Nayla masuk ke dalam kamar dengan perasaan marah dan kesal, ternyata Sang Kakak telah membuat nya sangat kecewa.
"Aku benci Abang! Kenapa Abang tega lakuin ini sama Nay! Nay benci benci benci." Nayla memukul-mukul tempat tidur nya, Ia menangis tersedu-sedu, bagaimana besok Ia menghadapi Rio, pasti Rio juga marah padanya.
Sementara itu Gerald berusaha mengejar Adiknya dan menghampiri Nayla di kamarnya, Ia melihat Nayla yang sedang menangis dan terlihat begitu bersedih, Gerald pun mulai masuk ke dalam kamar sang Adik dan Ia pun meminta maaf kepada Nayla.
"Nay! Abang tahu kamu pasti kecewa sama Abang, tapi percayalah Nay! Abang tidak mau kamu berhubungan dengan laki-laki itu karena dia adalah anak dari musuh bisnis Abang, laki-laki itu tidak baik untuk mu, Nay! Abang tahu siapa dia, percayalah!" seru Gerald sembari duduk berjongkok di depan sang Adik.
"Abang tahu nggak sih, kalau Abang itu jahat banget sama Nayla! Nayla sayang banget sama Rio, Bang! Tolong Abang ngertiin perasaan Nay sedikit saja, Nay benar-benar cinta sama Rio." ucap Nayla sembari menatap wajah sang kakak.
"Abang juga cinta sama kamu Nay, andaikan saja kamu tahu bagaimana Aku memendam perasaan ini cukup lama, Aku selalu bersabar menunggu waktu itu tiba, waktu di saat kamu tahu jika Abang mu ini benar-benar sayang sama Kamu, Nay!" batin Gerald saat melihat bola mata yang indah milik Nayla.
"Mendingan Bang Gerald pergi saja dari sini, Nay nggak mau lihat Abang, Nay mau sendiri." pinta Nayla sembari beranjak berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu dan mempersilahkan sang Kakak untuk pergi dari kamar nya. Gerald pun terpaksa menuruti permintaan sang Adik. Ia pun beranjak pergi dari kamar Nayla.
Sejenak Gerald berhenti dan menatap wajah Nayla, nyatanya Nayla tidak mau melihat wajah kakaknya, Nayla terlihat memalingkan wajahnya.
"Abang peringatkan sekali lagi untukmu, jangan pernah berhubungan lagi dengan laki-laki itu, jika kamu masih berhubungan dengan dia, Abang tidak segan-segan untuk melukainya, tak perduli dia anaknya Arthur, Aku tahu dia itu hanya mempermainkan perasaan mu saja Nay!" ucapan terakhir Gerald sebelum dirinya pergi meninggalkan Nayla sendiri. Nayla hanya diam tak membalas nya, Ia sudah malas berbicara dengan Gerald.
Setelah Gerald keluar dari kamar Nayla, Ia pun segera menutup pintu dan menguncinya, Ia benar-benar kesal dengan sang Kakak. Sementara itu Gerald pergi ke bar mini di salah satu ruangan, di sana Ia mencoba menenangkan dirinya, Ia menuangkan wine untuk sekedar menghangatkan tubuh dan juga untuk melupakan kejadian yang baru saja terjadi.
Gerald benar-benar tidak menyangka jika sang Adik menjalin hubungan cinta dengan putra dari musuh bisnis nya, dan yang lebih menyakitkan bagi Gerald adalah pengakuan cinta sang Adik kepada Rio, nyatanya itu yang membuat Gerald benar-benar marah, Ia pun mencengkram erat gelas berisi wine itu, dan seketika gelas itu pecah dan tentu saja melukai tangannya, Gerald melihat tangannya berdarah, namun pria itu tidak merasakan sakit yang berarti dibandingkan dengan rasa sakit pengakuan cinta Nayla kepada Rio.
Sementara itu, setelah menangis cukup lama, akhirnya Nayla merasa haus, Ia pun berpikir jika sang Kakak telah pergi ke kamarnya, maka dari itu Nayla turun dari kamarnya dan pergi ke arah dapur yang bersebelahan dengan bar mini dimana Gerald berada.
