4. Tak Seindah Ekspetasi

..._________...

...Beginikah Rasanya Diucapkan,...

...Happy birthday?...

...- Aleena Zain...

..._____________...

1 Maret 2015

Ingatanku dipaksa kembali ke momen yang tidak menyenangkan. Dimana tahun yang tidak pernah terlupakan. Dipermalukan, ditertawakan, sekaligus difitnah yang tidak-tidak didepan seluruh anak SMAN 74. Yang terjadi semuanya hanyalah drama prank, tapi tetap saja. Namanya juga hati, ya pasti terasa menyakitkan. Padahal kami tidak membuat kesalahan apapun. Mengapa mereka membuat kejutan yang harus melukai banyak orang. Andai saja kami tahu, rasanya tidak akan semenyakitkan ini.

Hari Jum'at sore, dilakukan drama yang tidak menyehatkan hati sekaligus pikiran. Beberapa perwakilan Kakak kelas datang ke kelas kami. Kelas 10 IPA 2. Mereka semua meminta kami untuk menuliskan biodata masing-masing. Perasaanku memang sudah tidak enak dari tadi. Namun, pikiranku cukup positif dengan membuang semua hal negatif yang mungkin bisa terjadi. Sebenarnya diminta hanya nama dan juga tanggal lahirnya serta visi misi untuk kedepannya apa. Aku tidak mencurigai sesuatu. Lalu aku tulis,

Nama : Aleena Zain

Tempat, tanggal lahir : Bojong, 30 Maret 200*

Visi dan Misi : Menjadikan lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik dari orang yang merendahkan.

Setelah itu aku kumpulkan. Begitupun dengan Fita, ia juga mengumpulkannya. Anehnya tanganku sudah terasa dingin. Perasaanku sudah tidak enak sekaligus merasa cemas berlebihan. Tanda-tanda akan terjadi sesuatu yang membuat aku menangis. Tapi apa? Aku terus berpikir positif.

"Yang merasa namanya dipanggil, tolong maju kedepan." Titah Kak Shintan penuh penekanan kalimat. Dia merupakan Kakak kelas kami satu tingkat. Mereka yang berada di depan kami, masih duduk dikelas 11 IPS.

"Fitaya Asyra," panggil Kak Ina.

"Aleena Zain," lanjutnya. Fita maju kedepan, begitupun denganku.

"Saya mau tanya sama kamu Aleena, bagaimana mungkin kamu bisa menuliskan visi misi ini? Apa yang kamu pikirkan?" Kata Zulna.

"Tidak papa Kak, setiap orang punya pemikiran yang berbeda, begitupun dengan cara mengungkapkannya." Kataku dengan tenang. Sebenarnya hatiku sebaliknya, aku merasa cemas berlebihan.

Kak Shahril malah tertawa mengejek. "Kamu tahu apa yang baru kamu ucapkan?"

"Iya saya tahu." Kataku mencoba tenang.

"Bagus, memangnya kamu tidak punya visi misi yang lebih baik dari ini?" Katanya dengan sangat keras, dengan menggunakan nada meninggi. Membuat aku terkejut, reflek badanku mundur kebelakang. Dengan menenangkan diri. Aku benci bentakan, suara keras, yang membuat perasaan takut secara berlebihan.

"Saya mau tanya sama Kakak-Kakak semua? apa langkah kalian jika ada beberapa anak yang selalu mengucilkan, memanfaatkan, dan juga membully secara verbal sampai fisik?" Tanyaku karena sudah terlanjur sakit sakit hati memendam semua sakit hati akibat menjadi korban bully.

"Kamu ngerasain rasa dibully? Makanya sadar diri dong. Kelakuan kamu itu pantes di bully. Ucapan kamu barusan itu nggak punya etika" kata Kak Shahril malah membentak dengan keras. Aku melongo. Apa yang salah dengan sikapku. Sabar, Aleena.

"Kamu itu kelihatannya yang polos, tapi aslinya munafik" kata Kak Ridla. Aku hampir menangis di tempat, kalau aku tidak menggigit bibir bawahku.

"Dan kamu Fitaya Asyra. Kamu anak yang selalu bikin masalah. Sampai kapan kamu membuat masalah. Terakhir kamu masuk BK gara-gara ribut sama Kakak kelas. Heran deh saya sama kalian berdua. Bisanya cuman bikin orang susah aja" kata Kak Shahril.

"Letoy banget jadi orang, yang semangat dong" kata Kak Zulka.

"Iya Kak" ucap kami berdua.

"Kalian berdua cepat keluar dari kelas, SEKARANG!" katanya berteriak. Aku dan Fita reflek terkejut. Lalu kami berdua langsung keluar. Aku menahan agar tidak menangis.

"Salahnya dimana sih Fit? perasaan saya nggak ngomong yang aneh-aneh deh. Apa nafas juga salah?" Tanyaku.

"Sudahlah jangan dipikirin, mungkin aja tuh si jangkung lagi PMS." kata Fita.

"Jangkung, Siapa?" tanyaku lagi.

"Shahril." Katanya sambil menghela nafas berat. "Semua orang juga tahu kali, Na. Dia itu kalau udah marah, udah kaya macan kelaparan. Nyeremin banget lebih horor dari pada tukang ghosting." Katanya sembari curhat.

