Ramainya pembahasan tentang Kinan rupanya juga menarik perhatian Pak Menteri yang juga adalah paman Ray. Beliau juga sangat suka memanah dan berburu seperti Kinan. Beliau menyampaikan niatnya untuk mengundang Ray dan Kinan ke villa pribadinya yang terletak agak jauh dari hingar bingar Jakarta. Ia ingin mengajak Ray dan Kinan memanah dan berburu di hutan kecil di dekat villanya. Ray menyampaikan undangan itu kepada Kinan dan ia sangat bersemangat menghadirinya.
Pagi itu Ray berangkat dengan mobil pribadinya bersama Kinan dan Joko. Kinan sangat senang karena bisa kembali pergi bersama Ray. Sudah lama sejak kembali dari Lombok, mereka belum memiliki waktu untuk menikmati waktu bersama dengan santai dan tenang. Terlalu banyak permasalahan dan kejadian tak terduga yang mereka alami akhir-akhir inim
Mereka tiba di resort tengah hari dan ternyata mereka bukanlah satu-satunya tamu yang diundang. Ada beberapa pejabat, pengusaha dan juga Evan. Ray dan Kinan tidak tahu persisnya kenapa Evan ada disana. Tapi mereka tidak ingin kecangungan hubungan mereka dan Evan merusak suasana acara yang tengah dipersiapkan Pak Menteri .
"Ray, kenalkan! Ini Evan Jackson, putra tunggal dari pemilik Alaska Group." Pak Menteri memperkenalkan kedua tamunya yang terlihat canggung.
"Alaska group?!" Ray baru tahu bahwa Adam yang selama ini dikenalnya sebagai CEO, ternyata bukan pemilik Alaska Group sesungguhnya.
"Evan, ini adalah Ray, keponakanku satu-satunya dan istrinya, Kinan."
Mereka saling berjabat tangan seolah baru pertama kali bertemu.
"Senang bisa bertemu anda kembali, Nona." Evan melempar senyuman penuh pesonanya.
"Apa kalian sudah saling kenal?" tanya Pak Menteri penasaran
Evan mengangguk cepat, "Pertama kali di museum dan kedua kali di pacuan kuda."
"Jadi, tidak hanya memanah, kau juga pandai berkuda?" Pak Menteri semakin kagum dengan kemampuan Kinan, "Kalau saja suamimu tidak suka bolos latihan berkuda sejak kecil, ia pasti sudah jadi pembalap kuda kelas dunia. Dasar pemalas!"
Kinan tertawa karena akhirnya menemukan satu lagi kelemahan suaminya.
***
Setelah beristirahat sejenak, Pak Menteri mengajak rombongan tamunya untuk berkuda dan berlatih memanah di sekitar villa sebelum masuk ke dalam hutan yang ternyata sudah sangat dekat dengan villa itu. Dari situ, Kinan sudah bisa mencium segarnya aroma pohon pinus di dalam hutan. Rasanya ia sudah sangat tidak sabar untuk segera berburu. Sudah lama sekali ia tidak masuk ke hutan, sejak ayah Joko meninggal sekitar lima tahun yang lalu.
Semua orang tengah asyik dengan kesibukan masing-masing. Pak Menteri dengan kuda kesayangannya, beberapa orang dengan busur dan anak panahnya, serta Ray dan Kinan dengan dua ekor kuda yang milik Pak Menteri yang akan mereka tunggangi. Sementara Joko hanya berfokus pada tugas utamanya untuk menjaga Kinan. Tak sedetikpun ia melepaskan pengawasannya terhadap Kinan. Ia sama sekali tidak terpengaruh oleh hiruk-pikuk dan hilir mudik orang-orang yang tengah sangat bersemangat mempersiapkan diri untuk berburu.
Ditengah kesibukan persiapan mereka, tiba-tiba sebilah pisau meluncur ke arah Kinan dari balik pepohonan. Dengan sigap Joko meraih pecut kuda yang dipegang Ray lalu menangkis pisau tersebut tepat waktu. Pisau jatuh tergeletak di rerumputan.
Kinan langsung menyambar panahnya dan menembak tepat di kaki kiri pelaku. Sayang pria itu masih bisa kabur. Kinan lalu menunggangi kudanya mengejar si pelaku hingga masuk jauh ke dalam hutan. Tanpa komando, Joko sigap menunggangi kuda mengikuti Kinan.
Rombongan mulai panik dan gaduh karena kejadian yang baru saja menimpa Kinan.
“Pak Menteri, tolong segera kembali ke villa. Biar kami yang menyelesaikan ini sendiri.”
“Tapi, Ray , ini sangat berbahaya.”
“Akan lebih berbahaya lagi jika banyak orang yang bisa saja menjadi korban dan target mereka.”
