SAHABATKU, CINTAKU
POV Irish
Namaku Irish Chantika, panggil saja aku Irish. Namaku ini adalah nama pemberian dari ayahku. Dulu, saat aku masih dalam kandungan ibuku, ayahku memang sudah menyiapkan dua buah nama untukku. Satu nama anak laki-laki, dan yang satunya lagi nama anak perempuan, yaitu nama yang menjadi identitasku sejak pertama aku lahir hingga detik ini.
Nama adalah doa, maka dari itu, ayahku memberiku nama Irish Chantika. Apa kalian ingin tahu apa maknanya? Irish, berasal dari kata 'iri', dan Chantika berasal dari kata 'cantik'. Ayahku memberiku nama tersebut karena dia ingin membuat semua orang iri dengan kecantikan putrinya.
Dan memang, awalnya aku memang terlahir sebagai gadis kecil yang sangat cantik dan imut. Sampai-sampai saat ibu dan ayahku membawaku ke posyandu untuk mengontrol tumbuh kembangku setiap bulannya, para ibu-ibu disana pasti tidak akan membiarkan aku pulang dalam keadaan diam. Mereka semua sangat senang mencubit dan menciumi pipiku saking gemasnya mereka melihatku. Bagaimana tidak, saat aku masih bayi, aku memang sudah terlihat sangat cantik dan menggemaskan.
Hingga beberapa tahun kemudian, semakin lama aku semakin tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Semakin besar semakin cantik, bahkan hampir semua orang yang aku temui, mereka semua kagum dan memuji kecantikan parasku. Hal itu membuat ayahku semakin membusungkan dadanya bangga memiliki anak secantik diriku. Ayahku bahkan bercita-cita ingin menjadikanku sebagai artis cilik yang sangat terkenal.
Namun sayang seribu sayang, semua itu sirna seiring berjalannya waktu. Nyatanya setelah aku tumbuh menjadi gadis remaja, justru aku yang iri pada kecantikan gadis-gadis sebayaku. Kalian ingin tahu penyebabnya? Semuanya gara-gara gigi tonggosku yang selangkah lebih maju dari gigi mendiang Pak Haji Bokir.😅
Setelah beranjak remaja, aku baru sadar bahwa ternyata struktur gigi sangat mempengaruhi kecantikan mau pun ketampanan wajah seseorang.
.
.
Kehidupan kelamku bermula saat aku berusia 6 tahun. Kehidupanku kelam bukan karena aku ditinggal mati oleh ayah dan ibuku. Bukan juga karena keluarga kami jatuh miskin. Akan tetapi, kehidupan kelamku ini berasal dari ulahku sendiri. Karena sejak bayi hingga aku tumbuh menjadi kanak-kanak, kedua orang tuaku kelewat memanjakanku, semua keinginanku selalu dituruti, serta mereka berdua tidak pernah berkata tidak pada setiap permintaanku. Hal itulah yang membuat tabiatku menjadi buruk. Aku tumbuh menjadi anak yang nakal, bandel, keras kepala, dan seenaknya sendiri. Aku tidak mau mendengar apa kata ayah dan ibuku. Pokoknya, mereka berdua lah yang harus menuruti keinginanku, tidak boleh tidak.
Hingga pada akhirnya semua penderitaanku berawal dari sini. Saat aku baru duduk di bangku kelas 1 SD, gigi susuku mulai goyang. Ayah dan ibuku membujukku untuk segera mencabutnya, tapi aku yang dasarnya memang sangat keras kepala terus saja bersikeras tidak ingin mencabutnya. Aku tidak mau mendengar apa kata orang tuaku. Yang jelas, mereka lah yang harus mendengarkan dan menuruti apa kataku.
Semakin lama ayah dan ibuku menjadi sering membujukku, bahkan terkesan memaksa karena aku tidak kunjung mau mendengar dan menuruti ucapan mereka. Bahkan dulu, di usiaku yang masih sekecil itu, aku sudah berani mengancam orang tuaku dengan mengatakan bahwa aku akan melompat dari lantai dua ke tanah kalau mereka masih saja terus memaksaku untuk mencabut gigi.
Tentu saja ayah dan ibuku tidak mau hal seperti itu sampai terjadi, apalagi aku adalah anak mereka satu-satunya. Mereka pasti tidak akan rela kehilangan nyawa anak semata wayang yang teramat mereka sayangi hanya gara-gara aku tidak mau mencabut gigi susuku yang sudah goyang.
Jika ada yang bertanya, apa penyebabnya sehingga aku begitu bersikeras tidak ingin mencabut gigiku? Itu karena ... aku takut gigiku tidak akan pernah tumbuh lagi. Yap, kalian tidak salah baca, aku memang sangat khawatir gigiku tidak tumbuh lagi.
Aku membayangkan, betapa menyedihkan jika seandainya aku hanya mempunyai gusi saja, dan tidak ada gigi. Bagaimana caranya aku memakan makanan kesukaanku? Tidak mungkin 'kan aku tidak mengunyah makananku sebelum aku menelannya? Bukankah hal itu bisa saja merenggut nyawaku jika aku menelan bulat-bulat bakso sebesar bola pingpong. Aku berpikir, kenapa ayah dan ibuku jahat sekali? Apa mereka sudah tidak sayang lagi padaku? Kenapa mereka sangat tega membiarkanku menderita?
Kekhawatiran konyol seorang Irish kecil ternyata membawa petaka di dalam kehidupanku. Betapa konyol, bukan? Tapi yah, begitulah kenyataannya.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Syahria Ria
baru menyimak kak othor😁
2022-10-09
2
Lia Yulia
terimakasih kak kejutan novel barunya...semangat ya🤗
2022-10-08
2