" Huuuuh... akhirnya selesai juga tugas kita !" Aku bersorak sambil mengangkat kedua tangan. Yana teman sekelasku menoleh. "Iya nih, akhirnya bisa bernafas lega," kata Yana. Kami berjalan menyusuri rerumputan halaman sekolah. Tak berapa lama sampailah kami di pintu gerbang sekolah sambil menunggu angkot .
Yana adalah sahabatku di sekolah. Dia juga kenal dengan Eva karena mereka satu sekolah ketika SMP. Aku dan Yana selalu pulang sekolah bareng. Seperti hari ini, hari terakhir Ujian Nasional.
"Aira, Yana, tunggu aku dong ! Buru-buru amat sih. Kita jalan jalan dulu yuk ke taman kota !" Ina teman sekelasku berlari menghampiri aku dan Yana. "Sekalian makan bakso di cafe Tugu, aku traktir deh" bujuk Ina.
"Gimana Ra.. mau nggak jalan-jalan ke taman kota, mumpung masih jam 11.00. " Yana meminta pendapatku. Mungkin dia pingin mengikuti ajakan Ina tapi dia berharap aku juga ikut.
" Duh gimana ya., kalian kan tau aku harus membantu ibuku di warung makan. " jawabku .
" Tapi ini kan masih pagi Ra. Masih ada kakakmu kan di sana. Biasanya kan kita pulang jam 1 siang." Ina masih merayuku. "Oke deh kalau gitu, tapi nanti jam 13.00 harus pulang lho ya. Aku ngga mau diomeli ibuku. " Akhirnya aku menyetujui ajakan Ina dan Yana. Sesekali tak apalah mencuci mata menyegarkan otak. Selama ini kan aku cuma berkutat seputar sekolah dan pasar. Hampir tak pernah main. Itu semua aku lakukan karena aku tidak ingin mengecewakan ibu. Meskipun aku tahu dulu Mbak Nia sering main sepulang sekolah dan nggak pernah dimarahi. Tapi aku tidak ingin seperti itu. Karena perlakuan ibu kepada aku beda dengan Mbak Nia.
Entah kenapa ibu tak pernah bisa marah pada Mbak Nia. Apa karena dia cantik, tinggi dan periang. Sedangkan aku pendek, wajah biasa dan cengeng.
Mungkin wajahku agak mirip ayahku. Kalau Mbak Nia mirip ibu. Putih dan cantik.
" Ra, ayo buruan naik malah bengong !" Aku tersentak dengan suara nyaring Ina. Angkot yang ditunggu sudah datang. Kami bertiga menuju ke taman kota. Di sekitar taman ada beberapa pedagang jajanan. Dan kira-kira 100m dari taman ada cafe Tugu yang tak pernah sepi pembeli. Ada beberapa menu favorit yg harganya sesuai kantong anak sekolah. Ada bakso, siomay, batagor, mie ayam dll. Juga macam-macam es dan minuman. Aku lebih sering ke sini sama Eva. Soalnya ibuku jarang marah kalau aku keluar bersama Eva. Mungkin karena pengaruh orangtua Eva juga. Entahlah!
Setelah menghabiskan semangkuk bakso dan es wafer mocca kesukaanku, kita bertiga pun beranjak dari cafe Tugu. Lalu berjalan ke taman. Duduk-duduk dulu sebentar sambil cuci mata. Barangkali ada cowok ganteng hehehe.
Kebiasaanku memperhatikan cowok ganteng dari jauh. Nggak berani mendekat apalagi kenalan. Memang sampai saat ini aku belum pernah punya pacar. Aku lebih fokus belajar dan membantu ibu. Beda dengan kakakku Mbak Nia yang tiap pulang sekolah selalu pergi dengan cowoknya.
Sampai rumah aku masuk kamar. Meletakkan tas di meja, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku ke kamar mandi mengambil wudhu langsung sholat Dhuhur.
" Baru pulang Ra? " tegur ayah yang sedang mengangkat jemuran di samping rumah.
" Iya Ayah, hari ini selesai ujian. Tadi pulang agak awal terus jalan-jalan sebentar ke taman kota," jawabku sambil mengambil alih jemuran yang dibawa ayah. Setelah pensiun ayah memang lebih banyak menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah. Biar badan nggak kaku katanya. Tentu saja pekerjaan yang ringan-ringan.
" Sudah makan belum? " tanya Ayah lagi.
" Sudah tadi ditraktir makan bakso sama teman, Yah. Aira langsung ke pasar aja Yah, nanti keburu Mbak Nia pulang. Takut ibu marah. "
" Ya sudah. Hati hati ya. " Aku menyalami Ayah dan mencium punggung tangannya.
" Assalamu'alaikum ! " ucapku berpamitan.
" Wa'alaikum salaam ". Ayah menjawab salamku dan masuk rumah.
________&&&________
Bersambung ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments