Dilema Cinta

Dilema Cinta

Maria Jonshon

Maria Jonshon gadis pemilik toko roti yang tidak jauh dari salah satu Rumah Sakit, biasanya para suster, Dokter ataupun keluarga pasien sering datang membeli roti buatannya.

Maria tinggal di toko roti itu dari hari senin sampai jum'at sementara hari sabtu dan minggu dia akan kembali ke rumahnya.

Maria tinggal berdua bersama Neneknya, Ayahnya pergi meninggalkan Maria di saat Maria masih berada di dalam kandungan Ibunya.

Dan Ibunya juga ikut pergi meninggalkan Maria di saat anak itu berusia tiga tahun sebab tuntutan ekonomi yang tidak sanggup di penuhi.

Dari kecil Neneknya lah yang merawat Maria. Bekerja menjual roti keliling untuk menghidupi cucu satu-satunya itu.

Tidak di sangka kini mereka punya toko sendiri dengan nama Maria's bread.

Dua hari yang lalu ada pria yang entah pingsan atau tidur di depan toko Maria. Dan entah nyata atau hanya halusinasi Maria saja, sebab sampai detik ini Maria saja masih belum mengerti kemana perginya pria itu.

Tapi dalam waktu dua hari Maria sudah melupakan kejadian itu. Anggap saja itu mimpi. Kata Maria.

Maria memiliki iris mata seindah biru laut dengan rambut coklat dan kulit putih. Neneknya bilang mata biru itu dari Ayahnya dan kulit putihnya dari Ibunya.

Maria mematut dirinya di depan cermin seraya mengikat rambutnya dengan tersenyum.

"Pagi yang indah harus di awali dengan senyuman ..." seru Maria dengan semangat.

Gadis itu pun bergegas membuka tirai jendela. Membalikan tanda tutup di pintu menjadi buka.

Tidak butuh waktu lama orang-orang langsung menyerbu toko Maria Jonshon.

Ada yang makan di toko itu ada juga yang minta di bungkus.

"Silahkan ..." seru Maria dengan tersenyum mengantarkan pesanan pelanggan ke meja.

"Sepertinya kau sedang bahagia Maria Jonshon, benarkah?" Seru seorang satpam. Dia satpam di Rumah Sakit yang menepi di toko roti Maria untuk sarapan terlebih dahulu.

"Pertanyaanmu salah Tuan Regno. Yang benar, Maria Jonshon selalu bahagia ..."

Regno tertawa. "Ah aku lupa. Itu kan moto hidupmu."

Dengan tersenyum dan semangat di dalam dirinya Maria menjawab. "Moto adalah tujuan hidup dan tujuan hidup Maria Jonshon selalu bahagia."

"Benar, kau benar," seru Regno setelah memakan rotinya satu suapan.

"Tujuan hidup semua orang pasti bahagia. Tapi, kita tidak bisa bahagia setiap hari, benar?"

"Bisa!"

"Bagaimana caranya?" Tanya Regno penasaran.

"Dengan selalu tersenyum!" Sahut Maria seraya menunjuk kedua pipinya dengan tersenyum.

Regno menggelengkan kepala. "Astaga hidupmu benar-benar positif. Aku malah khawatir denganmu Maria Jonshon."

"Khawatirkan saja hidupmu Tuan Regno," sahut Maria menepuk pundak Regno beberapa kali lalu kembali menyiapkan pesanan yang lain.

Regno berdecih. "Aku penasaran berjodoh dengan siapa gadis yang selalu tersenyum itu!"

Maria menerima panggilan telpon dari salah satu Dokter di Rumah Sakit.

"Maria Jonshon, apel karamel satu, durian satu, coklat satu. Antar ke ruanganku ya!"

"Oke siap, Dok. Di tunggu ya, Maria Jonshon segera datang."

Dokter perempuan itu tersenyum ketika panggilan telpon berakhir. Sebab dia suka dengan suara Maria yang memang selalu terdengar semangat melakukan pekerjaannya.

Maria pun segera membungkus roti rasa apel karamel, durian dan coklat.

Pelanggan yang lain masih asik makan di toko nya sambil mengobrol dan belum ada pelanggan baru yang masuk jadi Maria bisa pergi ke Rumah Sakit terlebih dahulu untuk mengantarkan pesanan roti Dokter langganan nya itu.

Maria Jonshon berlari secepat mungkin sebab takut ada pelanggan baru yang masuk ke toko nya.

Jika roti nya di antar biasanya Maria akan mendapatkan uang tip dari pelanggan nya. Lumayan, bukan.