Ray segera menunggangi kudanya mengikuti Kinan dan Joko masuk ke dalam hutan.
Kabut mulai turun dan mengganggu pandangan Kinan. Tapi ia harus tetap waspada. Dari arah belakang sebuah anak panah melesat hampir mengenai Kinan, untung saja Joko dengan sigap lagi-lagi menangkis anak panah itu.
“Ndoro, anda harus berhati-hati. Hamba rasa ada yang sengaja memancing Ndoro untuk masuk ke hutan.”
Kinan mengangguk, “Kita harus menemukan orang itu.”
Tak lama kemudian segerombolan orang datang menyerang mereka. Joko segera turun dari kudanya untuk melawan mereka. Sedangkan Kinan tetap di atas kuda berperang sambil memainkan panahnya untuk membantu Joko. Kinan dan Joko berhasil memenangkan peperangan, tiga orang penjahat berhasil diringkus. Sayang dua diantaranya akhirnya mati karena luka parah terkena panah. Sedangkan satu yang masih hidup tidak mau memberitahu siapa orang yang mengirimnya kesana.
Tak lama kemudian Ray datang menabrak seorang penjahat lagi yang ternyata diam-diam hendak menyerang Kinan dan Joko dari belakang. Ray kemudian turun dari kuda dan menghajar penjahat itu sampai babak belur.
“Katakan siapa yang menyuruhmu?!”
Sama seperti pria yang diintrogasi Kinan dan Joko, pria itu tetap tidak mau membuka mulut. Joko mengambil anak panah dan mengancam akan menancapkannya di dada pria itu, lalu kemudian salah satu diantaranya hampir mengaku, “Ben—“
Tiba-tiba saja dari kejauhan anak pahan jatuh tepat di tubuh kedua pria itu. Keduanya lalu tewas sebelum sempat berbicara.
Kinan segera mengejar orang yang membunuh kedua pria tersebut. Tapi percuma. Ia tak menemukan siapapaun bahkan setelah masuk sangat jauh dan lama berputar-putar di hutan.
“Ampun, Ndoro, hamba rasa orang itu sudah pergi. Percuma kita mengejarnya. Hari juga sudah hampir malam. Akan sangat berbahaya jika kita terjebak semalaman di hutan.”
“Joko benar, Kinan. Kita harus segera kembali ke vila dan mengobati luka di tanganmu.”
Ray dan Joko benar, Kinan harus menghentikan pencariannya dan segera kembali ke vila. Kinan juga melihat ada banyak luka di tubuh Joko. Ia tidak boleh memaksakan diri. Pasti akan ada kesempatan lain untuk menangkap pelakunya.
“Baiklah, ayo kembali!”
Setelah lama berputar-putar di hutan, Ray mulai ragu dan khawatir, “Joko, apakah kau yakin kita melewati jalan yang benar? Kenapa aku merasa bahwa kita hanya berputar-putar di jalan yang sama?”
“Tenanglah, Tuan, kami hidup dan besar di hutan. Jadi kami paham betul bagaimana hutan dan isinya.”
“Tapi ini adalah hutan yang berbeda dengan yang kalian tinggali. Kalian belum pernah kesini sebelumnya. Lalu bagaimana kalian akan hafal jalan yang pertama kali kalian lalui?” Ray benar-benar ragu kali ini
“Coba Tuan rasakan, ada aroma tubuh Ndoro yang masih tertinggal di jalan yang kita lalui. Jika belum terlalu lama, aroma itu bisa memberi kita petunjuk.”
“Jangan konyol, Joko! Kinan ada di dekat kita, tentu saja aroma tubuhnya akan selalu tercium oleh kita. Itu aroma dari tubuh Kinan, bukan yang ia tinggalkan.” Ray benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir orang kuno.
Tanpa menjawab pertanyaan Ray, Joko memacu kudanya jauh meninggalkan Kinan. Ray yang merasa sangat penasaran, mempercepat laju kudanya mengikuti Joko.
“Sekarang kita sudah berjarak sangat jauh di depan Ndoro. Coba Tuan rasakan baik-baik. Apakah ada aroma tubuh Nona di suatu tempat?”
Ray menutup matanya dan menajamkan indra penciumannya. Joko benar. Ia bisa mencium aroma harum tubuh Kinan di arah kanan. Meskipun tidak sekuat saat berada di dekat Kinan, aroma tubuh itu masih bisa tercium di antara aroma segar pohon pinus.
Ray mengikuti arah aroma itu. Sekarang ia memimpin barisan pasukan berkuda yang diikuti Joko dan tak lama kemudian Kinan juga segera bergabung dengan mereka. Kemudian mereka melihat seseorang sedang berkuda menuju ke arah mereka, seorang pria paruh baya yang datang dari arah yang berlawanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments