Jihan masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya, ia sengaja tidak menyetel alarm karena mulai hari ini libur akhir semester, Nino yang tahu jika kakak sepupunya itu pasti belum bangun, bergegas menuju kamar jihan.
Saat masuk Nino mulai tersenyum licik, seperti sedang merencanakan sesuatu, ia mendekati jihan yang masih tertidur pulas, dan dalam hitungan satu, dua dan tiga.
"Kebakaran .... kebakaran!" teriak Nino tepat di telinga jihan.
Seketika jihan langsung terperanjat kaget, dengan kondisi yang masih setengah sadar ia berlari keluar dari kamar.
"Dimana kebakarannya," ucap jihan kebingungan.
"Kamu kenapa Jihan? " tanya Mela yang bingung melihat tingkah Jihan.
"Ada kebakaran tante!" ucap jihan panik.
Mela menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, "Haha ... kamu mengigau ya?, pergi cuci muka dulu sana," ucap Mela.
"Tidak ada kebakaran, terus tadi siapa yang bilang," belum sempat jihan meneruskan kata-katanya, Nino sudah menghampirinya.
"Haha .... kasihan sekali kamu kak, aku kerjain," ledek Nino.
"Usil sekali sih kamu, awas saja, kalau aku berhasil menangkap kamu," Jihan mengejar Nino yang sudah lebih dulu berlari.
"Kejar kalau bisa ... haha," ucap Nino yang masih saja berlari.
Jihan mengejar Nino, kesana kemari, tiba-tiba suara pintu di ketuk menghentikan langkahnya, ia berjalan membuka pintu dan ia cukup kaget saat pintu terbuka, sosok vita yang berdiri di sana.
"Kak Vita?" ucap jihan.
"Ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan jihan," ucap Vita.
"Baiklah kak, kita bicara di warung di seberang sana bagaimana" ucap Jihan.
"Baiklah, ayo," ucap Vita.
Jihan mengikuti langkah Vita, perasaannya jadi tidak enak karena tidak biasanya vita ingin bicara berdua dengannya saja.
Setelah sampai di warung didepan rumah jihan, mereka memesan bubur ayam untuk sarapan, saat pesanan mereka datang vita dan jihan tak menyentuh sedikitpun bubur itu.
"Sebenarnya apa yang ingin kakak Bicarakan?" tanya jihan yang sudah penasaran sejak tadi.
"Aku langsung ke intinya saja, aku mau kamu putus dengan johan kamu itu tidak pantas dengan dia, dia anak pengusaha terkenal dan sukses, demi masa depannya ia harus kuliah di Amerika dan Karena kamu, dia tidak ingin pergi, harusnya kamu sadar diri, kamu orang baru di hidup johan, jangan karena keegoisan mu, masa depan Johan jadi terhalang, sejak awal orang tua johan memang tidak ingin johan berpacaran, entah apa yang akan mereka katakan saat mengetahui hubungan kalian, yang pasti johan yang akan menerima akibatnya," tutur vita.
"Kak jo tidak pernah membicarakan tentang kekayaan orang tuanya, dia juga menerima aku apa adanya dan aku tidak pernah melarang kak jo untuk meraih Cita-citanya, kak jo sendiri yang memutuskan untuk tinggal," ujar jihan tegas.
"Kamu itu hanya jadi penghalang untuk johan, aku sarankan agar kamu mengakhiri hubungan kalian, apa kamu tahu karena ingin bertahan untuk tinggal di Indonesia, johan jadi melawan perintah kedua orangtuanya, padahal dulu dia itu anak yang penurut dan selalu mengikuti keinginan orang tuanya, kamu fikirkan baik-baik, kalau kamu benar-benar cinta dengan Johan, relakan dia demi masa depannya, permisi."
Vita beranjak dari duduknya dan melangkah pergi, sementara jihan, hanya menunduk ia memejamkan matanya merasakan sesak di dadanya, ia mencoba untuk tegar.
