Meskipun selalu dibedakan tapi aku tidak pernah berfikir buruk pada ibuku. Memang dalam hal ini ibuku yang berperan. Sebab ayahku bersifat netral tidak pernah membeda2 kan kasih sayang pada anak2 nya. Tapi karena ayah lebih sering di rumah jadi semua kebutuhan aku dan kakakku tentu ibu yang mengatur. Bisa dikatakan apapun yang dilakukan ibu semua anak harus patuh. Dan kami sebagai anak memang ga pernah berani mrmbantah ibu. Begitu juga dengan kedua kakakku yang telah menikah. Mereka masih menghormati ibu walaupun sudah punya suami.
Tapi ibu juga tetap menasehati Mbak Rina dan Mbak Tika untuk selalu patuh dan taat pada suami.
Sepulang dari warung makan aku istirahat sebentar kemudian bergegas mandi dan sholat isya. Ketika sedang melipat mukena HP berbunyi. Ada pesan WA masuk. Aku mengambil HP di atas ranjang dan kulihat siapa yang mengirim pesan. Dari Yana.
( Ra. Besok ke sekolah yuk. Suntuk nih di rumah. Bete ga ngapa2 in.)
Setelah ujian selesai kami memang dibebas tugaska.n. Boleh sekolah boleh istirahat di rumah sembari menunggu pengumuman kelulusan.
Seperti biasa jika sekolah libur aku pasti disuruh ke warung lebih awal oleh ibu. Dari pada main lebih baik membantu pekerjaan orang tua, itu alasan ibu.
( Ra, kok ngga balas sih. Gimana mau ngga. Kan udah beberapa hari kamu ga ketemu cowok gebetan kamu. hihihi...) Yana nggodain aku.
( Iiiihh apaan sih Yana. Siapa juga yang punya gebetan. Ngaco deh kamu)
( Halaah ngaku aja. Dikiranya aku ngga tahu kalau kamu sering curi2 pandang ke bangku si Dika kalau lagi di kelas)
Waduuuh.... mati aku ! Kenapa Yana bisa tahu kalau aku diam2 sering memperhatikan Dika. Cowok yang aku kagumi sejak kelas XI. Tapi aku juga ngga berharap banyak. sama dia. Bisa ketemu tiap hari di sekolah sudah cukup bikin hatiku adem.
( Iiih.. kamu ini. Udah ah tidur yuk. Besok pagi kamu jemput aku ya. )
Aku akhiri chat dengan Yana daripada aku salah tingkah mau jawab apa. Selintas tiba2 aku ngebayangin wajah Dika. Matanya yang agak kecoklatan. Hidungnya yang ga begitu mancung tapi lucu. Terus senyumnya.... hihi. Dan satu lagi. Tingkahnya yang kocak selalu mengundang tawa di kelas. Dia dari keluarga "the have". tapi ngga sombong. Malah terkesan menyembunyikan kalau ayahnya pengusaha sukses di kota ini.
Keesokan harinya Yana sudah sampai di rumahku. Ia duduk di teras ditemani ayah. Ibu dan Mbak Nia sudah berangkat ke pasar. Aku keluar membawa sepatu dan tas. Aku ikut duduk di samping ayah sambil memakai sepatu. Tak lama kemudian kami berdua pamit ke sekolah. Ngga lupa aku dan Yana menyalami ayah dan mencium tangannya.. Aku dan Yana berjalan kaki sampai depan gapura kelurahan. Di sini kami biasa menunggu angkot. Tak lama berselang Eva melintas di depan kami menaiki motornya. " Aira, Yana , aku duluan ya. " Aku dan Yana melambaikan tangan padanya. Eva pun berlalu menuju sekolahnya.
Sekolahku arahnya ke barat. Sekolah Eva arah ke timur. Walaupun kita berdua selalu kompak tapi urusan sekolah kita masing2. Soalnya dalam hal ini Eva selalu menuruti saran dari papanya yang menginginkan anaknya sekolah di sekolah favorit.
Maklumlah mungkin papanya malu dengan rekan kantornya jika anaknya sekolah di SMA biasa.
Tak berapa lama angkot yang ditunggu tiba. Kami pun segera naik . Di dalam angkot sudah ada beberapa teman yang rumahnya searah dengan kami berdua. Seperti biasa angkot jadi ramai dengan suara kami yang heboh. " Eeh! Kalian ke sekolah juga. Kirain rebahan aja di rumah. ". Aku menyapa temanku yang duduk di samping kananku.. Yana duduk di samping kiri dekat pintu.