Sekilas Nayla melihat Gerald yang sedang duduk sendirian dengan tangan yang terluka karena terkena pecahan beling yang menancap di tangannya, sontak Nayla pun terkejut dan langsung menghampiri Gerald yang sedang terluka.
"Bang Gerald! Apa yang terjadi, Bang! Ya ampun, kamu terluka, Bang! Kenapa bisa tangan mu terluka kayak gini." ujar Nayla panik sembari membersihkan luka pada tangan Gerald. Bagaimana pun juga Nayla adalah adik Gerald, perasaan sebagai seorang Adik terketuk untuk menolong Kakaknya.
Nayla berusaha membersihkan pecahan beling yang masih menancap pada tangan Gerald, Nayla berusaha mencabutnya pelan-pelan agar sang Abang tidak kesakitan.
"Tahan ya, Bang! Aku akan mencabut nya!" Nayla ancang-ancang untuk mencabut beling yang masih tertancap, sesekali Gerald meringis kesakitan saat rasa perih itu mulai terasa.
"Awww."
"Sakit ya, Bang?" tanya Nayla kepada Gerald. Gerald hanya menggeleng kepalanya, kemudian Nayla membersihkan darah yang keluar. Dengan telaten Nayla mengobati luka sang Kakak meskipun dirinya sedang kesal.
Gerald memandangi wajah Adiknya yang benar-benar tak bosan untuk dilihat.
"Luka ini memang sakit dan berdarah tapi tak sesakit dengan kenyataan jika kamu mencintai pria lain, sakit tak berdarah, Aku cemburu, Nay! Jujur Aku tidak bisa melihat mu mencintai pria lain, ingin sekali rasanya Aku bunuh laki-laki itu, agar kamu tidak bisa mencintainya lagi, tapi semua itu hanyalah mimpi," batin Gerald yang terus memandangi wajah Nayla tanpa berkedip.
Setelah Nayla mengobati luka Gerald dan membalutnya dengan kain kasa, Ia pun beranjak pergi dari tempat itu.
"Sudah selesai, Bang! Aku mau ke kamar dulu, Hello Abang! Bang! Yeee malah ngelamun." tegur Nayla kepada Gerald yang matanya terus terpana melihat kecantikan sang Adik.
"Eh em ... iya makasih." Gerald menjawabnya dengan salah tingkah. Kemudian Nayla pergi ke kamarnya setelah ia mengambil air minum. Mata Gerald tak pernah lepas dari sang Adik, sejenak Ia tersenyum melihat tangannya yang di perban oleh Nayla.
*
*
*
Keesokan harinya, seperti biasa Nayla pergi ke sekolah dan Gerald tetap menjalankan tugas nya di kantor, pagi itu Nayla dan Gerald sarapan bersama, meskipun Nayla sangat kecewa dengan Abang nya, tapi Ia mencoba menutupi kekecewaan nya, tapi Nayla tidak akan pernah mau putus dengan Rio, Ia akan tetap menjalin hubungan cintanya dengan Rio secara sembunyi-sembunyi atau backstreet agar Gerald tidak mengetahuinya, karena Nayla sudah terlanjur sayang dengan Rio.
"Ayo kita berangkat, Nay!" ajak Gerald, Ia akan mengantarkan Nayla ke sekolah sebelum dirinya pernah ke kantor, Gerald akan terus berusaha untuk selalu mengawasi Adiknya agar Nayla tidak dekat-dekat lagi dengan Anak Arthur tersebut. Gerald khawatir saja jika Rio benar-benar mempermainkan Adiknya.
"Iya, Bang!" jawab Nayla.
Akhirnya hari itu Nayla di antar oleh sang Kakak ke sekolah, dan setelah beberapa menit mobil mewah itu tiba di depan pintu gerbang sekolah Nayla, Nayla turun dan sebelum nya Ia berpamitan kepada Gerald.
"Nay masuk dulu, Bang!" pamit Nayla sembari mencium tangan sang Kakak.
"Hmm ... ingat pesan Abang! Jangan berhubungan lagi dengan cowok itu, kamu mengerti!"