~
Siang harinya, Jihan pamit untuk pergi ke tempat temanya, padahal ia akan pergi bersama Johan.
"Aku pamit dulu ya tante," ucap jihan.
"Iya Hati-hati ya," ucap mela yang sedang menjemur pakaian.
Merasa bersalah juga lama-lama bohong sama Tante, maafkan aku ya tante," batin jihan.
~
Jihan sedang duduk termenung di halte bus, ia sedang meyakinkan diri untuk bicara serius kepada johan, meskipun johan sudah mengatakan akan kuliah di Indonesia saja,tapi semakin jihan fikirkan ucapan vita ada benarnya, ia hanya orang baru di kehidupan johan dan karenanya Johan jadi membuang cita-citanya sendiri, dari itulah ia mengajak johan bertemu hari ini.
Ujian akhir sudah selesai, Johan tinggal menunggu hasil ujiannya saja, Jihan semakin dilema meski ia tak pernah mengatakannya secara langsung kepada johan, jihan yakin kalau pun ia meminta johan untuk pergi ke Amerika, johan tidak akan mau, jalan satu-satunya adalah putus, dengan itu johan akan menyerah dengan sendirinya dan akan pergi ke Amerika, itulah yang di fikiran Jihan.
"Kamu sudah lama menunggu," ucap Johan yang sudah turun dari motornya, membuat lamunan jihan buyar seketika.
"kak Jo ... tidak juga," ucap Jihan.
"Ayo kita jalan, hari ini kamu yang menentukan kita akan kemana," ujar johan sambil memasangkan helm di kepala Jihan.
Motor johan melaju dengan kecepatan sedang, jihan yang duduk di belakang memeluk Johan dengan erat, seperti tak rela untuk melepaskannya, tanpa jihan sadari matanya mulai mengeluarkan cairan bening yang membasahi wajah cantiknya.
Akhirnya mereka sampai di sebuah danau, Jihan sengaja mengajak johan ke sana, agar mereka lebih leluasa untuk bicara.
"Tidak biasanya kamu mengajak kakak kemari," ucap johan yang sudah duduk di pinggir danau berdampingan dengan Jihan.
"Aku hanya ingin bicara dengan kak jo dengan tenang," ucap jihan yang mulai nampak sendu.
"Kamu serius sekali, sebenarnya apa yang ingin kamu Bicarakan?" tanya Johan.
"Aku mau kita putus saja," ucap jihan Sambil menunduk.
"Kamu bercanda ya, itu tidak lucu," ucap johan bingung.
Jihan menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, "Aku serius kak," ucap jihan yang masih menunduk.
"Tapi kenapa? ... apa alasannya?" ucap johan tak percaya.
"Aku tidak bisa memberikan kakak alasan apapun, aku hanya ingin kita putus, ini demi kebaikan kita berdua" ucap jihan dengan suara yang mulai bergetar.
Johan menggeleng tak percaya, hubungan mereka baik-baik saja sampai hari ini, "Aku tidak mau, tidak akan pernah!!" tegas Johan.
Jihan tak bisa berkata-kata, lama mereka saling diam, tenggelam dalam fikiran mereka masing-masing, sampai pada akhirnya Johan bersimpuh di hadapan jihan.
"Kak Jo ... apa yang kakak lakukan?" Jihan menatap johan tak percaya.
"Aku mohon jangan akhiri hubungan kita, aku sangat mencintaimu, lebih dari apapun," ucap Johan yang sudah mulai berkaca-kaca.
Jihan tak bisa lagi membendung kesedihannya, ia Menangis tersedu-sedu di hadapan Johan, langsung saja Johan memeluk jihan untuk menenangkannya.
~~
Kini Jihan sudah berada di kamarnya, setelah ia menangis di pelukan johan, ia langsung minta untuk di antar pulang tentunya hanya sampai di halte saja, Johan tak lagi bertanya dan ikut diam saja, ia mau jihan menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Sudah ratusan pesan dari johan masuk ke ponselnya, namun tak satupun yang ia baca, Jihan membaringkan tubuhnya di atas kasur dan kembali menagis tanpa suara.