" Iya. Soalnya kalo ngga berangkat nanti uang jajanku dikurangi sama ibuku. ".Jawabnya.
Aku tertawa diikuti teman2 yang lain. Memang sudah biasa di antara kami kalau libur sekolah pasti curhatannya tentang uang saku. Ada yang dikurangi jatah angkotnya. Ada yang malah ngga dikasih uang saku sama sekali. Alasannya karena ngga pergi ke mana mana jadi ngga perlu minta uang. Itulah makanya teman2ku yang mengalami hal itu pada mencari cara biar tetap dapat uang saku. Salah satunya ya tetap berangkat sekolah..
Meskipun ngga ada pelajaran tapi bisa baca buku di perpustakaan.Nanti selang 1jam atau lebih baru keluar. Entah pulang entah jalan2 ke taman kota sambil cuci mata.
Aku masih beruntung tiap hari ibu tetap meletakkan uang di atas meja buatku.. Soalnya ibu berangkat ke pasar jam 6.00. Dan kalau ngga sekolah uangnya bisa aku simpan.
Sampai di sekolah aku dan Yana berjalan menuju kelas kami XII IPA. Ternyata banyak juga yang datang. Hanya beberapa saja yang ngga hadir. Aku pun langsung mengarahkan pandangan ke satu bangku yang aku sangat hapal. Bangku Dika. Syukurlah... dia datang. Dika lagi ngobrol sama Faris. Aku tersenyum diam2. Takut Yana melihat. Dika menoleh ke arahku. " Selamat pagi Aira sayang ". Tuh kan. Si Dika selalu seperti itu. Di kelas kami memang selalu dijodoh2kan. Alasannya karena kami sama2 imut dan lucu kalau di kelas. Ada ada aja. Tapi aku sih seneng aja karena Dika memang cakep sih. Dan herannya lagi, Kalau digodain teman2 pasti Dika bakal menanggapi seolah dia beneran pacarku. Dan itu yang bikin teman2 jadi tertawa senang karena mereka tahu Dika hanya bergurau. Hanya untuk meramaikan suasana. Tapi dia ngga tau kalau guraunnya itu sudah bikin jantungku dag dig dug.
Jika sudah begini kadang aku menanggapi guraunnya aja sekalian. Seperti pagi ini.
" Selamat pagi juga Dika ganteng.. " Sahutku. Dan seperti biasa teman2 langsung tertawa.
' Cieee... Yang lagi kangen. Langsung sayang sayangan aja tuh. Baru juga 2 hari ga ketemu. " Celetuk Ina dari bangku belakang.
" Duuh Ina kaya ga tau aja, gimana rasanya ga ketemu sama pujaan hati. Sehari rasanya seminggu. tau. " Yana menimpali. Aku melotot ke Yana. " Eh kamu kan juga kangen sama Faris. Tuh samperin orangnya lagi ngobrol sama Dika" Gantian aku godain Yana.
" Idiih ngapain juga kangen ama Faris. ". Yana mencibirkan bibirnya. Faris yang duduk di sebelah Dika pun berkata setengah teriak " Hei Yana. Ga usah gengsi juga kali. Bilang aja kamu kangen sama kanda Faris ".
Ha.. ha.. ha.... Yang lain pun tertawa mendengar teriakan Faris. Aku juga ikutan ngakak. Rasain tuh Yana. Siapa suruh tadi godain aku. Gumamku sambil melirik Yana yang lagi melotot ke arah Faris.
Hal seperti ini yang membuat aku merasa selalu kangen dengan teman- teman. Aku ngga bisa bayangkan seandainya besok kita semua berpisah karena harus melanjutkan cita-cita. Apalagi harus berpisah dengan Dika. Aku ngga tahu perasaan dia sebenarnya ke aku. Yang jelas dia selalu baik dan perhatian. Dan selalu bikin aku tersipu jika dia sudah melancarkan rayuannya. Entah itu hanya untuk meladeni gurauan teman-teman. Entah itu ungkapan dari hati yang sesungguhnya. Yang pasti sih aku selalu jadi salah tingkah. Dia sudah memporak porandakan hatiku. Eyaaa...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments