SPA 04

Sesuai kesepakatan satu bulan yang lalu. Tepat hari ini, hari dimana akan diadakannya ikatan suci pernikahan di rumah mempelai perempuan. Tepatnya kediaman Hasan selaku kepala keluarga di rumah itu.

Aida saat ini tengah dirias dikamarnya yang sudah disulap sebagai kamar pengantin. Kamar yang tampak sangat cantik bahkan terkesan mewah. Dengan selimut yang dibentuk seperti bunga teratai, yang bagian ujungnya terdapat anggur yang menjuntai ke bawah. Sangat indah, bahkan terkesan mewah. Tak dapat di pungkiri jika mata agak sudah untuk berkedip melihat keindahan kamar itu.

"Sayang, calon suami kamu sudah sampai," Aisyah memegang lembut bahu putrinya. "Sebentar lagi acara pernikahan kamu akan dilaksanakan, Nak." Tampak mata wanita itu berkaca-kaca. Sungguh dia tidak akan pernah mempu untuk melepas putrinya, namun emang beginilah takdir.

"Iya Ummi," Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Aida.

"Nak, jadi lah seorang istri yang sesuai dengan sabda Rasullulah yang diriwayatkan Abu Udzainah Ash-Shadafi RA. Ummi tahu jika saat ini kamu belum menerimanya sepenuhnya, Sayang. Yakinlah, apa yang sekarang Ummi dan Abi pilihkan itu yang tebaik Nak. Kami percaya kamu bisa, Sayang." Asiyah mengusap-ngusap lembut bahu putrinya. "Sebaik-baik perempuan di antara kalian adalah yang sangat sayang (cinta) kepada suami, yang memiliki banyak anak, tidak kasar, membantu suami dalam kebaikan, ketika mereka bertakwa kepada Allah." lanjut Asiyah.

Aida menatap wajah Umminya yang kini tengah menatap dirinya. Jangan lupakan senyum yang menghiasi wajah wanita yang tak lagi muda itu

"Iya Mi. Do'ain aku agar bisa menjalani pernikahan ini sebagai mana mestinya. Dan juga tentunya sesuai yang diajarkan Rasulullah,"

"Iya Nak, itu sudah pasti. Langkah kaki kamu tidak akan lupa dengan do'a ummi serta Abi, Sayang," balas Aisyah tersenyum manis kepada putrinya.

"Terima kasih, Mi," Aida menampilkan senyum manisnya kepada wanita yang telah melahirkan serta membesarkan dirinya.

***

"Atazawajuk Husein Abraham mae abnati, Aida Humaira bimajmueat min 'adawat alsalat madfueat althaman nqdan," Hasan menjabat tangan Husein yang terasa dingin. Mungkin saja laki-laki itu kini tengah grogi.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq," Degan satu tarikan nafas, Husein menjawab dengan lancar dan lantang.

"SAH!!" Akhirnya kata sah keluar dari mulut para saksi.

Air mata Aida kaluar tanpa dapat di cegah. Kini dia telah resmi menyandang gelar seorang istri. Pernikahan yang tak dia bayangkan selama ini. Apalagi diumur yang belum terlalu matang. Tapi inilah takdir yang digariskan Allah untuk dirinya.

Menerima dengan ikhlas baik dia suka maupun tidak.

Acara pernikahan Aida dan Husein berjalan dengan lancar. Bahkan kini malam sudah menyambut. Seluruh keluarga tengah berkumpul di ruang tengah. Berbincang-bincang kecil untuk meramaikan suasana. Satu-persatu dari keluarga yang hadir sudah berangsur pamit untuk pulang.

"Ai, Bunda yakin dan percaya jika kamu mampu untuk mendidik anak Bunda menjadi seorang suami yang baik suatu saat. Seorang suami yang tak lagi dididik istrinya, melainkan seorang suami yang akan mendidik serta mengingatkan jika istrinya berbuat salah." Fatimah menatap sendu manantunya yang kini tengah duduk di kursi dapur. Sungguh hanya Aida harapan Fatimah untuk putranya.

"In sya Allah, Bunda. In sya Allah aku akan berusaha untuk mengajari suami Ai, sebisa Ai," Aida tersenyum kepada ibu mertuanya.

"Terima kasih Sayang, Bunda tidak akan salah memilihkan kamu sebagai istri untuk Husein, anak Bunda,"

"Aamiin Bunda, semoga saja,"

Hari semakin larut, Aida sudah masuk ke dalam kamarnya. Duduk di tepian tempat tidur dengan al-quran yang berada di tangannya. Mulut Aida tampak komat-kamit melafalkan ayat-ayat al-quran yang sudah hafal di luar kepalanya.

