Bab Dua Puluh. (Bukan) Rahim Pengganti

Dita meringis saat Rendra memegang pergelangan tangannya yang tadi di cengkeram dengan keras sama Raffa.

"Sakit, Pak," ucap Dita lirih. Rendra melepaskan pegangannya di tangan Dita. Pria itu mengira pegangannya terlalu erat sehingga Dita kesakitan.

Saat telah sampai di pondok tempat mereka istirahat, Rendra melihat pergelangan tangan wanita itu yang memerah. Pria itu menarik pelan tangan Dita.

"Apakah tadi pegangan tanganku terlalu kuat sehingga tanganmu jadi merah begini?" tanya Rendra merasa bersalah.

"Bukan, Pak. Bukan karena Bapak." Dita menjawab gugup.

"Karena apa tanganmu jadi memerah begitu?" tanya Rendra lagi. Dicky hanya diam, menunggu kejujuran wanita itu. Dicky juga pengin tahu.

"Tadi ada Mas Raffa menghampiriku. Dia mengcengkeraman tanganku cukup keras sehingga memerah begini," ucap Dita pelan.

Mendengar ucapan Dita, Rendra jadi marah dan membuang semua yang ada di meja ke pasir. Dita menjadi takut melihat wajah Rendra yang memerah.

"Kenapa kamu baru mengatakan?" tanya Rendra dengan suara tinggi, membuat Dita ketakutan, hingga menundukkan wajahnya.

"Aku takut," ucap Dita makin gugup.

"Dicky, kamu cari pria itu. Tanyakan apa maunya!" ucap Rendra marah.

Rendra mendekat ke Dita. Menarik tangannya pelan. Dan memperhatikan pergelangan tang Dita yang memerah. "Sini tanganmu, aku obati. Lain kali kalau ada yang mengganggu, katakan langsung."

Rendra meminta Dicky mengambilkan salep yang ada di mobil dan mengoleskan ke tangan Dita.

"Apa yang pria itu katakan? Kenapa kamu ketakutan?" tanya Rendra sambil mengusap pergelangan tangan Dita.

"Mas Raffa meminta aku segera kembali padanya setelah melahirkan. Mungkin aku akan di jual dengan pria lainnya."

"Dia mengancammu?" Dita menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kamu mau cerai atau kembali dengan suamimu?"

"Tentu aja aku mau bercerai,Pak. Aku nggak mau di jual lagi dengan pria lain. Aku bukan barang yang bisa diperjual belikan. Aku akan menuntutnya ke polisi jika nekat menjual aku lagi."

"Kamu cari pria itu, bawa ke villa!" perintah Rendra dengan Dicky.

"Baik, Pak."

Rendra meniup tangan Dita yang diberi salep, karena akan terasa sedikit panas ketika di beri obat itu. Rendra merubah duduknya menghadap wanita itu.

"Dengar baik-baik, aku akan bercerai dengan Anggun. Jadi otomatis tidak akan ada yang menjaga anak dalam kandunganmu. Aku mau kamu yang menjaganya hingga dia sedikit besar. Aku akan tanyakan dengan suamimu, apa maunya. Dan minta dia mengizinkan kamu bersamaku hingga bayi itu berusia satu tahun."

Rendra menghentikan ucapannya. Melihat raut wajah Dita. Wanita itu tampak sedih. Rendra lalu menangkup wajah Dita dengan kedua tangannya.

"Tapi tidak menutup kemungkinan kita akan bersama. Aku belum bisa mengartikan perasaan ini. Biar waktu yang akan menjawabnya. Untuk saat ini aku nyaman bersamamu, jika aku mengatakan kita akan terus bersama tapi di tengah perjalanan ternyata aku nggak memiliki perasaan apa-apa, aku takut kamu kecewa karena telah berharap.Jadi yang bisa aku katakan, kita jalani saja dulu."

Dita menangis mendengar ucapan Rendra, sesungguhnya dia berharap bisa selamanya dengan anak dalam kandungannya. Namun, dia sadar, tidak mungkin Rendra mau mempertahankan dirinya. Rendra bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya.

Rendra menghapus air mata Dita. Dan mengecup kedua mata wanita itu. "Jangan menangis, perasaan seseorang itu tidak bisa kita selami. Bisa saja nanti aku yang menginginkan kamu tetap di sisiku, tapi kamu nya yang tidak mau karena telah memiliki pelabuhan hati yang lain. Kita berdua belum bisa memastikan hati ini mau di bawa kemana." Rendra menghentikan ucapannya. Dicky yang merasa tidak enak berada diantara mereka berdiri dan menjauh ke tepi pantai.

"Saat ini hatiku sedang sakit mengetahui pengkhianatan Anggun. Aku telah berusaha menerima semua kekurangannya, tapi tetap baginya aku masih ada kekurangan sehingga mencari pria lain. Aku jadi kurang percaya dengan adanya cinta yang tulus. Aku ingin kamu bisa melakukan sesuatu yang meyakinkan aku jika cinta itu masih ada. Agar aku bisa benar-benar membuka hati ini untuk kehadiran cintamu."

"Kadang, orang yang kau cintai adalah orang yang paling menyakiti dirimu. Kadang teman yang menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kau sadari. Itu yang saat ini aku rasakan, orang yang aku cintai ternyata mengkhianati. Aku tidak akan pernah bisa mengatakan seberapa banyak aku menyukaimu dan betapa istimewanya dirimu untukku. Akan tetapi, aku bisa mengatakan bahwa sejak kehadiranmu, duniaku selalu berwarna. Beri aku waktu untuk mengartikan semua perasaan ini." Dita menganggukan kepalanya. Rendra mengecup dahi wanita itu dan memeluknya.

Setiap orang rasanya pernah dihadapkan pada pilihan yang membuat ragu dalam hati. Pandangan terhadap dua hal atau lebih, yang membuat kamu harus berpikir secara matang.Walaupun nggak mudah, namun mengambil pilihan harus dilakukan dengan tegas.

Sebab harus diakui, dari sebuah keputusan selalu ada kemungkinan dampak baik dan buruk yang harus diterima.Maka dari itu, yakinkan diri ketika mengambil keputusan. Pastikan kamu memahami situasi agar lebih bijak dalam menentukan jawaban. Sesekali nggak ada salahnya untuk menurunkan ego demi kebaikan bersama.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***