Umpan Balik

Berita tentang Kinan dan kemampuan memanahnya cepat tersebar dan menjadi trending topik yang paling banyak dibicarakan pagi itu. Banyak berita online dan sosial media yang mengomentari betapa hebatnya konsep acara peluncuran Terra Kota dan kepiawaian memanah Kinan. Meskipun tak sedikit juga yang meragukan bahwa penembakan semalam benar-benar direncanakan untuk memeriahkan pesta.

“Kinan bangun!” Ray membangunkan Kinan yang pagi itu masih terlelap di sampingnya.

“Ada apa?” Kinan mengucek matanya yang belum terbuka sempurna.

“Lihat!” Ray menyodorkan ponselnya, “Berita tentang kejadian semalam sudah menyebar. Aku tidak menyangka bahwa ceritanya akan jadi seramai ini.”

Kinan membaca komentar-komentar yang kebanyakan positif mengenai Tera Kota dan dirinya, “Bagus dong, kepercayaan para investor akan segera pulih dan proyek pembangunan Terra Kota bisa segera dirampungkan.”

“Bukan itu Kinan. Meskipun mereka membicarakanmu dengan nama Rosaline, tapi aku yakin bahwa orang yang mengenalmu sejak kecil dan paham betul dengan kemampuan memanahmu, akan dengan sangat cepat mengenalimu.”

Kinan menutup mulutnya, “Patih Praloyo!”

“Di era seperti sekarang, informasi akan sangat cepat menyebar. Jika ia melihat vidiomu ini, aku yakin ia pasti akan langsung tahu bahwa itu adalah kau, Kinan. Meskipun orang lain mengenalmu dengan nama Rosaline.”

Ray menatap Kinan khawatir, "Aku sudah meminta Edward untuk menghapus semua foto dan vidio tentangmu. Tapi ini sangat sulit karena terlalu banyak orang yang menaruh perhatian padamu."

Kinan tahu betul bahwa Ray benar. Sejak ia bersanding dengan Ray dalam acara ijab qabul dan difoto untuk pertama kalinya, ia sudah siap dengan segala kemungkinan dan resiko untuk menghadapi Patih Praloyo kapanpun dan dimanapun. Meskipun ia agak kecewa dengan cara-cara yang licik dan pengecut seperti menenggelamkan atau menembak Kinan. Ia sangat berharap bahwa Patih Praloyo akan datang dengan gagah perkasa dan menantangnya bertarung secara ksatria. Meskipun kecil kemungkinan hal seperti itu akan terjadi.

“Kinan, kau tahu betul bahwa aku sangat mengkhawatirkan keselamatanmu. Jadi, mulai sekarang aku tidak akan mengijinkanmu pergi sendiri. Aku akan memperketat penjagaan di sekitarmu dan juga memberikan seorang body guard yang handal untuk melindungimu.”

“Jika setiap ada kejadian seperti ini kau selalu khawatir, mengurungku lalu mengirim lebih banyak orang untuk menjagaku, maka tidak lama lagi rumah ini akan penuh sesak oleh segerombolan body guard." Kinan terkekeh.

"Tapi --"

"Dengar, kurasa aku tidak boleh bersembunyi lebih lama. Sebuah gebrakan mungkin justru akan memancing Patih untuk keluar menemuiku."

"Jangan konyol! Apa kau berniat menjadikan dirimu umpan untuk harimau lapar macam itu?" Ray menentang keras rencana Kinan.

"Kalau begitu aku akan coba untuk memikirkan cara lain. Bagaimanapun juga, aku ingin menyeretnya keluar dari persembunyiannya. Sangat tidak adil berperang dengan bayangan seperti ini." Kinan sangat kesal karena merasa berkali-kali diteror dan dipermainkan.

Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Ray.

"Kinan. Aku harus pergi."

***

"Ed, apa kau yakin bahwa mereka adalah orang yang sama?"

"Benar Tuan. Orang yang menyeret Nona ke laut dan berusaha menembak Nona kemarin malam adalah orang yang sama."

"Lalu bagaimana ia bisa mati begitu saja?"

"Ia ditemukan mengapung di laut utara pagi ini tanpa membawa apa-apa. Tidak ada barang yang bisa dijadikan bukti. Kecuali hasil tes darah yang menyatakan cocok dengan darah bekas goresan pahan yang tertinggal di pistol yang tergantung di dinding ballroom."

"Apa sudah ada informasi terkait data diri?"

