"Bagaimana keadaan gadis itu Christian?"
"Siapa dia sebenarnya Max? Wajah gadis itu sangat mirip dengan Vivienne, mendiang istri mu".
Terlihat laki-laki tampan yang duduk di kursi kebesaran nya itu membuang nafasnya dengan kasar. "Sudah aku katakan aku tidak mengenalnya. Gadis itu tiba-tiba menyelonong di depan mobil ku".
"Kau seperti bukan diri mu. Sejak kapan kau peduli pada orang lain, Maxxie. Bahkan kau membawa gadis itu ke kamar mu. Kau selalu nekat dan semau mu, mengendarai mobil dalam keadaan mabuk", ujar laki-laki tampan yang di panggil Christian.
"Rasa sepi itu menyerang ku lagi. Aku harus mengalihkan pikiran ku. Aku memang mabuk, tapi aku masih sadar apa yang terjadi di sekitar ku. Alkohol tidak akan membuat ku lupa segalanya. Makanya aku kerap melalui jalan itu. Jalan yang lengang dan tidak menimbulkan masalah bagi ku".
"Buktinya sekarang kau menimbulkan masalah. Kau membawa gadis asing ke rumah mu, Maxxie. Apa kau tahu dia sedang hamil sekarang? Bisa jadi gadis itu memang ingin mengakhiri hidupnya. Dia masih sangat muda, aku perkirakan usianya kisaran dua puluh tahun. Bisa jadi ia gadis bermasalah, Max"
"Apa kau mau bertanggungjawab. Gadis itu bisa membuat mu dalam masalah. Apalagi jika keluarga dan wartawan tahu ada wanita hamil di rumah mu ini, bisa seperti apa masalah yang akan timbul Max".
"Sebaiknya kau pergi sekarang. Aku ingin sendiri. Kau tidak perlu memikirkan masalah ku. Billy akan menyelesaikan masalah ini".
"Alright. Aku pergi sekarang. Ingat kau harus minum obatmu. Dan saat gadis itu bangun berikan vitamin ini padanya. Aku perkirakan ia hamil enam minggu. Kondisi kandungan aman, mobil mu tidak menyebabkan cedera", ucap Christian. "Aku pulang sekarang. Aku harap kau tidak menghubungi ku karena masalah yang kau timbulkan", ujar Christian sebelum menutup pintu ruang kerja teman baiknya Maxxie Leonard Horwitz.
Laki-laki tampan yang baru saja ditinggal pergi Vivienne dua bulan yang lalu. Kepergian Vivienne secara mendadak karena kecelakaan pesawat pribadi yang dialaminya menyisakan perasaan penyesalan mendalam bagi Maxxie.
Seharusnya hari itu Maxxie ada juga di pesawat menghadiri jamuan makan malam keluarga Vivienne yang di adakan di kepulauan Bahama. Vivienne yang asli dari Kuba memiliki keluarga yang berdomisili di sana. Namun saat hendak berangkat, Maxxie mendapatkan kabar terjadi masalah di proyek pengeboran minyak yang sedang ia kerjakan.
Sehingga Maxxie memutuskan, Vivienne pergi bersama asistennya sementara Maxxie memutuskan mengurusi masalah pekerjaannya. Tak di sangka ternyata hari itu adalah hari terakhir pertemuan nya dengan istri nya. Pesawat pribadi itu dinyatakan hilang dari radar meledak di udara.
Perasaan Maxxie benar-benar hancur hingga dua bulan kepergian Vivienne, laki-laki itu belum bisa menerima takdir. Namun di sisi lain, sebagai seorang Horwitz, Maxxie harus nampak baik-baik saja.
Siapapun pasti tahu dengan Horwitz group, perusahaan berskala internasional yang berpusat di kota New York tersebut adalah salah satu perusahaan tambang terbaik. Sementara Maxxie adalah satu-satunya pewaris Horwitz yang di dirikan oleh Morgan Horwitz sang kakek.
*
"Tuan Maxxie?"
Pelayan menundukkan kepalanya ketika melihat kedatangan atasannya. Maxxie yang memintanya mengganti pakaian basah gadis itu dengan kemejanya.
Sekilas Maxxie menatap gadis mungil tak berdaya di atas tempat tidurnya. Rambut nya masih nampak basah di atas bantal yang biasa di tiduri laki-laki itu.
"Bagaimana keadaannya?"
"Nona ini tertidur sangat pulas. Apa sebaiknya saya bangunkan saja tuan? Sekarang sudah malam, tuan juga pasti mau beristirahat. Nona ini bisa tidur di kamar tamu".
"Tidak perlu. Biarkan saja di kamar ku. Sekarang sebaiknya kau istirahat lah", perintah Maxxie.
Pelayan itu segera permisi keluar kamar sambil membawa pakaian kotor Olivia.
Maxxie berdiri di samping tempat tidur dengan tangan masuk ke dalam saku celana panjangnya. Ia menatap lekat gadis cantik yang nampak tertidur nyenyak sekali di atas tempat tidur milik nya. Pipi kanan wajah mulus itu terlihat memerah. "Kau sangat mirip dengan Vivienne istri ku. Siapa kau sebenarnya? Kenapa malam-malam kau berada di jalanan sepi itu?"
Olivia menggerakkan tubuhnya, tampak gusar. Keningnya berkerut dan berkeringat. "Oliver tolong aku. J-angan sakiti aku".
Maxxie mengetatkan rahangnya. "Oliver?"
...***...
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Virgo Girl
Pola cerita nya dah ketebak, dia yg menolong tp dia jg nti yg jd sad boy. Bisa ga skli2 sang penyelamat yg jd pemenangnya 😁😁
2025-01-14
0
Siti Aminah
apa Maxxio mengenal Oliver..?
2024-12-11
0
sasri
🤗🤗
2023-03-07
0