Keheningan apartemen Arlan sangat menenangkan bagi duda beranak satu itu, saat dia mengenang semua kisahnya bersama Yasmin. Tentu saja istri tercintanya itu tidak terlupakan sampai kapanpun.
Namun, semenjak pertemuannya dengan Shinta, membuat pikirannya seakan-akan mendapatkan angin segar, dalam pencarian cinta terakhirnya.
Ya, kemiripan Shinta dengan Yasmin, sangat terlihat jelas. Dari tatapan mata yang sendu, bahkan kebaikannya pada Leon, mampu membius mata hatinya.
Untuk itulah Arlan memilih tinggal di apartemen agar tidak tergoda dengan sang menantu, yang sangat ramah juga hangat.
Arlan memiliki insting yang luar biasa, jika menilai seorang wanita. Tapi apakah dia mampu, menolak hasrat Shinta jika terus menggodanya?
Lamunan dua pria yang tengah bersantai itu seketika buyar, saat asisten rumah tangga Arlan, berlari menuju pintu utama, untuk menyambut kakak dari Almarhum Yasmin.
"Tuan, ada Mba Raline ..."
Arlan mendengus dingin, "Suruh masuk saja."
Arlan yang kurang menyukai Raline, memberi ruang pada wanita berusia 36 tahun itu memasuki apartemennya.
Sejujurnya, semenjak Yasmin meninggalkan Arlan dan Leon, keluarga berharap bahwa duda beranak satu itu akan menikahi Raline. Namun, pria tampan yang sangat mempesona itu, masih belum membuka hatinya untuk wanita lain kecuali Shinta.
Raline masuk dengan angkuhnya, dia menoleh kearah Arlan juga Seno yang ada diruang keluarga apartemen mewah itu. Menghempaskan tubuhnya di sofa, sekaligus menyilangkan kaki jenjangnya dihadapan kedua pria mapan itu tanpa harus meminta izin pada pemilik apartemen.
Raline bertanya, sok peduli pada Arlan, "Siapa di mansion? Kenapa gadis itu yang merawat Leon?"
Arlan yang sudah mengetahui kemana arah pembicaraan wanita yang duduk dihadapannya itu hanya mendengus dingin ...
"Dia istri Leon. Kenapa? Apakah dia mengganggu pikiran mu?"
"Of course ... Dia pasti telah merebut hati mu, Arlan. Karena kau tidak kembali ke mansion selama satu minggu. Apa kau lupa, aku sangat memahami bagaimana jika ipar ku ini menghindari jatuh cinta? Tapi jangan ceroboh, bisa jadi dia wanita yang hanya ingin memanfaatkan keadaan saja? Aku sudah bicara sama Mama, akan membawa Leon ke kediaman kami!"
Arlan menggeram, semakin menegaskan pada Raline, "Katakan pada Mama, jangan campuri urusan keluarga ku! Sejak Yasmin meninggal, apa aku pernah merepotkan kalian untuk merawat Leon? Jika aku berada di apartemen, karena aku percaya pada gadis itu untuk merawat putra ku! Maaf Raline, aku tidak ada waktu untuk mengurusi keluarga kalian semenjak kepergian Yasmin! Kalian sudah cukup membuat aku hancur, sehingga harus kehilangan istri ku! Kalian yang meminta agar aku melakukan tindakan pencangkokan ginjal kala itu? Kenapa saat ini aku menikahkan Leon dengan gadis itu, kau malah datang berkata yang bukan-bukan? Jika aku memang jatuh hati, atau tergoda, apa masalahmu!?"
Raline mendengus, dadanya bergemuruh bahkan ingin sekali dia mengatakan bahwa dirinya lah yang pantas untuk merawat Leon, dan menjadi Mama sambung untuk keponakannya itu.
Raline mencoba mengingatkan, "Arlan, apa kau lupa pesan Mama? Agar menikah dengan ku?"
Arlan tertawa terbahak-bahak, mendengar permintaan Raline yang tidak masuk akal menurutnya, "Mama yang meminta Raline, bukan aku. Lagian aku tidak tertarik untuk mencari pengganti Yasmin. Aku masih ingin menikmati kesendirian ku. Menikahkan Leon, dan membuat putra ku bahagia. Lagian saat kami di Singapura untuk berlibur, kenapa tidak seorangpun dari kalian yang bertanya bagaimana dengan kondisi anak ku? Kenapa setelah Shinta hadir, kalian mencari ku, bahkan ingin sekali merebut Leon dari ku! Dia anak ku, dan Shinta menantu ku! Jika kau berani mengganggu ketenangan mereka berdua, kau berhadapan dengan ku!" tegasnya berdiri, meminta Raline untuk segera meninggalkan apartemennya.
"Silahkan pergi! Aku masih banyak urusan!"
Raline semakin emosi, dia berdiri menghentakkan kakinya, berlalu meninggalkan apartemen Arlan, yang sejak dulu ingin menjadi pemiliknya.
Arlan tertawa kecil, kembali merebahkan tubuhnya di sofa, mendengus dingin, menoleh kearah Seno yang hanya termangu mendengar pertikaian dua insan yang tidak pernah berbaikan tersebut.
"See ... Kamu lihat bagaimana dia pada ku?" sesalnya menggeram, memainkan kelima jarinya di sandaran sofa.
Seno hanya menggelengkan kepalanya, "Ternyata dia menginginkan mu saat ini. Sejak kapan Raline berani menginjakkan kaki di mansion milikmu? Bukankah kalian sudah lama tidak bertemu? Kenapa dia jadi berapi-api, tanpa sopan santun, bagaimanapun kamu adalah iparnya. Dan dia tidak boleh membentak mu!"
Arlan hanya menengadahkan tangannya lebar, "Pasti dia dari rumah sakit. Mendengar dari Mia, bahwa ada yang menggeser posisinya sebagai kepala humas. Dia pikir aku mau menggaji karyawan yang tidak memberikan masukan apa-apa. Kerjanya foya-foya, membuat pihak keuangan mengeluh saat aku berada di Mount Elizabeth. Raline tidak pernah berubah, dia wanita keras kepala. Hanya memikirkan uang, uang, uang dan uang!" sesalnya.
Seno menaikkan kedua alisnya, "Jadi ... Kita mau makan malam di sini? Atau pulang? Aku sudah sangat merindukan istri ku, Lan ..." godanya.
Arlan hanya menggeleng, menyela celotehan Seno, "Brengsek sekali kamu, aku tidak memiliki istri, sengaja kamu menggoda ku hmm!" sesalnya.
Seno menaikkan kedua alisnya, "Apa salahnya mendekati menantu mu, yang membuat Raline meledak-ledak," godanya.
Arlan hanya menyunggingkan senyumannya, berpikir sejenak, "Yah ... Hari ini aku akan pulang, karena aku sangat merindukan Leon."
"Hmm ... Gitu dong! Jangan lupa jika sudah siap, bawa dia ke daerah puncak untuk menghalalkan gadis itu!" tawa Seno berlalu meninggalkan apartemen sahabatnya, sebelum Arlan melemparkan sesuatu padanya.
Arlan hanya berteriak, tanpa beranjak dari sofa, "Jangan lupa besok kita meeting pagi!"
Seno mengacungkan jempolnya ke udara, menandakan setuju.
Lagi-lagi Arlan kembali mengalihkan pandangannya dilayar handphone yang terletak di sampingnya, memperlihatkan sesuatu yang sangat menggodanya ...
"Woooowh ... Ternyata tubuh mu sangat indah Shinta!"
Arlan mengusap lembut kepalanya, saat memandang lekuk tubuh gadis yang ada dilatar handphonenya, yang tidak mengenakkan apa-apa. Kegiatan biasa yang dilakukan seorang wanita yang akan melakukan ritualnya membersihkan diri, membuat rasa ingin tahu pria berstatus duda itu, semakin penasaran.
Bergegas Arlan bersiap-siap, mengambil semua barang-barang miliknya, untuk kembali ke mansion karena rasa rindunya dengan Leon. Tentu dengan harapan ingin mengetahui siapa saja yang telah datang kekediaman mereka.
Ada beberapa poin yang Arlan lupakan, agar Shinta menutup rapat akses kedatangan keluarga almarhum istrinya, yang selalu datang tiba-tiba, seperti hari ini.
"Jika Mama datang ke kediaman ku, aku harus melindungi anak dan menantu ku. Bagaimana jika aku membuka apartemen yang ada di lantai 18? Jika di sana, pasti keluarga Raline tidak akan menggangu kenyamanan anak menantu ku," batinnya dalam hati.
Arlan meninggalkan gedung apartemen, menuju kediamannya, karena telah lama tidak bertemu dengan Leon.
Mobil mewahnya terparkir didepan mansion, membuat Arlan langsung menuju kamarnya sebelum bertemu dengan Leon. Tapi pemandangannya seketika terganggu karena Shinta menyambut kedatangannya.
"Papi ..."
Arlan menoleh kearah Shinta yang mengenakan pakaian sedikit berbeda. Daster tipis diatas lutut, membuat matanya seketika terkenang akan, "Yasmin ..." bisiknya dalam hati ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tari Gan
terpikat pesona seorang menantu 🤭😂
2023-01-02
1
sandi
deg.. deg... deg... deg...
2022-11-19
2
G-Dragon
woooowh ...😬🤣
2022-10-14
2