Ceklek...

Aida mengalihkan penglihatannya kala mendengar pintu kamar yang dibuka. Muncul seorang laki-laki gagah yang kini sudah menjadi suaminya. Aida mencium kitab suci Al-Qur'an lalu meletakkannya di atas nakas.

"Mas ada yang bisa aku bantu?" Aida menghampiri suaminya yang kini menatap dirinya dengan pandangan tak terbaca.

"Tidak usah, saya bisa sendiri," balasnya cuek.

Husein melangkah menuju kamar mandi. Mengambil salah satu handuk yang tergantung untuk dibawanya ke kamar mandi. Sedangkan Aida hanya mengelus dadanya dengan mengucap istighfar di dalam hatinya, karena sifat suaminya yang terkesan dingin.

Meskipun Aida belum sepenuhnya menerima pernikahan ini, namun dia harus menjalani tugasnya sebagai seorang istri. Sungguh dirinya tak mau di laknat, lantatan membangkan kepada suaminya.

Dengan sabar Aida mengambilkan baju untuk suaminya. Kebetulan beberapa pakaian Husein sudah di susun tapi di dalam lemari pakaiannya. Piyama panjang warna coklat tua sudah di letakkan Aida di atas ranjang yang kini tampak sangat cantik. Bahkan selimut yang dibentuk seperti bunga teratai belum di buka jahitannya.

Aida meninggalkan kamar untuk membuatkan susu coklat seperti kebisaan laki-laki itu saat akan tidur. Itupun Aida tahu dari ibu mertuanya. Laki-laki itu tidak akan bisa tidur jika belum meminum segelas susu coklat sesuai dengan kebiasaannya.

Dengan senyum mengembang Yumna membawa susu coklat ke kamar untuk suaminya. "Mas," Aida menyebut nama suaminya itu. Suaminya yang kini tengah duduk di atas ranjang dengan piama yang tadi diambilnya di dalam lemari.

Husein menatap istrinya yang tengah membawa susu coklat kesukaannya. "Minum dulu susunya Mas, tadi Bunda bilang kalau kamu minum susu dulu sebelum tidur," Aida menyodorkan segelas susu kepada suaminya.

"Terima kasih," ucap Husein setelah mengambil susu dari tangan istrinya.

"Afwan Mas," balas Aida dengan senyum manis.

Husein langung saja meneguk habis susu yang diberikan istrinya. Tampak lebih manis dari yang biasa dia minum. Karena biasanya sang Bunda yang membuatkan dirinya, tapi kali ini gadis yang sudah beratus istrinya.

Tidak ada kegiatan yang seharusnya dilakukan suami-istri pada umumnya. Sepasang suami-istri itu memilih tidur di malam pertama mereka. Aida yang merasa canggung karena ranjangnya di huni oleh dua orang membuatnya tertidur agak larut.

"Mas bangun dulu yuk, kita sholat subuh berjamaah dulu," Aida membangunkan suaminya yang tampak nyenyak dalam tidurnya.

Laki-laki itu tidak terusik sama sekali. Bahkan dia tetap memejamkan matanya dengan erat.

"Mas bangun dulu," Aida menggoyangkan tubuh suaminya.

"Isss, apaan sih!! Orang ngantuk gini malah di bangunin." Husein membuka paksa matanya. Kesal dengan kelakuan istrinya yang mengganggu waktu tidurnya.

"Sholat subuh dulu yuk Mas, lagian ini sudah masuk waktu subuh," ajak Aida dengan lembut.

"Jangan ganggu saya, kalau kamu mau sholat ya sholat saja sendiri. Jangan bangunin saya lagi, saya masih ngantuk." Husein kembali menutup matanya dengan erat. Menarik selimut hingga batas kepalanya.

"Tapi Mas, kit--"

"Ssstttt, kamu bisa diam tidak!! Saya ngantuk jadi jangan ganggu." ujar Husein dengan nada sedikit keras.

Aida hanya mengelus dadanya. Beranjak dari tepi ranjang. Mengelar sajadah untuk dia melaksanakan sholat subuh. Hanya butuh 15 menit akhirnya Aida selesai sholat dan membaca beberapa ayat suci al-quran, seperti kebiasaannya.

TBC

Terpopuler

Comments

Al Hyt

Al Hyt

Redaksi banyak yang etor Thor

2023-01-29

2

ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍

ˢ⍣⃟ₛ🍾⃝𝓡ͩ𝓱ᷞ𝔂ͧ𝓷ᷠ𝒾𝓮ͣᴸᴷ㊍㊍

kelakuannya Husein astaghfirullah...kejam iihh...

2022-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!