Waktu menunjukkan pukul lima sore, saantnya para karyawan untuk pulang dan menyudahi pekerjaannya . Dari kaca jendela Chaca bisa melihat mereka sedang membereskan pekerjaannya dan bersiap siap untuk pulang, seperti yang mereka lakukan, Chaca juga membereskan pekerjaannya dan pulang kerumahnya, Hari pertama ia bekerja sebagai pemimpin di anak perusahaan itu cukup menyenangkan baginya dan ia masih belum menemukan kesulitan dalam menangani semua berkas dan mempelajarinya.
Suara mobil terparkir di halaman rumah terdengar dari dalam rumah, bu Sinta yang berada di rumah menyambut kepulangan anaknya setelah lelah bekerja seharian, namun ia tak melihat adanya kelelahan di wajah anaknya, Chaca masih terlihat segar sperti saat ia berangkat kerja.
“Apakah harimu menyenangkan?” Tanya ibunya sambi Merangkul anaknya dan berjalan masuk ke dalam
“Sangat menyenangkan ma. Chaca senang sekali bekerja di sana. Bagaimana dengan maama?” Ucapnya pada ibunya.
“Mungkin karena kamu sudah berpengalaman bekerja diluar negeri dengan cukup berat, jadi kamu tak merasakan lelah ketika bekerja. Papa juga begitu ketika dipercaya kekekmu untuk mengelola anak perusahaan” Ucap ayahnya yang tiba tiba datang.
Pak Umar berjalan menuju arah istri dan anaknya dan mengecup kening mereka satu per satu. Kebiasaan yang selalu dilakukan pak Umar sebagai seorang ayah dan suami ketika hendak berangkat kerja atau pulang kerja adalah memeluk dan menciumi istri dan anak perempuannya.
“Papa sudah pulang?” Ucap bu Sinta melihat suaminya tiba tiba datang
“Namun mengapa papa terlihat lelah? Bukankah paapa sudah terbiasa bekerja?” Ucap Chaca menggoda ayahnya.
Mendengar itu pak Umar mendekati Chaca dan mencubit kecil kedua pipi anaknya itu dan tersenyum karena anaknya sedang mengodanya.
“Papa sudah tak mudah lagi Chaca.. Tak sepertimu yang masih segar. Kamu bekerja sampai subuh pun masih kuat pasti” Ucap ayahnya
Chaca merindukan suasana rumah yang seperti ini sejak ia meninggalkan rumah dan melanjutkan studi ke Amerika serta bekerja di sana. Rasanya sudah lama ia tak menggoda ayahnya, tak bercanda dengan ibunya dan tak memeluk keluarganya.
“Baiklah ceritakan pada papa bagaimana pekerjaan mu disana” Ucap ayahnya sambil merangkul Chaca di sisi kanan dan istrinya di sisi kiri.
“Chaca berhasil menarik minat brand yang cukup besar papa juga banyak toko toko yang mulai mengambil dalam jumlah besar, lalu untuk bulan depan Chaca mendengar kalau Mr Stanly akan ke anak perusahaan? Mengapa? Bukankah selama ini ia selalu bekerja sama dengan induk perusahaan?” Tanya Chaca.
Pak Umar, Bu Sinta dan Chaca duduk di sofa dan membicarakan hal seputar pekerjaan juga berdiskusi dengan ayahnya untuk menghadapi para client yang akan berkunjung ke kantornya dalam beberapa minggu dan beberapa bulan ini.
“Mulai saat ini, anak perusahaan yang akan menangani Mr. Stanly. Jadi Mr. Stanly mulai asaat ini adalah urusanmu Chaca. Usia kalian juga tak terlalu jauh jadi mungkin lebih nyaman dalam berkomunikasi bukan?” Jawab ayahnya.
Hari demi hari Chaca terus bekerja sebagai pemimpin di anak perusahaan, berkat pengalamannya di Amerika, ia cukup mudah menangani segala pekerjaan di sana meskipun banyak menyita waaktu dan tenaganya.
Chaca semakin hari semakin semakin hebat dalam urusan memenangkan dalam hal berbisnis, Berkat dia yang saat ini menjabat sebagai pemimpin anak peusahaan, makin banyak toko yang mengambil bahan kain dari tempatnya, keputusan pak Umar yang terus mempertahankan anak perusahaan yang hampir tak menghasilkan ini tak salah. Ada masanya anak perusahaan ini akan menjadi salah satu perusahan yang besar dan kuat, dan masa itu datang ketika Chaca memimpinnya.
