Part 2

Di Rumah sakit.

Anna dan juga Ayu Miranda terlihat mondar mandir menuggu kabar bagaimana kondisi Ari yang tengah di tangani Dokter di ruang UGD.

Rasa cemas dan khawatir terlihat jelas di raut wajah Anna, terbukti ia tak bisa diam, terus mondar mandir dan matanya terus tertuju pada ruang UGD. namun berbeda dengan Ayu, Wanita itu tampak menangis namun di dalam hatinya ia begitu bahagia.

Ayu yang memang tak mencintai Ari Sanjaya, berharap Suami yang tak bisa memuaskan di ranjang nya itu 'Mati saja'.

Tak berapa lama pintu UGD terbuka, menampakan seorang Dokter di ikuti perawat menghampiri Anna dan juga Ayu, melepas masker yang menutupi segurat wajahnya.

Jantung Anna terus berdetak cepat, seiring dengan langkah kaki Dokter, yang terus mendekat, hingga raut wajah Dokter yang tak terlihat akan mengabari hal baik padanya.

"Kami sudah semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa Pak Sanjaya". Ucap Dokter. ia terlihat enggan menyampai kan berita pada keluarga pasien. "Tapi Tuhan berkehendak lain, Saya turut berduka cita". Imbuh sang Dokter, ia mengatupkan kedua tangan nya, sebagai rasa bela sungkawa pada keluarga pasien.

...Deg....

Bagai di sambar petir di siang bolong, dalam seketika tubuh Anna terjatuh lemas, setelah mendengar pernyataan Dokter, ia terus menggeleng tak mempercayai jika Ayahnya telah meninggal.

Anna berteriak histeris. "Ayahhh....tidak Ayah tidak". Anna terus menggeleng. "Jangan tinggal kan Anna Ayah". Anna terus menangis dengan histeris, hingga berakhir tak sadar kan diri.

Ayu yang tampak syok pun, langsung mengguncang tubuh Putri tirinya, meskipun hanya sebatas pencitraan saja.

Dokter jaga dan juga perawat membantu memindahkan Anna menuju ruang perawatan, sedangkan Ayu mengurus kepulangan jenazah Suaminya.

Dengan perlahan mata sembab Anna mulai terbuka, dan kembali mengingat tentang Ayahnya.

" Non Anna anda sudah sadar". Ucap Bi Asih.

"Ayah Bi...." isak Anna kembali.

Bi Asih langsung mendekap tubuh Anna dalam pelukan nya, membiarkan nona mudanya berduka, dengan terus mengelus punggung Anna yang terlihat naik turun. "Non Anna mesti kuat dan juga sabar ya". Ucap bi Asih terus mencoba menguatkan Anna yang terus menangis di dalam pelukan nya.

Hingga tangisan Anna kembali pecah saat tiba di rumah duka, dimana jenazah Ayah nya sudah terbaring di ruang utama dengan banyak nya para pelayat yang datang silih berganti.

Di bukanya kain bercorak batik itu, tangis Anna kembali pecah saat melihat wajah Ayahnya yang sudah pucat, ia genggam tangan Ayah nya untuk terakhir kalinya, menciumnya dengan penuh isak tangis, sebagai penghormatan terakhirnya.

Tak ada kata yang mampu ia ucapkan, hanya isakan tangis yang terus mewakili perasaan nya saat ini.

Hingga pada akhirnya tubuh yang sudah tak bernyawa itu sudah di kebumikan, sudah kembali ke tempat ia berasal, hingga tanah merah bertabur bunga kini terpang - pang nyata di mata Anna.

Ia peluk, sebuah nisan yang bertuliskan nama Ayahnya, hingga kerumunan pelayat pun pergi meninggalkan area pemakaman dan menyisakan Anna dan juga Bu Ayu, yang masih menangis.

Genap 10 hari kepergian Ayah nya Sanjaya, dan selama itu pula Anna selalu menyendiri, Tepat tengah malam, Anna yang belum bisa tidur, sebuah gedoran terdengar begitu memeka-kan telinga.

"ANNA BUKA PINTU NYA". Teriak Ayu dari luar kamar, Wanita itu terus menggedor pintu dengan cukup keras.

"ANNA".

" Iya Bu.". ucap Anna saat pintu sudah terbuka.