"Tidak banyak, Tuan. Korban tidak memiliki cukup relasi disini. Polisi hanya menemukan bahwa ia memiliki adik perempuan di London."

"Lalu apa kau sudah mencari tahu tentang perempuan itu?"

"Sudah, Tuan." Edward menyerahkan laporannya kepada Ray.

***

"Ampun Ndoro, menurut hamba apa yang dikatakan Tuan Ray benar. Ndoro harus lebih berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan serangan lain yang tak terduga dari Patih Praloyo. Ia bahkan berani terang-terangan ingin membunuh Ndoro di depan banyak orang."

"Joko, aku tidak akan gentar menghadapi pengecut. Jika ia ingin aku mati, seharusnya ia datang untuk membunuhku sendiri. Bukannya malah mengirim orang-orang tidak berdosa untuk mencelakaiku. Apa kau bisa bayangkan apa yang akan Ray lakukan pada orang yang dipaksa untuk membunuhku?"

"Ampun Ndoro, Tuan Ray sangat bijak hamba yakin beliau mampu memutuskan balasan terbaik untuk orang yang ingin mencelakai istrinya."

"Tunggu! Joko bisa jelaskan, sejak kapan kau merubah pandanganmu kepada Ray? Bukannya selama ini kau selalu berselisih pendapat dengannya?"

"Ampun Ndoro, sejak Tuan Ray membelikan Ndoro kuda karena tidak ingin Ndoro berbagi kuda dengan pria lain, dan sejak Tuan Ray protes karena hamba tidak memanggilnya dengan sebutan Raden."

Kinan tertawa mendengar penjelasan Joko. "Jangan bilang kalau kau yang menceritakan semua tentang kejadian hari itu kepada Ray?! Pantas saja dia sama sekali tidak penasaran dengan ceritaku."

"Ampun, Ndoro. Hamba lancang mendahului Ndoro."

"Terima kasih, Joko. Aku senang kau akhirnya bisa akrab dengan Ray."

"Ampun Ndoro, lalu apa mulai sekarang hamba sebaiknya memanggil Tuan Ray dengan sebutan Raden?"

Kinan kembali tertawa terpingkal-pingkal.

"Tak perlu melakukannya, Ray bukan Arya dan ia sudah sangat istimewa untukku tanpa harus disamakan dengan Arya."

"Ampun Ndoro, lalu apakah suatu saat nanti Ndoro juga berniat untuk membawa Tuan Ray kembali ke keraton Kertobumi?"

"Entahlah." jawab Kinan ragu karena memang sampai sejauh ini ia belum pernah memikirkan tentang masa depannya bersama Ray.

Ia tidak tahu apakah ia akan bisa menemukan Parakraton dan segera kembali ke tempat asalnya begitu saja. Setelah semua yang terjadi ia mulai merasa tidak yakin akan bisa lagi menjadi seorang tuan putri, pemimpin Kraton Kertabumi yang tangguh dan mandiri. Ia bahkan mulai merasa sangat tersiksa hanya dengan mengetahui bahwa Ray tidak akan pulang ke rumah beberapa hari karena ada urusan bisnis di luar kota atau luar negeri.

"Ampun, Ndoro. Seharusnya Hamba tidak menanyakan masalah pribadi seperti itu."

Kinan tersenyum, "Tidak Joko, kurasa kau benar. Aku harus mulai fokus memikirkan tujuan dan masa depanku mulai sekarang. Aku tidak bisa mundur dan menyerah begitu saya pada rakyat dan kerajaan peninggalan keluargaku. Bagaimanapun juga aku tidak boleh membiarkan kematian ayah dan ibuku jadi sia-sia hanya karena perasaan dan keegoisanku sendiri."

Joko benar-benar menyesal tidak bisa menjaga ucapannya dengan baik. Sekarang ia harus melihat junjungannya itu lesu dan galau karena cinta dan tanggung jawab yang dipikulnya seorang diri. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara membantu tuan putrinya itu. Pendidikan yang Eyang Warso berikan padanya di kraton belum pernah mengajarkan tentang bagaimana cara menenangkan wanita yang sedang galau. Sepertinya ia harus mulai berguru pada Edward yang menurutnya lebih mengerti tentang persoalan orang modern seperti itu

"Ampun, Ndoro. Hamba mohon diri. Hamba ingin membicarakan sesuatu dengan Edward."

Dan seperti dugaannya, Kinan masih tetap melamun sayu dan tak sedikitpun menggubris perkataannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!