Jihan tak pernah menyangka akan memutuskan hubungan dengan pria yang sangat ia cintai, Johan adalah cinta pertamanya dan ia berharap akan menjadi cinta terakhirnya, namun saat kedaan memaksa mereka untuk berpisah, Jihan bisa apa.
~
Johan memcoba memejamkan matanya, namun yang ia lihat hanya wajah jihan yang sedang menangis, ia mencoba berfikir keras kenapa jihan ingin mereka putus, namun johan belum menemukan jawaban apapun.
Di lihatnya foto jihan yang menjadi wallpaper Ponselnya, foto yang ia ambil secara diam-diam sewaktu ia pertama kali jatuh cinta pada Jihan.
Waktu itu masa orientasi siswa, dan johan adalah ketua OSIS yang memang di tugaskan untuk menangani murid-murid baru, waktu itu ia mengerjai jihan, hingga jihan pingsan, karena merasa panik Johan menggedong jihan menuju UKS, ia sangat khawatir, maksudnya hanya bercanda tapi malah Membuat jihan pingsan.
Lama Johan menunggu sampai akhirnya jihan sadar, Johan langsung meminta maaf dan jawaban jihan benar-benar membuat johan terpana, Jihan berkata, "Kenapa kakak minta maaf, aku tidak apa-apa, terimakasih sudah membawaku kemari," ucap jihan lalu tersenyum kepada Johan.
Johan kembali membuka matanya, ia baru ingat sebentar lagi anniversary mereka yang kedua tahun, ia membuka laci meja belajarnya, di ambilnya kotak kecil yang ada di dalam laci itu, dibukanya kotak itu dan di dalamnya berisi kalung inisial JJ (Johan dan Jihan), ia kembali merasa frustasi, kenapa mereka harus menjadi seperti ini di saat hubungan mereka memasuki dua tahun.
~~
Sudah tiga hari berlalu Johan masih tenggelam dalam kesedihannya, ia merindukan jihan, ingin mendengar suaranya meski hanya sebentar, namun nomor ponsel jihan sudah tidak aktif lagi.
Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Johan, Johan langsung beranjak turun dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.
"Vita ada di bawah, dia mau bertemu kamu katanya," ucap Maria.
"Iya bu, sebentar lagi aku turun," ucap Johan.
Johan kembali masuk kedalam kamarnya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, baru kemudian Johan menghapiri Vita yang sedang duduk di kursi taman yang ada di halaman depan rumahnya.
"Kenapa kamu mencari ku?" Johan duduk di samping Vita.
"Aku ingin minta maaf Jo, aku sadar keegoisan ku telah merusak persahabatan kita, aku ingin terus menjadi sahabat kamu Jo," ujar Vita.
"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, aku sudah menganggap kamu sebagai saudaraku sendiri, dan persaan ku tidak bisa lebih dari itu," ujar johan.
Tapi aku tidak mau menjadi saudaramu Jo, aku mencintaimu," batin Vita.
"Iya aku mengerti,"ucap Vita.
"Bagaimana dengan hubungan mu dan Jihan?" tanya Vita.
"Dia memutuskan hubungan kami, aku tidak tahu apa alasannya, aku masih benar-benar mencintainya," ucap Johan.
Vita tersenyum mulai menyeringai licik, ia sangat senang karena Johan dan jihan putus, dan rencananya tidak akan sampai di situ saja.
Tinggal satu langkah lagi, aku akan membuat kamu membencinya," batin Vita.
Bersambung 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
lanjut lagi
2022-10-22
0
Devi Triandani
knp harus menyerah...kan bisa dibicarakan baik2. km bakal menyesal jihan
2022-10-15
0
Devi Triandani
kok km sewot sih Vita klo Johan tdk mau kuliah keluar negeri. Bilang aja km cemburu km ungkapkan cinta km tdk ditanggapi
2022-10-15
0