Nayla pergi ke kamar tidur, sejenak Ia merasa ada yang aneh dengan Gerald, tatapan bola mata itu membuat Nayla sedikit meremang, sebagai Adik Ia tahu betul bagaimana sifat sang Kakak, kali ini tatapannya sungguh berbeda.
"Si Abang kenapa, ya! Kok sekarang beda banget?" pikir Nayla sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang seusai dirinya menyimpan uang yang baru saja diberikan oleh Sang Kakak. Ia pun bergegas untuk tidur mengingat besok dia harus bangun pagi-pagi, karena besok dia akan pergi bersama Satrio, cowok yang sekarang menjadi pacar Nayla. Satrio, cowok tampan, tajir dan dikejar-kejar banyak cewek yang populer di sekolah Nayla, Ia juga adalah anak seorang pengusaha kaya raya yang bernama Arthur, dimana dia adalah musuh bisnis Gerald.
Nayla mulai mematikan lampu meja dan beranjak tidur, tak berselang lama seseorang masuk ke dalam kamar Nayla yang sudah gelap itu, gadis itu terlihat sedang tidur pulas, sementara sepasang mata tengah mengintai Nayla yang tidur dengan merangkul guling kesayangan nya.
Perlahan sebuah tangan merambat dan membelai pipi Nayla yang putih bersih itu. Tangan itu membelainya dengan lembut, sesekali Nayla bergerak ke arah samping memperlihatkan wajahnya yang begitu damai dalam tidur malam ini.
"Kamu cantik sekali, Nay! Sangat cantik ... Aku tidak mau orang lain memiliki mu, Aku akan terus menjagamu, sampai kapanpun Aku tidak rela jika ada orang lain yang mencintaimu, karena hanya Aku lah orang yang berhak mencintai mu, Adikku!"
Rupanya Nayla belum menyadari jika sang Kakak datang ke kamar nya, Gerald mencium kening sang Adik sebelum dirinya pergi ke kamarnya, sungguh pria itu telah mencintai Adiknya, perasaan terlarang itu semakin kuat dalam hati seorang Gerald, apalagi sekarang sang Adik telah tumbuh dewasa, sejenak Gerald memandangi Nayla yang sedang tertidur, wajah cantik, kulit putih bersih apalagi sekarang bagian tubuh Nayla telah tumbuh membesar, Gerald menelan ludahnya sendiri, tangan gagah itu terlihat mulai membuka kancing baju Nayla, ia mulai tidak tenang kala rasa ingin nya untuk menyentuh sang Adik.
"Maafkan Abang, Nay! Tidak ... Aku benar-benar tidak bisa." karena Gerald tak tahan lagi menahan hasrat yang tiba-tiba itu, Ia pun memutuskan untuk segera keluar dari kamar Nayla. Gerald memutuskan untuk keluar dari kamar Nayla sebelum bisikan liar itu semakin membakar jiwanya.
Suara pintu tertutup yang sedikit keras, membuat Nayla terkejut dan Ia membuka matanya, baru saja dirinya terlelap, mendengar pintu kamar yang ditutup cukup keras membuat gadis itu terbangun.
Nayla beranjak turun dari tempat tidur nya, sejenak Ia terkejut melihat kancing atas bajunya yang tiba-tiba terlepas, dengan segera Nayla memasang kancing baju yang sudah terlepas dua biji itu, sehingga sedikit memperlihatkan belahan dadanya yang masih terlihat mengkal, Ia pun segera berlari menuju ke pintu untuk menutup dan menguncinya.
"Ada apa ini, kenapa perasaanku tiba-tiba nggak enak, ya! Apa ada yang masuk ke kamar ku? Apa itu Bang Gerald? Ah nggak mungkin, hmm mungkin cuma perasaan ku saja." batin Nayla sembari melanjutkan tidur nya.
*
*
*
Keesokan harinya, Gerald bangun lebih pagi karena hari ini Ia ada pertemuan penting dengan kolega bisnis nya, sehingga Nayla pun sudah tidak mendapatkan sang Kakak pagi ini.
"Abang kemana, Bi?" tanya Nayla kepada Bi Jum, asisten rumah tangga yang setia mengabdi kepada keluarga Adams selama 20 tahun, meskipun Sudarsono dan Istrinya telah meninggal, tapi Bi Jum tetap setia karena wanita itu sangat menyayangi Nayla, wanita itu juga yang membantu merawat Nayla saat masih bayi dengan memberikan air susunya untuk Nayla. Nayla pun sangat menyayangi Bi Jum seperti ibu kandungnya sendiri, karena bagaimanapun juga Bi Jum adalah Ibu susunya.
"Tuan muda Gerald sudah berangkat Non, pagi sekali dia berangkat, katanya ada rapat penting." jawab Bi Jum.
"Oh ... ya sudah, Nay berangkat dulu ya, Bi!" pamit Nayla sembari mencium tangan Bi Jum yang sudah Ia anggap sebagai Ibunya.
"Hati-hati, Non!" Bi Jum terlihat begitu bahagia melihat Nayla yang sekarang tumbuh dewasa menjadi gadis yang cantik, Bi Jum tak menyangka jika putri dari sang majikan telah menjadi wanita dewasa.
"Kamu sudah besar, Nak! Seandainya Tuan dan Nyonya masih ada, pasti mereka bahagia sekali melihat mu tumbuh menjadi seorang gadis yang periang dan sangat cantik, siapapun orang tua mu, Aku yakin mereka pasti akan menyesal telah membuang mu saat itu." batin Bi Jum kala mengingat kejadian delapan belas tahun silam.
*
*
*
Sementara itu Nayla kini bertemu dengan teman-teman nya, tentu saja ada Satrio yang akrab disapa Rio, pacar Nayla.