Chaca berhasil membuat perusahaan itu menjadi perusahaan yang besar bahkan hampir setara kuatnya dengan perusahaan induk yang dipegang oleh ayahnya. Perasaaan bangga ayahnya atas pencapaian Chaca sangat terlihat dan ia sangat bangga atas apa yang dilakukan Chaca. Pak Umar mengundang seluruh investor dan teman teman bisnisnya untuk makan malam bersama merayakan keberhasilan anaknya memimpin anak perusahaan.
“Tak dapat dipercaya bahwa anak perusahaan yang hampir saja ku tinggalkan bisa menjadi sebesar ini berkatmu. Kamu sangat berbakat sekali, hanya dalam waktu tiga tahun anak perusahaan sudah hampir sekuat perusahaan induk.” Ucap ayahnya bangga di hadapan para koleganya.
“Bersulang untuk keberhasilan Chaca” Ucap salah satu koleganya.
Dengan mengangakat satu gelas wine msing masing, mereka bersulang turut bahagia merayakan kehebatan Chaca dalam memimpin. Pesta makan malam sederhana yang dilakukan di sebuah ballroom hotel mewah itu berjalan dengan sangat bahagia.
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini perusahaan indukpun harus berhati hati dengan anak perusahaan, karena bisa saja anak perusahaan lebih besar dari induknya. Namun Pak Umar tak mempedulikannya, karena perusahaan itu dipegang oleh anaknya sendiri, dan tujuan Pak Umar memberikan anak perusahan pada Chaca adalah untuk mempersiapkan Chaca memimpin perusahaan utama dan menjadi direktur utama menggantikan posisi ayahnya.
“Sepertinya posisi kita akan segera bergeser akibat kedatangan satu anak ingusan itu” Ucap seseorang dengn ponselnya.
Terlihat di sebuah tempat yang sangat gelap, seseorang sedang berbincang dengan orang lain lewat ponselnya. Pria berjas dan sangat rapi itu menatap foto keluarga Subroto dengan kebencian dan rasa ingin menghancurkan.
Dalam kediaman rumah keluarga Subroto, Pak Umar duduk dan berdiam diri dengan tangan terlipat yang menutupi mulut dan hidungnya. Terlihat wajah gelisah dalam tatapan Pak Umar, seakan ia sedang ketakutan terhadap sesuatu.
“Aku harus sesegera mungkin memjadikan Chaca sebagai penerusku sebelum para penghkianat itu mengambil tempatku” Ucap Pak Umar
Tanpa disadari oleh putri dan istrinya, Pak Umar bekerja sekeras mungkin untuk mempertahankan posisinya dan memberikan kedudukannya hanya untuk anaknya, karena ia adalah Pendiri dari perusahaan itu dan ia hanya ingin anaknya yang meneruskannya, tidak keluarga tidak juga koleganya, hanya anaknya.
Dalam situasi lain, Chaca kembali menghubungi Gina sahabatnya untuk merayakan kebahagiaannya bersama, Chaca ingin sekali mengajak Gina untuk datang pada acara makan malam beberapa hari lalu, namun ia tak bisa melakukannya. Ia ingin Gina juga ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Terlihat Chaca yang sedang menunggu Gina disebuah restoran cepat saji yang telah ia katakan pada Gina dalam pesan teks kemarin.
...----------------...
“Apa?” Ucap Gina terkejut sambil menusuk daging dengan garpu ditangannya.
“Terkejut kan? Aku pun terkejut, tak ku sangka aku bisa melakukannya, hanya dalam waktu tiga tahun aku berhasil menjadi apa yang kedua orang tuaku inginkan juga menggapai keinginanku.” Ucap Chaca sambil memakan maknannya.
Gina hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Chaca padanya, ia sangat iri dengan keberhasilannya, ia merasa baru saja kemarin Chaca pulang dari Amerika dan menemuinya, namun sekarang ia melihat sahabatnya sebagai seorang direktur utama, Gina merasa tertinggal jauh dari Chaca.
”Sepertinya aku takkan bisa menang dari Chaca bagaimanapun caranya, dari dulu aku selalu menjadi bayang bayangnya dan tak pernah lepas sampai saat ini. Malang sekali nasib ku. Aku juga ingin menjadi pemeran utama sama sepertinya” Ucapnya dalam hati.
Seperti dugaan Chaca bahwa Gina akan merasa dirinya semakin kecil ketika ia dekat dengan Chaca. Membuat nyali Gina mengecil adalah hal yang mudah bagi Chaca. Chaca mulai perlahan menyadarkan Gina bahwa ia tak tak selevel dengan dirinya.
“Apakah kamu berpikir bisa menjadi sama sepertiku? Dan memiliki semua yang ku miliki? Ambil saja Ryan, aku tak butuh laki laki seperti itu Gina”, batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mom La - La
waah... kamu hebat chaca
2023-01-18
0