Tengah malam, Marvel menggerakan tubuhnya kini berbalik menatap punggung Maria yang tidur membelakanginya.
Dia tidak bisa tidur dan gelisah entah kenapa. Padahal Maria sudah tidur dari tadi.
Lama dia menatap punggung Maria sampai akhirnya dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.
Marvel merasa sebelumnya ada seorang gadis yang sering tidur membelakangi Marvel. Tapi gadis itu berambut hitam, hanya itu yang ada di ingatan Marvel tiba-tiba.
Tapi Marvel sendiri masih merasa belum yakin. Dia masih merasa ragu, apa ini karena efek dia tidak bisa tidur?
Karena bayangan itu menganggu Marvel akhirnya pria itu kembali berbalik membelakangi Maria.
Dia menghela nafas berusaha untuk menutup matanya dan segera tidur kala bayang-bayang wanita lain yang tidur membelakanginya begitu kuat.
"Aku pernah tidur dengan siapa selain Maria?" Marvel bertanya dalam hatinya sendiri.
Pagi harinya ketika Marvel membuka mata, Maria sudah tidak ada di kamar. Entah kapan gadis itu bangun.
Marvel tidak tahu sekarang jam berapa. Pria itu pun bangun dari tidurnya, duduk dan mengedarkan pandanganya mencari jam dinding.
Pukul sembilan pagi. Astaga, setelat itu dia bangun?
Marvel menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara tawa yang keras dari beberapa orang dan seperti suara sedang mengobrol, campuran antara suara pria dan wanita.
"Silahkan Tuan ..."
Itu suara Maria. Ya, Marvel bisa mendengarnya jelas meskipun di dalam kamar.
Ketika pria itu menurunkan kedua kakinya dari ranjang sontak dia menoleh ke meja samping ranjang.
Ada kue pastri dan juga susu di sana dengan kertas hijau bertuliskan.
Makan dan minum aku. Aku akan membantumu menyerap energi bahagia pagi ini ^_^
Marvel mengambil kertas hijau tersebut, menatapnya dengan ujung bibir yang tertarik ke atas.
Dia tahu, Maria yang menulis ini. Gadis itu menyebar energi positif di pagi hari.
Marvel kembali menyimpan kertas itu. Dia keluar untuk pergi ke kamar mandi.
Suasana yang ricuh dengan tawa dan obrolan sontak berubah menjadi hening ketika mereka melihat keluarnya Marvel dari kamar Maria Jonshon.
Mata mereka langsung memusat ke arah Marvel dengan berhenti mengunyah.
Marvel pun ikut diam sebab merasa terintimidasi dengan tatapan semua pelanggan di sana.
Maria yang tengah membuat adonan di dapur berbalik badan ketika suasana menjadi hening.
"K-kau siapa? Kenapa keluar dari kamar Maria Jonshon?" Tanya Regno satpam Rumah Sakit yang menjadi pelanggan setia di Maria's bread.
Maria langsung menghampiri Marvel. "Dia kakak ku ..." seru Maria membuat Marvel menoleh menatapnya dengan alis terangkat naik.
"Kau punya Kakak, Maria Jonshon? Setauku kau tidak punya kakak!"seru Regno.
"Ah dia kakak sepupu maksudku hehe."
"Oh kakak sepupu," seru mereka menganggukan kepala.
"Eh tapi kenapa tidur satu kamar?" Tanya Regno kemudian.
"Aku pikir kau tidak perlu ikut campur!" Seru Marvel seraya melengos pergi ke kamar mandi.
Sikap jutek Marvel membuat mereka menatap kepergian Marvel lalu beralih menatap Maria yang kini tersenyum kikuk sebab dia tidak tahu harus menjelaskan apa.
Semua pelanggan yang tadi sudah pergi dan sudah di ganti dengan pelanggan yang baru. Maria tengah membersihkan strawberry dan blueberry di dapur.
"Eh kau sudah sarapan?" Tanya Maria ketika Marvel keluar dari kamar mandi.
"Belum," sahut Marvel.
