Peringatan Pertama

Ray kembali berlayar di ponselnya, ia membuka link yang dikirimkan Edward. Benar saja banyak komentar membanjiri postingan salah satu akun gosip yang membagikan postingan foto Rosaline sedang bersama Ray di depan istana Buckingham, yang diambil sekitar tiga tahun yang lalu. Banyak komentar yang mempertanyakan siapa Rosaline dan siapa istri Ray.

“Kau sedang melihat apa? Apa ada yang mengganggumu?” tanya Kinan yang baru saja menyusul Ray ke balkon kamar mereka.

Kinan memberikan secangkir kopi kepada Ray.

“Kopi instan?”

Kinan mengangguk, “Jangan terlalu banyak berharap. Aku bahkan baru tahu cara menyeduhnya setelah membaca bungkusnya berkali-kali.”

Ray tertawa, ia tidak menyangka bahwa kepolosan Kinan hari itu terlihat sangat menggemaskan baginya. Ia tidak lagi merasa kesal ketika Kinan melakukan hal-hal konyol dan norak atau bahkan tidak bisa melakukan hal yang menurut Ray sangat sepele, seperti menyeduh kopi instan malam itu.

“Ray, apa kau sangat sering pergi ke sini?”

“Lombok?”

Kinan mengangguk, “Sepertinya kau sangat mengenal semua jalan dan tempat wisata di sini.”

“Yah, beberapa kali.” Ray berbohong, ia sangat sering pergi kesana saat masih sekolah dulu, terutama saat ayahnya membangun hotel itu untuk ibunya.

“Apa kau juga pernah mengajak Rosaline kesini?”

Ray menggelang, “Ini pertama kalinya aku membawa orang lain ke sini.”

“Orang lain?”

“Maksudku selain kedua orang tuaku dan Edward.”

“Kemana kau pernah mengajak Rosaline berlibur seperti ini?”

Ray enggan menjawab Venesia, Paris, Tokyo, Perth dan Bali, “Jakarta.”

Itu juga Ray tidak berbohong karena Ray memang pernah mengajak Rosaline berlibur ke rumahnya sekali saat diperkenalkan dengan ayahnya.

Kinan tersenyum, ia senang setidaknya masih ada tempat yang didatanginya bersama Ray yang belum terjamah oleh Rosaline. Karena selama ini Kinan merasa bahwa dirinya hanya seperti bayang-bayang Rosaline. Kemanapun ia pergi selalu berhubungan dengan Rosaline, entah hanya soal nama atau bahkan kesukaan Rosaline seperti saat Ray mengajaknya bermain golf, menonton opera dan balet.

Meskipun Kinan tahu dari awal bahwa ia adalah pengganti Rosaline, tapi semakin lama terasa sangat menyesakkan baginya dianggap dan diperlakukan seperti orang lain oleh orang yang sudah dinikahinya.

“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan soal Rosaline?”

“Ah, tidak” Kinan berusaha mengelak. “Aku hanya penasaran apa kau sangat sering menginap di hotel ini karena sepertinya semua orang sangat mengenalmu.”

“Jadi kau berfikir bahwa aku sering menginap disini berdua dengan Rosaline?”

“Ah, itu, aku hanya asal menebak saja.”

Ray membuka ponselnya, lalu ia menunjukkan beberapa artikel tentang kepemilikan hotel tempat mereka menginap. Kinan membacanya dengan seksama. Ia terperanjat.

“Jadi?”

Ray tersenyum, “Mereka semua mengenalku karena aku adalah pemilik hotel ini.”

Ray menghabiskan sisa kopinya lalu meletakkan cangkir kosongnya di meja. Sementara Kinan merasa malu dan bersalah karena berfikir yang tidak-tidak tentang Ray.

“Jadi, apa kau masih cemburu, Nona?” goda Ray yang sudah berdiri di belakang Kinan dan memeluk Kinan dari belakang

Kinan merasa wajahnya kembali memerah. Ia tidak menyangka Ray akan memeluknya seperti itu.

"Lalu, bagaimana Bryan bisa mengenalmu?"

