Serangan Bertubi

Begitu berhasil mengeluarkan Kinan dari air, Ray segera melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan nafas buatan untuk Kinan. Setelah Kinan sadar dan memuntahkan air dari mulutnya, Ray segera membawanya ke rumah sakit.

Sekitar dua jam kemudian Edward dan Joko tiba dari Jakarta. “Bagaimana keadaan Nona Kinan?”

“Apa ndoro putri baik-baik saja?” Joko tak kalah panik “Kenapa anda mengajak Ndoro ke pantai padahal anda tahu Ndoro tidak bisa berenang?!”

Edward berusaha menahan tubuh Joko khawatir ia melukai Ray karena emosi. “Tenanglah, Nona Kinan akan baik-baik saja.”

“Keluarga Pasien atas nama Kinan?!” seorang perawat baru saja keluar dari IGD

Ray langsung menghampiri, “Saya suaminya.”

“Pasien sudah sadar.”

***

“Kinan bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?”

Kinan mengangguk sambil memandangi Edward dan Joko

“Ah, aku sengaja meminta mereka datang karena khawatir dengan kondisimu.”

Kinan menggenggam tangan Ray.

“Jangan takut, beristirahatlah! Kami semua akan menjagamu.”

Malam harinya Kinan sudah diperkenankan pulang dan Ray langsung membawanya kembali ke hotel.

“Jadi, Kinan, bisa kau ceritakan bagaimana kau bisa sampai tenggelam?” Ray sudah sangat penasaran mendengarnya

“Saat kita turun dari kuda, ada segerombolan wisatawan yang lewat di dekat kita. Entah bagaimana tiba-tiba saja seseorang membungkam mulutku dan menarikku ke belakang lalu menenggelamkanku ke laut.”

“Apa anda sempat melihat seperti apa orangnya?”

Kinan menggeleng.

“Ampun Ndoro, apa Ndoro tidak sempat melihat satupun petunjuk siapa pelakunya? Pria atau wanita?”

“Dari kuatnya genggamannya sepertinya laki-laki. Tapi aku tidak bisa melihat dengan jelas karena panik dan berusaha memberontak.”

“Ini jelas disengaja, Tuan, karena pelaku sengaja memilih tempat yang tidak terjangkau cctv. Selain itu pelaku tahu betul bahwa Nona tidak bisa berenang, karena itu dia menyeret Nona ke dalam air. Jika ia hanya berniat membunuh Nona, maka ia bisa saja hanya mencekik atau memukul kepala Nona dari belakang.”

“Tapi kenapa ia berani melakukannya di tengah keramaian?”

“Ampun Ndoro, apa mungkin sebenarnya pelaku tidak ingin Ndoro mati makanya dia melakukan di tengah keramaian?”

“Jadi maksudmu, itu hanya semacam peringatan?”

“Ampun, Tuan, bisa jadi seperti itu.”

“Kita harus segera mencari tahu. Apa kau sudah menemukan identitas para saksi?”

“Sudah Tuan, kami juga sudah mendapatkan keterangan dari beberapa saksi. Mereka tidak melihat dengan jelas siapa pelakunya. Mereka hanya melihat seseorang dengan pakaian serba hitam berlari ke arah utara. Lalu saya menemukan bekas pakaian terbakar di dalam tong sampah.”

“Jadi pelaku keluar dengan pakaian yang berbeda?”

Edward mengangguk, “Kami juga sudah sempat memeriksa rekaman cctv tempat pelaku keluar. Ada terlalu banyak orang yang hilir mudik saat itu, jadi agak susah untuk mengenali pelaku hanya dari postur tubuh yang dilaporkan saksi. Namun, ada beberapa orang yang menurut saya cukup mencurigakan. Jadi saya sudah mengirim orang untuk menyelidiki orang-orang itu.”

“Apa sudah ada kabar?” Tanya Ray cemas

Edward menyerahkan beberapa laporan tentang keempat pria yang dicurigai Edward. Dari latar belakang dan kegiatan mereka, belum ada satupun yang tampak mencurigakan.

Kinan masih berusaha mengingat dengan detail apa yang sudah dialaminya siang tadi.

“Aku sempat mencakar tangan kanannya saat memberontak tadi. Kurasa masih meninggalkan bekas.”

Edward dan Ray saling berpandangan.

"Baiklah, Nona, kami akan terus mengusut kasus ini, Nona. Tapi menurut saya untuk saat ini akan lebih baik bila anda segera kembali ke rumah."

"Tapi.. bukankah kau bilang kita masih akan di sini sampai lusa?" Kinan mengalihkan pandangannya dari Edward ke Ray

"Kau?" Ulang Joko yang merasa asing dengan kata itu karena selama ini Kinan selalu menggunakan kata Anda untuk menyebut Ray.

Edward yang langsung paham situasinya hanya tersenyum-senyum saja melihat perubahan kedua sejoli yang tengah dimabuk asmara itu.

"Tuan, apa anda yakin tidak ingin melibatkan polisi dalam hal ini?"

"Tidak, aku tidak ingin mereka menyelidiki Kinan lebih jauh dan terlalu berbahaya mengalirkan isu seperti ini menjelang peluncuran Terra Kota."

***

Keesokan paginya, Ray sudah membawa Kinan kembali ke Jakarta dengan jet pribadinya.

"Kinan, aku harus segera kembali ke kantor. Ada urusan yang harus segera ku selesaikan."

Ray bergegas pergi setelah mendengar laporan tentang pencurian dan pembobolan di apartemen dan perumahan yang dikelolanya.

***

Siang itu, Edward memasuki ruangan Ray dengan tergesa-gesa.

"Tuan, anda harus melihat ini."

Ray membaca dengan seksama berkas yang berisi laporan dan beberapa foto.

"Saya juga sudah mengirimkan salinan rekaman cctv-nya ke email anda." Imbuh Edward

"Kenapa hal semacam ini bisa terjadi? Sangat memalukan." Ray menghempaskan berkas yang telah dibacanya dengan kasar. "Semua orang tahu kita memiliki sistem keamanan terbaik. Lalu apa ini semua?" Ray tampak sangat kecewa

"Kami sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut. Kami akan mengusut tuntas permasalahan ini."

"Ed, apakah kau masih berfikir kalau ini adalah soal kelalaian sistem keamanan kita?" Ray mendengus kecewa

"Tapi, maksud Tuan? Apa ada yang dengan sengaja melakukan sabotase?"

"Ed, ini soal Ultimate Group dan proyek Tera Kota."

Edward terbelalak mendengar analisa Ray. Ia tidak menyangka akan berdampak sejauh itu.

"Ada pihak yang sengaja mencoreng tepat di wajah kita, agar orang melihat dan memikirkan kembali tentang berinvestasi di Terra Kota." Ray tengah memikirkan sesuatu yang sangat serius

"Lalu, apakah Tuan juga sudah memikirkan kemungkinan pelakunya?"

"Orang yang paling ingin melihatku hancur."

Edward masih tidak mengerti. "Alaska Property?" Tebak Edward cepat. Karena selama ini Alaska Propertilah satu-satunya pesaing bisnis terkuat Ultimat Group.

Ray ragu. "Tapi kita semua tahu bahwa Alaska tidak pernah tertarik pada Terra Kota. Jadi, jika memang benar mereka dalang di balik semua ini, pasti ada tujuan lain."

"Saya akan segera mencari tahu perkembangan penyelidikan. Kita akan segera tahu siapa pelaku sesungguhnya."

"Baiklah, terus kabari aku. Lebih cepat lebih baik." Ray bangkit, menyambar jasnya lalu pergi meninggalkan Edward

"Siap, Tuan."

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!