"Yasudah, masuk kamar dan sarapan dulu. Atau kau mau aku membawa sarapanmu ke sini? Kau bisa makan di salah satu kursi pelanggan kalau mau."
"Di kamar saja," seru Marvel lalu berjalan menuju kamar.
BRAKH.
Pintu terbuka dengan keras membuat mereka yang ada di toko terhentak kaget. Bahkan Marvel yang baru saja memegang knop pintu kamar sampai bergeming dan menoleh ke arah pintu masuk.
"ASTAGA TUAN MARVEL HUAAAAA ..." Madam Jeni, si pria tulang lunak atau bahasa kasarnya b*nci itu berlari menghampiri Marvel dan segera memeluknya.
Maria melebarkan mata melihat itu begitupula dengan yang lain. Ini kali pertama Maria melihat seseorang datang memakai baju aneh. Kebaya berwarna merah terang.
Ya, Madam Jeni memakai kebaya seperti biasa yang sering dia lakukan.
Marvel mendorong tubuh Madam Jeni dengan kuat. "Kau siapa?"
"Tuan, ini Madam Tuan. Ini Madam ... masa Tuan lupa sama Madam ih." Madam Jeni berbicara seraya mengenggam tangan Marvel tapi Marvel segera menghempaskan tangan nya.
"Kau siapa aku tidak mengenalmu!"
Madam Jeni melebarkan mata sampai menutup mulutnya sendiri saking tidak percayanya dengan ucapan Marvel. "T-tuan kau ..."
"Maaf madam ... bisa ikut aku sebentar," seru Maria menarik tangan Madam Jeni keluar dari toko.
Marvel menatap kepergian mereka sejenak lalu kembali masuk ke kamar.
"Kenapa dia bisa bersamamu? Kau siapa gadis kecil?" Tanya Madam menghempaskan tangan nya dari genggaman Maria.
"Begini, biar aku jelaskan ..."
Maria pun menjelaskan semuanya. Dari awal Marvel terkapar di depan toko Maria sampai pria itu di culik dan di beri obat bius lalu berakhir mereka bisa kabur dari rumah penyekapan itu dan Maria pergi ke Rumah Sakit untuk menanyakan kemungkinan Marvel amnesia.
"Dia bahkan tidak ingat namanya sama sekali. Dia benar-benar amnesia ..."
"Tuan Marvel huaaaaa .... hiks ... Tuan Marvel tidak ingat Madam Jeni. Madam Jeni yang menemani Tuan Marvel dari kecil."
Maria masuk ke dalam tokonya sejenak ketika Madam Jeni menangis. Dia kembali keluar membawa tissue dan memberikannya kepada Madam Jeni.
"Sabarlah Madam ... ingatannya pasti akan kembali." Maria mengelus pundak Madam Jeni.
Sementara itu Marvel hanya duduk di atas ranjang. Dia sedang memikirkan, siapa wanita aneh tadi. Kenapa dia seakan-akan sudah kenal dekat dengan Marvel?
"Gadis itu bilang aku hilang ingatan. Mungkin aku bisa bertanya soal diriku kepada wanita aneh itu," gumam Marvel.
Pria itu pun keluar dari kamar menghampiri Madam Jeni dan Maria di luar. Terlihat Madam Jeni menangis seraya di tenangkan Maria.
Marvel berdiri di dekat pintu memperhatikan mereka.
"Kau yakin mengenalku?" Tanya nya kemudian.
Madam Jeni dan Maria menoleh. Sontak Madam Jeni berdiri menatap Marvel dengan sedih.
"Tuan ..." lirihnya.
"Bisa kita bicara?" Tanya Marvel.
Madam Jeni spontan menganggukan kepala dengan senang.
*
Setelah pelanggan keluar dari toko roti Maria. Maria membalikkan tanda buka menjadi tutup untuk memberikan ruang kepada Madam Jeni dan Marvel.
Mereka duduk di salah satu meja sementara Maria duduk di dapur sambil menghitung uang.
Tak lama kemudian Bryan datang. Dia bergeming ketika melihat Marvel, nafasnya terengah-engah sebab di jalan tadi dia menjalankan mobilnya ugal-ugalan.