"Bukankah sudah sangat jelas?! Itu karena suamimu ini sangat populer, Nona." jawab Ray sumbar.

“Boleh aku bertanya satu hal lagi? Kenapa kau memperkenalkanku sebagai Kinan kepada Bryan?”

Ray berbisik di belakang telinga Kinan, “Karena kau adalah Kinan.”

Kinan hendak berbalik, tapi Ray menahannya.

“Sebenarnya aku ingin semua orang mengenalmu sebagai Kinan, bukan Rosaline.”

Kinan merasa sangat senang mendengarnya.

“Hanya saja aku sedikit khawatir kalau saja Patih Praloyo jadi akan semakin mudah mengenali dan menemukanmu.”

Sekarang Kinan mengerti kenapa Ray tetap bertahan untuk menyebutnya sebagai Rosaline. Bukan hanya semata-mata untuk menghindari isu atau karena masih mengharapkan Rosaline tapi juga karena ingin melindunginya.

“Jangan terlalu khawatir, ada kau dan Joko yang akan selalu melindungiku.”

Ray mengeratkan pelukannya, entah kenapa ia tidak ingin kehilangan Kinan melebihi saat ia kehilangan Rosaline bahkan ibunya.

“Jangan pernah jauh-jauh dariku agar aku bisa selalu melindungimu.”

Kinan mengangguk, “Tapi apa memang harus sedekat ini?”

Ray tertawa kecil mendengar gurauan Kinan. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ray memutar tubuh kinan lalu mengecup bibir Kinan lembut. Kinan merasa kaget mendapat serangan mendadak dari Ray, tapi kemudian ia mulai menikmatinya. Kinan melingkarkan kedua tangannya memeluk tubuh Ray.

Ray yang sudah lama memendam hasratnya untuk Kinan langsung membopong Kinan ke ranjang dan menuntuskan malam pertama mereka yang sempat tertunda lama.

***

Pagi itu Ray mengajak Kinan berenang tapi ia menolak.

“Kau tidak ingin aku mengajarimu berenang?”

Kinan menggelang,”Aku lebih baik bertarung dengan sepuluh pria daripada harus berenang.”

Ray tertawa, ia berfikir bagaimana bisa mengajak Kinan ke pantai sementara ia takut berenang. Ray mengambil ponselnya lalu mengirim sebuah pesan singkat pada manajer hotel.

Kinan melihat tubuh sixpack Ray ketika keluar dari kolam renang. Ia tidak menyangka bahwa Ray tampak sangat gagah dan keren dengan penampilan seperti itu. Pikiran Kinan melayang kemana-mana.

“Kinan, apa kau mendengarku?”

Kinan terlonjak melihat Ray sudah berjongkok disamping kursinya.

“Apa kau sangat menikmati pemandanganmu, Nona?”

Kinan benar-benar malu tertangkap basah saat sedang memandang tubuh atletis Ray.

“Apa kau ingin melihat versi lengkapnya?” tanpa menunggu jawaban, Ray langsung membopong tubuh Kinan ke kamar mandi.

***

Setelah menuntaskan ritual pagi mereka, Ray mengajak Kinan menikmati keindahan pantai senggigi dengan berkuda. Ketika sampai di senggigi mereka bertemu dengan banyak wisatawan lokal dan asing yang ternyata juga mengenal Ray. Tak jarang Ray harus berhenti sebentar untuk sekedar berbincang-bincang dengan mereka. Dan Kinan benar-benar kagum karena Ray begitu populer dan bisa berbahasa asing dengan sangat baik.

Kuda yang Ray pesan sudah siap dan ia segera mengajak Kinan berkuda menelusuri bibir pantai senggigi yang mempesona. Ketika mereka berhenti untuk beristirahat sebentar, tiba-tiba saja Kinan menghilang di tengah kerumunan wisatawan. Tak lama kemudian, tak jauh dari tempat Ray, ia mendengar seseorang berteriak karena melihat seorang gadis yang tenggelam. Ray langsung menyelam untuk menyelamatkan gadis itu yang ternyata adalah Kinan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!