"Dok ini dok ..." Maria menyimpan roti itu di meja Dokter yang bernama Tessa.

"Ah sebentar ya ..." Dokter Tessa membuka laci dan mengambil dompet pink miliknya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Maria.

"Dan ini uang tip nya."

"Loh, kebesaran itu Dok."

"Jadi kau menolak?"

"T-tidak sih hehe. Terimakasih ya," seru Maria mengambil uang itu.

"Aku ke toko dulu. Semangat Dok, bahagia terus ya, semoga duniamu secerah warna kuning. Bye ..." Maria pergi melambaikan tangan nya.

Dokter Tessa tersenyum melihat kepergian Maria. Terkadang para Dokter dan Suster di sana memesan roti untuk mendengar kata-kata manis atau kata-kata semangat yang di lontarkan Maria Jonshon.

"Nona ada kue pastry?"

"Ada," sahut Maria yang sedang menghitung uang. Dia menyimpan uangnya di laci terlebih dahulu dan menguncinya.

"Mau berapa?" Tanya Maria.

"Dua saja," sahut perempuan itu.

"Oke, sebentar ya. Duduk dulu ya," seru Maria dengan tersenyum.

Maria mengambil kue pastry di pemanggang, dia diam-diam memperhatikan wajah perempuan tadi. Terlihat lesu dan sedih.

Maria yakin perempuan itu pasti salah satu keluarga pasien di Rumah Sakit. Tak jarang keluarga pasien menepi di toko roti miliknya untuk merenung, sering kali Maria menemui orang-orang yang sedih sampai menangis di toko roti miliknya.

Sampai Maria tahu apa yang membuat mereka sedih. Kebanyakan karena salah satu keluarga mereka mengidap penyakit parah dan mereka harus pura-pura baik-baik saja di depan mereka tapi sebenarnya rapuh di belakang.

Maria mengambil kertas dan menulis sesuatu di sana lalu memasukannya ke bungkus roti tersebut.

"Dua kue pastry," teriak Maria.

Perempuan itu pun sontak berdiri, mengambil pesanannya dan membayar.

"Terimakasih ya, semoga hari ini kau di berikan kekuatan bahagia di hidupmu hehe."

Perempuan itu terkekeh kecil. "Terimakasih. Kau lucu sekali Nona."

"Ya. Itulah aku," sahut Maria dengan percaya diri dan tidak lupa senyuman di wajahnya.

Wajah Maria berubah menjadi datar ketika melihat perempuan itu pergi dari toko nya. Dia khawatir apa yang terjadi dengan perempuan itu, apa keluarganya benar-benar mengidap penyakit parah seperti orang-orang yang pernah dia temui sebelumnya?

"Sayang, ini Mommy belikan kue pastry kesukaanmu," seru perempuan itu kepada putra nya yang baru berusia lima tahun. Wajahnya pucat dengan kepala botak sebab panasnya kemoterapi membuat rambut anak itu rontok.

Perempuan itu sontak terdiam melihat kertas di dalam bungkusan roti tersebut. Dia pun mengambil dan membukanya.

Semangat ya ... kau bukan satu-satunya orang yang mendapatkan kesedihan pagi ini. Buatlah tembok pertahanan yang kuat di dalam dirimu agar energi negatif tidak masuk dan memenuhi kepalamu. Jika ada salah satu keluargamu yang sakit, akan aku doakan semoga cepat sembuh. Katakan kepada dia kue pastri buatanku punya mantra kesembuhan.

Kau pantas bahagia dan tersenyum setiap hari dan kau bukan satu-satunya orang yang berlari mengejar kebahagiaan pagi ini.

^^^Maria Jonshon. ^^^

Perempuan itu perlahan mengembangkan senyumannya membaca tulisan yang di tulis Maria Jonshon. Dia sampai berkaca-kaca.

Bersambung

Terpopuler

Comments

rose red

rose red

q baru baca cerita marvel, meskipun endingnya tak sesuai hrapanq,tp q tetap berharap marvel balik lagi ma linka😊
semoga maria cm selingan aja

2023-07-13

1

Kurnaesih

Kurnaesih

smga Marvel ending nya bisa sama linka tour biar bagai mna pun sy suka mereka apa lagi sudah tau klo smua slh Pham karna Marvel sllu mnutupi kebenaran.ijinnkan mereka bersama kmbali you🤲💖💪💪👍

2022-12-31

1

Lian S

Lian S

aku baru mampir ya??? ternyaa ada lanjutanny ya ,kisah marvel,,sangat up nya jgn lama,, endingnya yg bagus

2022-11-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!