"Vel ..."
Marvel menaikan alisnya. Siapa lagi dia?
"Duduk," titah Madam Jeni.
Bryan bergabung bersama mereka. "Vel, kau baik-baik saja?"
"Dia hilang ingatan," seru Madam Jeni membuat mata Bryan melebar sempurna.
Hal yang dia takutkan ternyata terjadi. Bryan menghembuskan nafasnya seraya mengusap wajahnya.
"Jelaskan semuanya tentang diriku," seru Marvel.
Madam Jeni berdehem sejenak. "Namamu Marvel Mahavir ... kau CEO di perusahaan Rajaya group yang ada di paris."
Bryan sontak menoleh ke arah Madam Jeni. Tunggu, informasi apa yang di beritahu Madam Jeni. Apa itu informasi palsu? Bryan merasa Marvel tidak punya perusahaan lain selain Mahavir group. Perusahaan keluarganya.
"Identitasmu sebagai CEO di sembunyikan sebab anda tidak suka privasi hidup anda di ketahui banyak orang!"
"Oh, jadi dia orang kaya ..." gumam Maria pelan sambil terus menghitung uang.
"Bagaimana dengan keluarga?" Tanya Marvel. "Apa aku punya keluarga lengkap?"
"Mungkin."
"Apa maksudmu mungkin?"
"Kau tidak bersama dengan keluargamu dari kecil. Kau hanya punya aku, Tuan. Kita tidak tahu dimana keluargamu, Tuan."
Bryan benar-benar terbelalak dengan informasi yang di ungkapkan Madam Jeni. Sungguh, itu jauh dari fakta sebenarnya dan apa maksud Madam Jeni mengatakan informasi bohong.
"Tunggu ... boleh aku bicara dengan asistenmu?" Pinta Bryan kepada Marvel.
Marvel mengangguk samar. Bryan pergi keluar di ikuti Madam Jeni.
Mereka mengobrol di mobil Bryan karena tidak mau Marvel mendengar obrolan mereka.
"Apa maksudmu hah? Kenapa kau membohongi Marvel!"
"Ini yang terbaik!" Sahut Madam Jeni.
"Terbaik apa? Bagaimana jika ingatan Marvel kembali hah? Dan dia tau kau membohongi dia! Kau tau dia punya istri dan keluarga lengkap!"
"Aku sudah muak dengan semua keluarganya. Termasuk Linka dan hei jangan bilang Linka istrinya karena Marvel sudah memberikan surat cerai kepada Linka!"
"Tapi setidaknya kau bilang dia punya keluarga lengkap!"
"Kalau aku bilang dia punya keluarga lengkap, dia akan menjauh dari Maria! Aku mau Marvel dekat dengan Maria sebelum dia kembali ke keluarganya!"
Bryan menggelengkan kepala tak habis pikir dengan ide Jeni.
"Tidak, aku tidak setuju dengan ide burukmu itu. Aku akan mengatakan keluarga lengkapnya kepada Marvel!"
Madam Jeni langsung menarik kerah baju Bryan ketika pria itu hendak keluar dari mobil.
"Jangan mengacau atau kau berurusan denganku!" Geram Madam Jeni.
"Siapa yang takut denganmu hah?" Bryan menepis tangan Madam Jeni dari lehernya.
"Ow, kau pikir aku tidak tau apapun tentang dirimu?" Madam Jeni menarik ujung bibirnya tersenyum dengan satu alis terangkat naik seolah-olah tengah mengancam Bryan.
"Apa maksudmu?"
"Kalau aku buka kartu. Kau akan gagal menikah dengan gadis yang kau cintai. Mau?"
Bryan sontak membulatkan matanya. Apa Madam Jeni tahu perselingkuhan dirinya dari kekasihnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Mr.VANO
ak tdk sepenuny suka dg linka,ap yg sdh dia lakukan
2022-11-07
0
Rossie Raesita
thor madam jeny gak d ksh jodoh ya?
2022-10-20
0
Endahbm
up
2022-10-19
0