Kemiripan

Uluran tangan mulus berjari lentik itu menyentuh telapak tangan pria tampan yang sangat matang ini.

Manik mata Tuan Prass seketika berbinar melihat betapa cantiknya wanita di depannya.

“Tampan, lalu ini bukankah salah satu Mrs Indonesia beberapa tahun lalu? Oh sungguh pasangan yang serasi.” Devina tersenyum saat berjabat tangan dengan Tuan Prass.

Ia terpesona kala melihat tampannya pria yang berumur di depannya ini.

“Prass,”

“Devina,” keduanya saling menyebutkan nama.

Namun, deheman di sebelah Tuan Prass seketika membuyarkan pandangan yang saling bertaut itu.

“Ehem,” dehem wanita bertubuh sejajar tingginya dengan Devina.

Kulit eksotis, pinggan kecil dan panggul lebar. Bokong dan dada sangat montok. Tentu favorit pria mana pun. Sayangnya, kecantikan dan kemolekan itu tak membuat sosok Devina minder. Ia juga cantik dan mempesona meski derajatnya tidak sampai menjadi Mrs perwakilan negara.

“Perkenalkan Nyonya, saya Devina.” Dengan begitu sopannya Devina mengulurkan tangan pada wanita di samping Tuan Prass.

Wajah dingin dan kesal terlihat terbit di wajah wanita yang bernama Yulia Frederica. Namun, ia sadar posisi saat ini tengah membawa nama sang suami.

“Yulia, istri Tuan Prass.” Senyuman di buat selembut mungkin namun penuh penegasan jika tak ada yang boleh melirik suaminya.

Sebagai wanita berwawasan, bukan ia tidak tahu jika Devina menaruh kekaguman pada sang suami.

“Senang bertemu dengan anda, Nyonya. Suatu kehormatan untuk saya.” Sekali lagi Devina memuji seakan ia benar-benar gadis lugu.

“Ehem, mari silahkan duduk, Tuan Prass, Nyonya Prass.” Mr. Erric mempersilahkan.

Mereka semua pun duduk dan mulai memesan menu makan malam.

Rambut panjang Devina jatuh saat ia memotong steak dengan gerakan anggun. Tangannya pun bergera meletakkan rambut pada daun telinganya. Tak lupa ia meneguk segelas air.

Semua pergerakan Devina tentu ia sengaja ketika manik matanya sadar akan tatapan pria di depannya.

“Pah, tolong tisunya.” ucap Yulia meminta pada sang suami yang lebih dekat.

Namun, Tuan Prass tak bersuara sama sekali.

“Pah,” Yulia menyenggol lengan Tuan Prass saat menyadari mata suaminya berhaluan ke depan sebelah kanan. Dimana Devina duduk.

Seketika itu dadanya rasanya bergemuruh mendapati suaminya berani melirik wanita lain, tetapi ia tahan. Ia wanita berpendidikan. Tidak ingin terlihat memalukan dengan kecemburuan yang menguasai dirinya.

“Em…permisi saya ke toilet sebentar.” Devina menggunakan trik ini untuk mencari waktu yang tentunya hanya ia yang tahu.

“Ada apa, Mah?” Tuan Prass kaget saat sang istri mencubit tangannya kecil.

“Mamah minta tolong tisunya.” ucap Yulia tetap lembut.

“Dia benar-benar membuat tubuhku bergetar. Ini wanita yang ku inginkan.” gumam Tuan Prass menatap lapar punggung Devina yang melangkah menjauh menuju toilet.

“Em Mr. Erric. Mohon tunggu sebentar. Saya akan menelpon rekan saya. Silahkan nikmati hidangannya dulu.” Buru-buru Tuan Prass meninggalkan kursi seolah sedang menghubungi seseorang.

Tanpa curiga sama sekali, Yulia terus menikmati makannya bersama Mr. Erric.

“Wah Nyonya Erric, saya tidak menyangka anda adalah perwakilan negeri ini beberapa tahun lalu, kalau bukan Devina yang mengatakan sungguh saya bertanya-tanya anak dari pewaris perusahaan mana istri Tuan Prass ini? Anda sungguh sempurna. Serasi sekali dengan Tuan Prass.” puji Mr. Erric tulus dari hatinya.

Yulia yang mendapat sanjungan tentu hanya tersenyum, ini bukan pujian pertama kali yang ia dapat.

“Sebuah kehormatan Mr, saya menjadi perwakilan negara saya untuk mengharumkan nama tempat saya di lahirkan.” jawab Yulia tak kalah sopan.

Tanpa keduanya tahu saat ini tubuh langsing milik Devina sudah di himpit ke dinding toilet oleh Tuan Prass.

“Tuan Prass, apa yang anda inginkan?” Devina seolah berwajah syok. Tarikan dan hembusan napas sengaja ia buat sekuat mungkin agar menambah kesan pergerakan dadanya yang menonjol dan mencuri perhatian pria di depannya.

Di meja ini, Yulia terus berbincang banyak bersama Mr. Erric. Membicarakan negara Indonesia membuat Yulia sangat tertarik hingga seketika Mr. Erric mengatakan,

“Tunggu, tapi kenapa tadi saya melihat wajah Tuan Prass seperti copy paste dari Devina yah, Nyonya? Apa hanya mata saya saja? Mereka seperti orang yang sama berbeda pria dan wanita saja?” Akhirnya tawa Yulia hilang kala mendengar itu.

Ternyata apa yang ada di pikirannya sama dengan Mr. Erric.

“Wah wah sepertinya asik sekali ini, apa yang di bicarakan, Mah?” tanya Tuan Prass yang saat itu sudah kembali lebih dulu.

Wajahnya tampak tersenyum sempurna. Ketampanan yang ia miliki pun semakin terpancar.

“Istri anda benar-benar perfect, Tuan Prass. Segala tentang Indonesia beliau ketahui. Saya salut dengan anda yang bisa mendapat wanita seperti Nyonya Yulia.” puji Mr. Erric.

“Terimakasih, Mr.” jawab Tuan Prass seadanya.

“Devina kemana yah? Kok belum kembali?” Wajah Mr. Erric celingukan mencari wanita yang ia bawa dinner malam ini.

Tak lama kemudian ia melihat sosok wanita yang berjalan berlenggak lenggok mendekat ke arahnya.

“Ah itu dia,” jawab Mr. Erric lagi.

“Maafkan saya lama, Mr.” sahut Devina.

Kini waktunya pembahasan tentang kontrak kerja yang akan di perpanjang atau tidak oleh keduanya. Yulia dan Devina sama-sama hanya menyimak tanpa ikut campur.

Namun, entah apa yang terjadi di detik berikutnya. Devina yang mula duduk tenang kini tampak sedikit gelisah. Matanya sesekali bergerak terpejam meski ia berusaha menahan.

Tangannya ia genggam kuat dan beralih memegang tubuh bagian bawah.

“Tuan Prass apa yang dia lakukan sih? Aduh?” batin Devina saat menyadari di saja ada kaki Tuan Prass yang menyeberangi meja menyentuh pahanya hingga ke sudut dua kaki milik Devina.

Dari arah depan, Tuan Prass bisa melihat wajah sayu Devina.

“Ah sial kenapa malam ini harus tidak bisa sih? Aku harus bertemu dengannya secepatnya. Aku menginginkannya.” batin Tuan Prass kesal saat sebelumnya mengajak Devina untuk bertemu usai makan malam ini.

Sayangnya Devina menolak. Dengan alasan harus ke rumah sakit menjaga adiknya. Yang sebenarnya ia harus mendatangi tamu yang berjanjian dengannya.

“Pah, Pah,” panggil Yulia yang melihat semakin kesini sang suami seperti tersihir oleh Devina.

“Ah iya, Mah?”

Terpopuler

Comments

Leddy Sohar

Leddy Sohar

Wah wah..

2022-10-15

0

AbhiAgam Al Kautsar

AbhiAgam Al Kautsar

butuh persiapan yg matang untuk sekedar memulai

2022-10-14

0

weny

weny

anak lo itu pras

2022-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!