"Udahlah, mau diem aja. Apa yang kita lakukan pasti salah, kita nafas juga pasti dibentak. Padahal seumur-umur kita gak pernah tuh buat salah sama mereka." Kataku.

"Na, dibilangin mereka itu spesies macan. Udahlah kita ikutin aja permainan mereka biar mereka seneng. Kalau mereka bentak kita pura-pura nangis, biar mereka bahagia. Setuju?" Katanya dengan sangat mudah. Fita memang jago akting. Jadi akan lebih mudah untuk menipu orang-orang yang menyakitinya.

"Deal." Kataku. Lalu kami diam tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

Di tempat kami dilarang keras memakai 'lo, gue, atau lo, gue'. Adanya 'saya, aku, kamu, anda, kula, panjenengan dan masih banyak panggilan lagi' terdengar formal maupun aneh bagi kalangan orang Jakarta. Tapi bagi kami sudah terbiasa. Karena masyarakat kami sudah terbiasa menggunakan panggilan tersebut.

Tidak ada masalah memakai panggilan itu, loh wong tempat kami orang Jawa. Mana ada memanggil dengan 'lu, gua' yang ada kalau sampai pakai panggilan itu, bisa di cap tidak memiliki kesopanan. Dan selanjutnya, kalau sampai ada yang mengucapkan panggilan itu, siap-siap mendapat tatapan sinis orang seantero.

"Hai Aleena, hai Fita. Kalian ngapain disini?" Kata seorang pria yang tinggi badannya sedang. Tidak tinggi maupun tidak pendek.

"Hai Kak, iya nih lagi dihukum. Ada apa?" Tanya Fita. Aku hanya diam memperhatikan Fita berbicara dengan Kak Malkani.

"Mau aja dihukum sama mereka, jangan lemah jadi anak. Udah deh kalian nggak usah nurut-nurit amat. Emang mereka siapa? Orang tua kalian? Nggak?" Kata Kak Malkani.

"Tenang aja, namanya juga hidup pasti ada masanya." Kataku.

"Bener sih." Katanya pasrah.

"Nggak usah sedih gitu mukanya, sampai ditekuk kaya jemuran." katanya.

Krik-krik.

Lalu Kak Malkani malah tertawa, mungkin ia berniat membuat lelucon, tapi tidak lucu sama sekali.

"Kakak lagi ngelawak?" Tanyaku dengan muka datar.

"Iya, nggak lucu ya?" Tanya Kak Malkani.

"Garing banget" kata Fita terlalu jujur.

"Nih lihat!" Katanya, lalu kami dititah untuk melihat ke depan dinding.

"Cicak-cicak ding-ding,

"Dam-diam merayap,

"Datang seekor nyamuk hap lalu ditangkap" Kak Malkani malah bernyanyi dengan suara terlalu fals. Niatnya sih mau melawak, kok tidak ada lucu-lucunya. Apa selera humornya seperti itu?

"Jangan tegang, noh lihat mereka! Lagi kemari nih. Jangan takut, anggap aja mereka badut." Katanya lalu tertawa. Lalu aku dan Fita ikut tertawa. Entahlah, kalau ditanya lucunya dimana? Memang tidak ada unsur kelucuan. Tapi tetap saja ada something yang membuat kita tertawa.

Benar, mereka seperti badut tapi bukan yang menghibur. Lebih pantes dibilang joker kali ya. Karena menyakiti hati dengan kata-kata yang seharusnya tidak perlu didengarkan.

Sebenarnya jika diceritakan kembali. Moment itu hanya menyakitkan. Yang aku tulis ini hanya sepenggal saja. Tidak sepenuhnya aku ingat dengan detailnya. Kalau aku ingat dengan detailnya, air mataku yang terlalu mudah turun akan membuatku langsung menangis.

Aku melihat Adita dan Shafia sedang berjalan menuju tempat ke arah kami. Mereka berjalan bersama Kakak kelas yang tadi mereka berada di kelas.

"Mereka berdua disuruh keluar juga?" Tanya Fita yang tidak kalah dengan keterkejutan apa telah kita beda lihat. Adita? Shafia? Kom bisa?

"Nggak tahu, tapi mana mungkin orang paling teladan di seantero SMAN 74 dikeluarkan dari kelas. Bau-bau mencurigakan." kataku.

"Bener sih, nggak mungkin seorang Shafa dan Adita dikeluarkan dari kelas. Mereka itu kan anak teladan, anak paling disegani seantero." Kata Fita.

"Kalian masih duduk aja, ada inisiatif dikit dong. Jangan disuruh mulu. Cepet kalian ke ruang guru." katanya membentak. Kami berdua benar-benar terkejut. Mereka kapan datangnya? Tiba-tiba sudah berdiri di depan kami.

"Baik Kak." Ucap kami pasrah. Kemudian kami beranjak dari duduk untuk mengikuti Kakak kelas.

...__________...

...Bersambung...

...Tolong klik suka, tinggalkan komen sekaligus kalau ceritanya bagus tinggalkan gift....

...Terima kasih....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!