Maria hendak memukul pria itu tapi pria itu segera menangkisnya dan mendorong Maria sampai tubuh Maria terbentur laci di belakang tubuhnya.
Maria mendesis kesakitan.
"Sekap saja dia!" Seru pria yang di lempar bola biliar tadi.
"Sekap aku kalau bisa!" Sahut Maria dengan angkuh.
"Cari mati kau gadis kecil hah!"
Dia hendak menampar kembali Maria tapi kali ini Maria berhasil menangkap tangan nya dan berakhir dengan menendang keras perut pria itu.
Tidak memberi kesempatan saat pria itu memekik kesakitan dengan membungkuk dan memegang perutnya, Maria langsung menendang wajah pria tersebut.
Dia membuka laci dan menemukan ada ampoule di sana, dia yakin itu obat bius, Maria segera mengambil jarum suntik.
Dengan cepat Maria membuka ampoule dan mengambil cairan itu dengan jarum suntiknya di saat pria di dekatnya masih memekik kesakitan.
JLEB
"Aaaaa ..."
Punggung tangan Maria di tusuk pisau dan pria itu segera mencabut kembali pisau itu dengan kasar membuat Maria semakin menjerit kesakitan.
"Mampus kau!"
Pria itu hendak kembali menusuk Maria tapi tiba-tiba kepalanya di benturkan dengan keras ke dinding.
Marvel sadar ketika mendengar teriakan Maria. Dengan sekali gerakan dia membenturkan kepala pria itu ke dinding sampai mengeluarkan darah.
Maria tercengang melihat itu. Marvel mendelik ke arah pria yang lain yang terduduk di lantai dengan satu tangan memegang punggungnya.
Pria itu tampak tegang dengan wajah pucat melihat Marvel sadar.
Dengan amarah Marvel berjalan mendekati pria itu, pria itu beringsut menjauh seraya menggelengkan kepala ngeri.
Sementara Maria masih belum bisa berkutik melihat pria yang menusuknya tadi sudah tidak sadarkan diri. Entah mati atau pingsan.
Maria hanya diam dengan memegang tangan nya yang berdarah.
Marvel menendang punggung pria itu yang tadi di lempar bola biliar oleh Maria. Dia semakin menjerit kesakitan.
Lalu Marvel menendang kepalanya dengan keras membuat Maria terhentak kaget.
Marvel berbalik menatap Maria, menatap mata biru sebiru laut itu untuk pertama kalinya. Nyali Maria menciut seketika dengan tatapan Marvel kemudian pandangan pria itu turun ke tangan Maria.
Marvel segera membuka laci dengan tergesa-gesa sampai akhirnya dia menemukan perban.
Marvel melilitkan perban di tangan Maria berharap darahnya tidak keluar banyak.
"Aw aw sakit." Pekik Maria kala ikatan perban nya terlalu kencang.
Marvel tidak berbicara dia menarik tangan Maria yang lain dan membawanya keluar dari ruangan sementara dua pria tadi sudah tidak sadarkan diri.
"Tunggu-tunggu ..." Maria menghempaskan tangan nya ketika mereka sudah berada di luar rumah.
Marvel berbalik.
"Kau sudah sembuh?" Tanya Maria.
Marvel menaikan alisnya. Tangan gadis di depan nya ini terluka tapi dia masih bertanya soal keadaannya.
"Sudah," sahut Marvel asal. Sebenarnya kepalanya masih sakit, badan nya juga. Dia tidak tahu gadis ini siapa. Dia juga tidak tahu siapa dirinya sendiri, yang jelas Marvel harus membawa gadis ini ke Rumah Sakit.
"Siapa namamu?" Tanya Maria walaupun Maria sudah tahu nama Marvel.
Marvel terdiam. Dia mencoba mengingat siapa namanya.
Tapi yang Marvel lakukan hanya mengangkat kedua bahunya membuat Maria mengernyit.
"Nama ... namamu siapa?" Tanya Maria.
"Tidak tau. Ayo ke Rumah Sakit." Marvel menarik tangan Maria tapi Maria kembali menghempaskan nya.
"Tunggu, apa kau tidak ingat namamu?" Tanya Maria menatap Marvel dari atas sampai bawah.
Maria berpikir apa jangan-jangan pria di depan nya ini pasien amnesia.
"Darahnya semakin banyak." Marvel menatap tangan Maria.
Maria pun menatap tangan nya dan benar darahnya semakin banyak.