"Apa kau tuli ha...!". Ayu langsung mentoyor kepala Anna hingga gadis itu terhuyung ke belakang.

Anna hanya diam tak mampu menimpali perkataan Ibu tirinya, yang selalu berprilaku kasar.

"Apa yang Ibu lakukan". Ucap Anna setengah berteriak, melihat Ayu membuka lemari nya, memasukan semua pakaian nya ke dalam tas.

"Mulai sekarang kau pergi dari Rumah ini". Ucap Ayu, sambil melemparkan tas jingjing pada Anna dengan kasar.

"Ini rumah ku, dan aku berhak tinggal disini". Untuk pertama kalinya Anna membantah ucapan Ibu tirinya.

Tatapan Anna begitu berapi - Api melihat wajah Ayu, karna Wanita ini juga Ayahnya mengalami serangan jantung, bahkan meninggal, dan kali ini ia malah di usir dari rumah nya sendiri.

Dengan tatapan tajam, Ayu langsung menyeret tubuh Anna keluar dari kamar. " Rumah mu..!?." Ayu tersenyum miring. "Rumah ini atas nama ku, dan Ayah mu yang bodoh itu sudah memberikan semua harta nya padaku". Ucap Ayu dengan tatapan penuh kemenangan, dengan kepergian Anna ia bisa bebas menguasai harta Sanjaya Suaminya.

Dan tentu saja ia bisa bebas membawa pria mudanya ke hunian megah ini, dengan kepergian Sanjaya membawa kebahagian tersendiri, tinggal melenyapkan satu hama lagi yaitu, 'Anna'. Anak tiri yang ia benci.

Anna menggeleng tak percaya. " Ini tidak mungkin,, Ayah tak mungkin mewariskan seluruh hartanya pada Wanita ular sepertimu". Tunjuk Anna dengan sorot tak kalah tajam nya dengan Ayu.

...Plakk....

Dengan sekuat tenaga Ayu memberikan sebuah hadiah ke pipi Anna berupa tamparan dan berhasil membuat sudut bibirnya berdarah.

"Bawa dia dari sini..". Ucap Ayu pada 2 orang suruhan nya.

"Baik Nyonya".

Salah satu Pria mengeluarkan sapu tangan nya, dan langsung membekap Anna yang masih memberontak hingga gadis itu tak sadarkan diri.

Kedua Pria suruhan Ayu langsung menjalankan perintah, kini tubuh Anna sudah berada di dalam mobil.

" Selamat tinggal Putri tiriku yang malang". Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kepergian mobil yang membawa Anna dari kediaman nya.

Selama 24 jam Anna tak sadarkan diri, dan selama itu pula para suruhan Ayu membawa Anna ke Negri yang sangat jauh dari tempat kelahiran nya.

"Kasihan gadis ini, harus memiliki Ibu tiri seperti Bu Ayu". Ucap salah satu Pria, menatap malang nasib Anna yang berasal dari keluarga berada.

"Tak ada gunanya mengasihani Gadis ini. Lebih baik kita cepat pergi sebelum dia sadar". Timpal salah satu rekan nya, ia juga menatap iba atas nasib Anna, yang telah mereka buang ke Negri berantah yang secara acak di pilih Ayu.

Membuang asal tubuh yang masih bernyawa itu, langsung pergi begitu saja sebelum ada orang yang melihat.

...----------------...

"Bagaimana..!. kalian sudah membuangnya kesana". Tanya Ayu setelah genap 2 hari dari kepergian Anna.

"Tentu saja Nyonya, Saya yakin dia tidak akan pernah kembali ke Negara kita".

"Hahahhaha". Gelak tawa memecah ke hening-an malam di rumah itu. "Ingat jangan katakan apapun pada Putriku Lisa, tentang Anna. Kalau tidak nyawa kalian menjadi taruhan nya". Ancam Ayu pada anak buahnya bahkan telunjuknya tepat berada di kedua orang suruhan nya.

Mereka mengangguk bersamaan, menuruti kemauan nenek sihir yang mereka segani.

" Lisa.. tak akan lagi yang menghalangi kita, untuk menguasai semua ini". Ucap Ayu di iringi gelak tawa.

...~Jangan lupa tinggal kan jejak ya~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!