"Hai Nay! Kamu cantik sekali hari ini?" puji Rio kepada Nayla.
"Bisa aja kamu," Nayla terlihat malu-malu, sementara dua sahabatnya Rita dan Neli terlihat menggoda dua pasangan sejoli itu.
"Cie cie! Hmm ada yang lagi kasmaran nih!" goda Rita.
"Ce ileee ... yang baru jadian, bahagianya! Jadi iri." sambung Neli sembari menyikut tangan Nayla.
"Diih apa-apaan sih kalian," balas Nayla sembari tersenyum malu. Hari itu mereka berada di sebuah Cafe, hari ini bukanlah hari Minggu, sekolah mereka sedang cuti karena ada renovasi sekolah selama tiga hari, maka dari itu mereka memutuskan untuk pergi nongkrong di Cafe dekat kantor Papanya Rio. Mereka terlihat bersenang-senang dan bersenda gurau, sementara Rio dan Nayla terlihat duduk berdua di salah satu sudut ruangan sembari melihat suasana dalam Cafe.
Karena terlalu asyik Nayla berada di Cafe dan tentunya karena ada sang pacar yang menemani, membuat Nayla lupa pulang, hingga malam hari Nayla belum juga pulang.
Sementara di rumah, Gerald yang sudah ada di rumah, menunggu kedatangan sang Adik, Ia terlihat begitu cemas dengan Nayla, bagaimana bisa sang Adik belum pulang juga, sementara jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.
"Nayla! Kemana saja kamu, jam segini belum juga pulang!" Gerald terus melihat ke arah arloji nya, sembari memperhatikan jalan raya berharap Nayla segera pulang. Ia pun telah memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Sang Adik. Tapi, sampai sekarang sang Adik belum juga pulang.
Tak berselang lama sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan rumah Gerald, tentu saja Gerald langsung melihat mobil siapa yang datang, seketika Gerald terkejut saat melihat Nayla turun dari mobil yang membuat Gerald mengingat sesuatu.
"Mobil itu? Sepertinya Aku tahu siapa pemilik mobil itu, sialan! Berani-beraninya dia deketin Nayla, ini tidak bisa dibiarkan!" Gerald terlihat mengepalkan tangannya saat melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut yang tak lain adalah seseorang yang sudah Ia kenal.
Setelah Nayla turun bersama sang Pacar, gadis itu masuk ke dalam rumah hendak mengenalkan Rio kepada Gerald. Namun, belum sampai masuk ke dalam rumah, Gerald sudah pasang badan berdiri di tengah-tengah pintu menghadap Sang Adik dan pacarnya.
Tentu saja Nayla sangat terkejut, saat melihat Gerald yang tiba-tiba berdiri di sana.
"Eh Abang! Oh ya Bang! Kenalin ini Rio, pacar Nayla!" seru Nayla sembari tersenyum berharap Sang Kakak menyukai pacarnya itu. Namun, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar tidak bisa Nayla duga, Gerald langsung memukuli Rio, tentu saja Nayla spontan melerai mereka berdua.
"Kamu! Berani-beraninya kamu deketin Adikku, kamu tahu Aku tidak akan biarkan kamu menyentuh Nayla, mengerti!" seru Gerald sembari memukuli Rio yang tentu saja Ia juga tidak mengerti kenapa Gerald memukuli nya. Rio pun membela diri dengan memukul balik Gerald, sehingga perkelahian itu tidak bisa dihindarkan.
"Stooooppp! Berhenti! Kenapa sih, kayak anak kecil saja!" Nayla berteriak kepada dua pria itu sembari memisahkan keduanya.
"Abang! Abang itu kenapa sih! Main pukul saja, kayak preman tahu nggak." umpat Nayla yang begitu kesal melihat sikap Gerald yang tiba-tiba memukuli Rio. Nayla pun melihat kondisi Rio yang berdarah di ujung bibirnya.
"Rio! Kamu nggak apa-apa, kan?"
"Aku nggak ngerti dengan sikap Abang kamu, dasar kriminal! Aku pulang!" seru Rio sembari pergi meninggalkan rumah mereka.
"Rio tunggu! Maafkan Abang Rio, tunggu!" Nayla mencoba merayu Rio agar tidak pergi, namun rupanya Rio terlanjur tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh Gerald, sementara itu Gerald terus menarik tangan Nayla agar sang adik tetap berada di sampingnya.
"Mau kemana kamu, Nay! Kamu di sini saja!" Gerald terus menahan tangan Nayla agar adiknya tidak mengikuti Rio pergi.
Akhirnya Rio pun pergi meninggalkan rumah Nayla, seketika itu Nayla menangis dan menatap wajah sang Kakak penuh kebencian.
"Aku benci kamu, Bang! Aku benci Abang!" setelah mengatakan itu kepada Gerald, Nayla langsung masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
"Maafkan Aku, Nay! Laki-laki itu tidak pantas untukmu, dia putra Arthur, Aku tahu betul siapa dia, pemuda itu pemuda brengsek, dia pasti hanya mempermainkan mu Nay! Tidak akan Aku biarkan itu terjadi." gumam Gerald sembari memperhatikan sang Adik yang tengah merajuk.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kasian Rio yg gak tau apa2 langsung kena bogem..🤦
2024-09-27
0
Qaisaa Nazarudin
Kan Gerald dari awal udah ngelarang dan nolak mentah2 Nayla berpacaran,Malah ngenyel,Dengan bangga lagi Nayla mengenalkan Rio ke Gerald,Nah kan kena...
2024-09-27
0
Qaisaa Nazarudin
Nah kan bener Nay bukan adek kandung Gerald..Pasti nya Gerald juga udah tau semua,kan saat itu dia udah gede,Jadi gak ada yg salah dgn hubungannya mereka..
2024-09-27
0