembut.
Shinta membalas ciuman lembut dari Arlan, entah kenapa jantungnya berpacu semakin kencang, membuat bulu kuduknya semakin meremang, saat mertuanya itu menangkup kedua lehernya.
Ciuman kedua-nya semakin lama semakin berbeda, lummatan, deccapan, semakin terdengar di ruangan yang terasa semakin panas bagi tubuh mereka berdua.
"Hmmfh ..."
Entah kenapa errangan itu semakin keluar dari tenggorokan mereka berdua tanpa mau melepaskan ciuman yang semakin panas.
Perlahan Arlan mengusap lembut punggung Shinta, agar tidak ada jarak diantara mereka berdua, mendekap erat tubuh itu semakin berani, dengan mengusap lembut pinggang wanitanya dengan lembut.
"Hmm ..."
Suara dessahan Shinta masih tertahan, kemudian berusaha melepaskan ciuman itu. Nafasnya tersengal, menahan dada Arlan tidak melanjutkan kegilaan mereka.
"Stophh Pi ..."
Namun Arlan semakin mengecup leher, kemudian menggigit kecil dagu Shinta dengan perasaan geram.
Arlan menatap Shinta penuh gairah, pandangannya benar-benar berkabut, karena hasrat gadis yang ada dihadapannya, mampu membangkitkan sesuatu yang telah lama terlelap, "Kenapa? Apa kamu tidak menginginkan aku malam ini? Bukankah Leon sudah tidur? Kita bisa melakukannya, dan kamu bebas mau berteriak di ruangan ini ..."
Shinta menggelengkan kepalanya, dia memandang wajah Arlan penuh harap, "Please ... Tidak sekarang. Karena Shinta masih masa periode."
Arlan tertawa kecil, dia melepaskan dekapannya dari Shinta, kembali mengecup lembut bibir menantunya, mengizinkan wanita itu keluar dari ruang kerjanya.
Tanpa pikir panjang, Shinta keluar dari ruangan yang sudah bersuhu 38 derajat celcius itu, sesekali melirik kearah Arlan dan melambai nakal kearah pria yang tengah di landa gairah itu.
Saat pintu tertutup rapat, Arlan kembali berteriak bahagia, "Sial! Ciumannya sama persis dengan Yasmin. Tubuhnya sangat hangat, sama seperti Yasmin. Ooogh ... Ternyata aku sudah lama tidak melakukan hal itu! Semenjak Yasmin sakit, kemudian meninggal dunia. Aku sendiri sudah lupa bagaimana rasanya belah duren ..." tawanya meloncat-loncat kegirangan.
"Aaagh ... Shinta! Kau akan menjadi milikku, baby ...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tari Gan
oh my God kelean berdua itu yah bikin gemes
2023-01-02
0
sandi
tp nyamain sm yasmin mele🙄🙄🙄
2022-11-19
2
G-Dragon
yang awalnya nolak, akhinya berserakan jatuh lunglai... duuuh 🤭😡😤
Leon kasihan, Leon ...🥲🥲
2022-10-15
4