Kue pastri untuk Tuan amnesia

Ketika mereka turun dari bis, Marvel menoleh menatap tangan Maria yang memegang lengannya.

"Aku hanya takut kau jatuh. Sepertinya kau masih lemas," seru Maria. "Ayo, biar aku pegang."

Mereka berjalan dengan tangan Maria yang memegang lengan Marvel.

"Hari itu kau pindah dari luar ke kamarku. Bagaimana caranya?" Tanya Maria.

"Aku jalan pelan-pelan dan ketika kau pergi setelah menemukan aku di kamar. Dua pria itu datang," sahut Marvel.

"Huh, beruntung kau masih hidup."

Mereka tiba di toko roti Maria. Maria memasukan kunci untuk membuka pintu.

"Ayo masuk ..."

Maria kembali membantu Marvel.

"Duduk dulu di sini biar aku ambilkan minum," seru Maria.

Marvel duduk di salah satu kursi pelanggan. Dia mengedarkan pandangannya ketika Maria pergi ke dapur.

Toko rotinya terbilang cukup luas dengan beberapa meja untuk pelanggan di sana.

Marvel melihat ada tongkat bisbol di dapur tempat menyediakan roti.

"Tongkat bisbol itu untuk berjaga-jaga jika ada maling masuk ke toko ku," seru Maria seraya memegang segelas air di tangan nya.

"Ini minum dulu." Maria menyimpan gelas itu di meja. "Kau mau makan apa?" Tanya Maria kemudian.

"Kue pastri," sahut Marvel.

"Oh, aku pikir kau akan jawab terserah. Baiklah ... aku akan membuatnya, tunggu di sini ya Tuan amnesia?"

Marvel mengangguk dengan wajah datar dan gadis itu pun pergi ke dapur. Dia terlihat biasa saja walaupun Maria memanggilnya Tuan amnesia.

Sebenarnya Maria sudah sangat lelah tapi demi menyenangkan Marvel yang dia anggap sebagai pelanggan maka dia membuang rasa lelahnya itu.

Selain itu tangan kirinya yang di perban membuat Maria sedikit kesulitan.

"Biar aku bantu ..."

"Eh eh eh ... diam di sana diam!" Seru Maria berbalik menunjuk Marvel yang baru setengah berdiri.

Alhasil Marvel kembali duduk.

"Kau masih sakit jadi tidak perlu membantuku. Diam saja di situ, oke? Kue pastri mu akan segera datang," seru Maria yang di akhiri dengan senyuman.

Marvel tetap memperhatikan gadis itu. Dia memang sedikit kesulitan dengan tangan nya tapi dia nampak bersemangat membuat kue pastri seraya bersenandung atau bernyanyi.

Lama menunggu akhirnya kue pastri yang baru matang dari pemanggang itu datang.

"Kue pastri dengan mantra kesembuhan untuk Tuan amnesia ..." seru Maria menaruh kue itu di meja.

Marvel menatap kue pastri itu sejenak lalu beralih menatap Maria.

"Kenapa? Kau ragu kue pastri buatanku tidak enak?

Marvel tidak menjawab. Dia mengambil sendok dan memotong kue pastri tersebut.

"Hati-hati masih panas," seru Maria dengan tersenyum. Dia duduk di depan Marvel.

Marvel makan tanpa ekspresi membuat Maria bertanya-tanya dalam benaknya.

Apa pastri buatannya tidak enak? Biasanya orang-orang akan memuji gadis bernetra biru itu dengan mengatakan .

Nona Maria Jonshon kebahagiaanmu pagi ini menyebar ke roti buatanmu. Rasanya sangat enak.

Atau.

Nona Maria, darimana kau mendapatkan resep seenak ini?

Tapi Marvel malah diam dan fokus makan saja dengan sesekali meneguk air minumnya.

"Apa pastri buatanku tidak enak? Maaf jika tidak enak, aku kelelahan saat membuatnya."

Marvel berhenti mengunyah, menatap netra biru di depannya itu dan berkata. "Kenapa kau tidak bilang kalau kelelahan. Aku bisa makan yang lain," seru Marvel.

"Kau sendiri yang bilang mau pastri," sahut Maria seraya mengangkat kedua bahunya. "Tapi tidak apa-apa. Aku sudah biasa melayani pelanggan sepertimu." Maria tersenyum.

"Ini enak," seru Marvel kemudian membuat mata Maria berbinar senang.

Salah satu hal menyenangkan di hidup Maria adalah adanya pelanggan baru yang mencoba roti atau kue buatannya dan berkata rasanya enak. Hatinya seakan melayang di puji seperti itu. Dia merasa sudah cocok menjadi seorang chef yang handal.

"Oh iya, kau tunggu di sini sebentar ya. Aku mau pergi ke Rumah Sakit untuk melihat luka di tanganku ini, sepertinya perbannya lepas."

"Aku bisa memperbaiki perban lepas," sahut Marvel.

"Hei, kau bukan Dokter. Jangan mengada-ngada atau luka ku semakin parah. Makan saja di sini dan jangan kemana-mana, oke? Tunggu sampai aku kembali!"

Marvel mengangguk paham, Maria pun berdiri dari duduknya, mengambil tasnya di dapur lalu pergi ke Rumah Sakit.

Marvel menatap sejenak punggung gadis itu yang keluar dari toko lalu kembali menghabiskan pastri nya.

*

"Begini, kau ajak saja dia kesini Maria. Jangan di tinggalkan di toko," seru Dokter Tessa.