Demi supaya Gerald percaya, Nayla pun menganggukkan kepalanya seolah dirinya memang tidak akan berhubungan lagi dengan Rio.
"Iya iya, Nayla akan nurutin kemauan Abang! Udah ya Nayla mau masuk, daaahhh Abang!" setelah itu Nayla segera pergi masuk ke halaman sekolah, Gerald terus memperhatikan Nayla yang membuatnya kini benar-benar tidak bisa tenang. Setelah Ia memastikan Nayla benar-benar sudah masuk ke dalam kelas, Ia pun segera pergi dari sekolah Nayla dan melanjutkan perjalanan menuju ke kantor.
Setelah Nayla melihat mobil sang Kakak yang sudah pergi, Ia pun bisa tersenyum lebar, Nayla kemudian menghampiri Rio yang saat ini tengah berada di dalam kelas, mereka berdua adalah teman sekelas.
"Rio!" sapa Nayla kepada cowok yang terkenal dengan image nya sebagai cowok terkeren di sekolah itu.
"Nayla!" Rio melihat ke arah sang gadis dengan senyum smirk.
"Rio! Kamu baik-baik saja, kan? Maafkan sikap Abang ku kemarin, Aku benar-benar malu sama kamu, tolong maafin Aku, ya!" seru Nayla sembari memohon kepada Rio untuk memaafkannya.
"Oke! Sebenarnya Aku kecewa dengan sikap kakakmu yang sok jagoan itu, tapi ya sudahlah, Aku maafkan tapi dengan satu syarat." ucap Rio dengan tatapan matanya yang liar.
"Apa?" Nayla menatap wajah sang pacar berharap mereka bisa baikan lagi.
Rio membisikkan sesuatu pada telinga Nayla, entah apa yang cowok itu bisikkan, seketika Nayla berubah ekspresi wajah.
"Bagaimana? Kamu bersedia? Aku tidak memaksanya, jika kamu masih sayang sama Aku, maka kamu tinggal bilang iya, jika tidak ya terpaksa kita putus." mendengar penuturan dari Rio, Nayla pun tidak berfikir lama, karena dirinya terlalu mencintai laki-laki itu, Nayla pun menyetujui permintaan Rio.
"Baiklah! Aku setuju. Tapi, tidak sekarang. Berikan Aku waktu, Aku butuh persiapan sebelum melakukan nya, tapi Kamu tidak akan meninggalkan kan ku kan Rio! Aku sangat mencintaimu!" ucap Nayla yang khawatir Rio akan meninggalkan nya setelah Ia menyerahkan segalanya untuk sang Pacar.
"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu, Nay! Itu tidak akan pernah terjadi, Aku tidak akan meninggalkan mu, karena kamu sudah berkorban segalanya untukku, Aku akan menunggu sampai kamu mau melakukannya." balas Rio sembari mencium tangan Nayla, wanita mana yang tidak tergoda dengan pesona Rio yang menjadi rebutan banyak cewek-cewek itu.
"Terima kasih Rio! Jika saatnya sudah tiba, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan." Nayla tersenyum kepada sang Pacar.
"Dasar gadis bodoh! Sangat mudah sekali membohongi mu Nay! Kamu pikir Aku akan setia? Itu hanya mimpi, setelah Aku mendapatkan semuanya Aku akan pergi, itu balasan untuk Abang mu yang sombong itu, tentu saja Papa pasti sangat bangga padaku, karena Aku berhasil merusak kehidupan Adik dari musuh besar Papa, tunggu tanggal mainnya, Gerald Adams." batin Rio dengan senyum jahatnya.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kata2 dan janji2 sang buaya cap kadal..baru SMA aja udah jadi teh celup,..
2024-09-27
0
Qaisaa Nazarudin
Keliatan banget Rio bukan lah pemuda baik2..Pasti lah dia berdendam dengan apa yg tlah Gerald lakukan,Dan aku percaya sekarang Rio cuman manpaatin ke Bodohan Nayla doang..Semoga aja kamu gak nyesel Nay gak dengerin nasehat abang kamu..
2024-09-27
0
Qaisaa Nazarudin
Orang yg lagi kasmaran,Mana percaya dia...😂😂
2024-09-27
0