Marvel mengedarkan pandangan nya dan melihat ada Rumah Sakit tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Hanya saja Rumah Sakitnya tidak terlalu besar.
"Kesana ..." Marvel menarik tangan Maria membawanya ke Rumah Sakit itu.
----
"Selesai ... ada obat minum untuk pereda nyeri nya ya," seru seorang suster di sana. "Ambil saja nanti di depan."
"Iya sus, terimakasih," sahut Maria dengan tersenyum.
Ketika suster itu keluar, Maria menatap tangan nya yang di perban juga sempat di jahit walaupun tidak banyak kemudian dia menoleh ke arah Marvel.
Pria itu berdiri di dekatnya juga menatap matanya.
"Terimakasih ..." seru Marvel membuat Maria menaikan alisnya.
"Untuk?"
"Kau membawaku keluar dari sana."
"Kau tau mereka orang jahat?" Tanya Maria yang di jawab anggukan dari Marvel.
"Mereka membawaku dari toko roti milikmu. Hari itu aku lemah sampai membuka mata saja sulit tapi aku mendengar suaramu dan suara mereka."
"Ah begitu ..." Maria mengangguk-ngangguk. Akhirnya dia sudah bisa memastikan kalau dia tidak berhalusinasi bertemu dengan pria di depan nya ini.
"Kau hebat dalam berkelahi," seru Maria memuji.
Tapi Marvel malah terdiam dengan pujian Maria. Rasanya kenapa enteng sekali dia melawan dua pria itu seakan itu hal biasa yang sering Marvel lakukan.
Maria juga terdiam menatap Marvel dengan pertanyaan di kepalanya.
Pria ini benar-benar amnesia mungkin ya? Masa nama sendiri saja tidak tau.
"Kau tinggal dimana?"
Marvel yang melamun kembali menatap Maria lalu menggelengkan kepala membuat Maria mendengus kasar.
"Benar-benar amnesia sepertinya," gumam Maria Jonshon pelan.
"Kau tidak punya tempat tinggal kan? Ikut aku saja!"
Maria berdiri dari duduknya, Marvel yang awalnya hanya diam akhirnya mengikuti Maria.
Aku harus membantu pria ini mengembalikan ingatan nya. Besok aku ke Rumah Sakit saja lah. Sekarang aku bawa dia ke toko roti saja dari pada ke rumah Nyonya Emma.
Mereka akhirnya naik bis bersama. Marvel menatap lengan Maria yang di perban.
"Itu sakit?" Tanya Marvel.
"Sakit lah, tapi aku kuat," sahut Maria dengan tersenyum.
"Oh ..." Marvel mengangguk-ngangguk.
"Oh iya, kau kenapa bisa masuk Rumah Sakit hari itu? Kecelakaan ya? Banyak luka di tubuhmu."
Marvel menganggukan kepala.
"Jadi benar kecelakaan?" Mata Maria melebar sempurna. Ternyata tebakannya benar.
"Iya."
"Tabrakan mobil atau kau menabrak sesuatu?" Tanya Maria.
Marvel diam sejenak mencoba mengingat-ngingat. "Tabrakan," sahut Marvel.
"Astagaa ... kau sendirian kan di mobil itu?" Tanya Maria.
Marvel kembali terdiam sejenak mencoba berpikir. Kalau tidak salah dia tidak sendiri di mobil yang membawanya kecelakaan.
"Ada satu orang lagi tapi aku tidak ingat wajahnya."
"A-ada satu orang lagi?"
Marvel mengangguk.
"Coba, coba kau ingat-ingat lagi. Mungkin dia salah satu keluargamu. Siapa tau aku bisa membantumu bertemu dengan keluargamu!"
"Marvel menggelengkan kepala. "Aku tidak ingat. Tapi sepertinya dia perempuan ..."
Marvel hanya mengingat baju kebaya yang di pakai seseorang yang satu mobil dengan nya itu. Tapi Marvel benar-benar tidak ingat wajahnya.
Maria berdecak.
Sudahlah aku tidak perlu banyak tanya dulu biar aku besok langsung tanya ke Dokter saja.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Mr.VANO
renya,karakter maria senang di buatny
2022-11-07
0
Lisa Halik
kalau maria tahu marvel hilang ingatan kenapa dia harus suka marvel,
2022-10-12
0
aystic
lanjutkan thor
aku akan selalu mendukungmu 😍😍😍😍
2022-10-10
3