Dokter Tessa sudah memberitahu kepada Maria semua tentang Marvel. Hasil diagnosa pria itu yang memang amnesia setelah kecelakaan dengan luka bekas tembak di bagian organ tubuhnya.

"Kau tau, asisten dan sahabatnya masih mencarinya sampai sekarang," seru Dokter Tessa.

"Dok, aku takut dia menolak jika aku mengajaknya kesini. Dokter tau dia kabur dari Rumah Sakit, itu artinya dia memang tidak suka ada di Rumah Sakit."

"Yasudah. Kau hubungi saja asisten nya. Mungkin besok dia akan mendatangi toko mu."

Dokter Tessa mencatat nomor Madam Jeni dan memberikannya kepada Maria. "Ini ..." Maria mengambilnya.

"Apa dia bisa sembuh lagi dari amnesia nya? Maksudku, apa ingatannya akan kembali?"

"Ingatannya akan kembali. Kau tenang saja, Maria ... lagi pula dia bukan urusanmu, bukan?" Dokter Tessa menaikan satu alisnya dengan tersenyum samar.

"Ah iya sih, aku hanya penasaran saja. Kalau begitu aku pergi dulu, Dok."

Dokter Tessa mengangguk. Dia pun pergi dari Rumah sakit itu.

Maria berjalan seraya menatap kertas berisi nomor ponsel Madam Jeni. "Mereka ini mencari si Tuan amnesia kemana, masa tidak mampir ke toko ku untuk bertanya. Biasanya keluarga pasien kalau kehilangan pasien nya pasti mampir ke toko ku untuk bertanya. Secara, hanya toko roti ku yang paling dekat dengan Rumah Sakit."

Maria membuka pintu. Terlihat Marvel sudah selesai makan dan masih duduk di kursinya.

"Apa kau baik-baik saja?" Spontan Maria menempelkan punggung tangan nya di kening Marvel sebab wajah Marvel terlihat pucat.

Marvel hanya menganggukan kepala.

"Ah astaga ... aku lupa minta obat minum untukmu!" Maria menepuk jidatnya.

"Sebentar, biar aku ke Rumah Sakit lagi."

"Jangan!" Marvel mencengkram tangan Maria ketika gadis itu hendak berbalik untuk pergi.

"Aku baik-baik saja," seru Marvel. "Istirahatlah dan maaf aku menganggumu."

"Tidak. Kau saja yang istirahat, itu kamarku ..." Maria menunjuk kamarnya. "Kau tidur di sana biar aku tidur di ..."

Maria berpikir, dia menggaruk kepalanya dengan mengedarkan pandangannya. Dia tidur dimana? Secara tidak ada sofa panjang di toko nya.

"Dimana?" Tanya Marvel.

"Ah dimana sajalah. Aku ini sehat, tidur dimanapun aku bisa. Kau saja yang tidur di kamar."

"Kita bisa berbagi ranjang ..."

"Apa maksudmu berbagi ranjang Tuan amnesia?" Dahi Maria mengkerut.

"Ranjangmu cukup untuk berdua. Aku tidak akan melakukan apapun kepadamu. Tenang saja ..."

"Heh jangan g*la!*

Tapi ujung-ujungnya mereka benar-benar tidur di kamar yang sama sebab tidak ada pilihan lain.

Mereka tidur saling membelakangi, Maria berhadapan dengan dinding sementara Marvel berhadapan dengan pintu.

Maria berdehem, dia tidak nyaman tidur berdua seperti ini.

Maria mengambil ponselnya di samping bantal. Dia mengambil kertas di dalam saku celananya lalu memasukan nomor Madam Jeni. Gadis itu mengirim pesan kepada Madam Jeni.

Selamat malam. Aku Maria Jonshon pemilik Maria's bread yang ada di samping Rumah Sakit X. Aku hanya ingin memberitahu, Tuan Marvel ada di toko ku sekarang. Bisakah anda datang kemari?

Pesan itu pun selesai di kirim. Maria kini menelpon Emma, sang Nenek.

"Hallo Nyonya Emma ..."

Marvel diam mendengarkan pembicaraan Maria di telpon.

"Hei kau masih dimana tukang roti!" Kesal Emma.

"A-aku di toko."

"Apa?! Kau tidak jadi pulang?"

"Hehe maafkan aku Nyonya Emma. Ada pelanggan yang mau kue pastri sesegera mungkin. Jadi aku buat kue pastri lagi."

"Aku sudah memasak banyak untukmu, Maria Jonshon!"

"Ah sekali lagi aku minta maaf Nyonya Emma. Aku akan mengganti semua kerugian yang kau keluarkan untuk memasak makanan untukku ya, hari sabtu nanti aku akan pulang."

Emma berdecak. "Terserah kau saja lah anak nakal!"

Panggilan pun berakhir. Maria menghela nafas panjang.

Neneknya ini hanya bisa mengangkat dan mematikan telpon saja. Jadi dari tadi Emma hanya menunggu Maria menelpon lebih dulu.

"Dia bosmu?" Tanya Marvel tanpa membalikan badannya.

"Bukan, dia Nenek ku. Dia suka di panggil Nyonya Emma karena tidak mau kelihatan tua jika aku memanggilnya Nenek."

"Oh ..."

Bersambung

Terpopuler

Comments

beby

beby

nenek lucu

2022-10-14

0

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

ternyata itu, kenapa Maria ga panggil nenek .... ok lah 🤣🤣🤣🙏

2022-10-11

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

sekarang giliran Marvel bahagia dengan kehidupan baru nya

2022-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!