Ketika keluar dari rumah, Kinan sudah berjanji dalam hati untuk tidak membuat Ray malu dengan kekatrokannya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri saat ketakutan dan kagum mengendarai pesawat terbang untuk pertama kalinya, terkagum setengah mati dengan keindahan alam Pulau Lombok dan perlakuan super istimewa dari para pegawai hotel tempat mereka menginap.
Setelah puas berkendara mengelilingi Pantai Selong Belanak, bukit Merese, Desa Sade dan Desa Sukerare, Ray mengajak Kinan untuk beristirahat di sebuah hotel bintang lima di kawasan Pantai Tanjung, Lombok Utara. Hari itu Kinan benar-benar merasa diperlakukan layaknya tuan putri oleh Ray.
Semua karyawan hotel telah berderet rapi, membungkuk memberikan sambutan dan penghormatan atas kedatangan Ray dan Kinan ke hotel. Seakan sudah lama mengenal Ray, mereka langsung mengantar keduanya menuju sebuah kamar suite luxury yang desain interiornya sangat mirip dengan kamar pribadi Ray. Hanya saja bedanya kamar hotel itu memiliki kolam renang pribadi dan balkon yang berhadapan langsung dengan pemandangan pantai yang sangat indah.
“Apa kau menyukainya?” tanya Ray sambil membuka pintu balkon.
“Saya?” Kinan menutup mulutnya dengan tangan, “Apa saya juga akan tidur disini?”
“Tentu saja. Aku tidak ingin kau tidur sambil jalan di sepanjang lorong hotel.” Ray tertawa. “Kemarilah!.”
Ray menunjukkan sebuah pemandangan matahari tenggelam yang sangat indah dipandang dari balkon kamar mereka.
“Jangan menahannya lagi. Aku tau kau sangat ingin menunjukkan kehebohanmu dengan semua hal baru yang kau lihat hari ini.”
Kinan tertawa, ia tidak menyangka Ray tahu bahwa sejak awal ia sangat berjuang mati-matian untuk menjaga sikap dan image di depan Ray. “Baiklah, mulai sekarang, saya tidak akan menahannya lagi. Jangan salahkan saya jika anda merasa dipermalukan.”
“Kinan, karena kita sudah berada jauh dari rumah, bisakah kita berbicara lebih santai?”
Kinan masih tertawa, lalu ia mengangguk, “Baiklah.”
“Kalau begitu segeralah mandi. Aku ingin mengajakmu makan malam.”
***
Setelah mandi, Kinan membuka kopernya untuk mencari baju yang pas untuk dikenakannya makan malam bersama Ray. betapa kagetnya Kinan mendapati kopernya dipenuhi dengan baju-baju minim dan terbuka serta beberapa setel baju tidur sexy. Untuk pertama kalinya Kinan menyesal mempercayakan pengepakan kopernya pada Isa, kepala asisten di rumah Ray yang sudah biasa melayani Kinan.
“Kenapa kau belum berganti baju?” tanya Ray yang baru keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada dan hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Kinan segera berbalik dan berpura-pura sibuk memilih baju di kopernya. Ray mendekati Kinan dan membantu Kinan memilih baju.
“Kurasa ini cocok untukmu.” Ray memilih sebuah gaun one shoulder off berwarna hitam.
Kinan salah tingkah. Ia berusaha bersikap normal karena tidak ingin Ray tahu bahwa jantungnya sedang berdebar kencang. “Apa kau yakin? Biar kucoba.”
Kinan segera berlari ke kamar mandi sambil membawa baju yang dipilih Ray. bukan untuk segera mencobanya, melainkan menenangkan diri dan menstabilkan detak jantungnya yang sempat menggila. Ia merasa tubuhnya panas dan pipinya terbakar.
Ray mengetuk pintu kamar mandi karena Kinan sudah cukup lama berada di dalamnya, “Kinan, apa kau baik-baik saja?”
“Ya, tunggu sebentar!”
Kinan segera memakai dressnya. “Sial! Kenapa resletingnya susah sekali ditutup.”
“Kinan kau kenapa?” tanya Ray ketika melihat Kinan keluar dari kamar mandi dengan memakai dress ditutup handuk kimono.
“Saya kesulitan memasang resletingnya. Apa an— kamu tidak keberatan –“
Ray langsung memutar tubuh Kinan dan melepas handuk kimono. Lalu memasang resleting dress Kinan perlahan. Ray menelan salivanya dengan berat melihat punggung Kinan yang putih mulus dan aroma tubuh yang selalu harum menggoda.
“Baiklah, Kinan. Kita harus segera bergegas.” Ray menepis hasrat lelakinya. Masih banyak hal lain yang harus mereka lakukan sebelum kesana.
Kinan membuka kotak make up yang dibawakan Isa. Ray tersenyum melihat Kinan bingung menggunakan alat make up yang ada di hadapannya. Ray menelepon beberapa orang untuk membantu Kinan. Tak lama kemudian Kinan sudah siap dengan make up dan gaya rambut yang luar biasa cantik.
***
Rupanya Ray sudah mempersiapkan sebuah makan malam romantis untuk Kinan, sebuah meja dengan latar belakang pemandangan pantai, dihias dengan aneka bungan dan lilin ditambah alunan piano yang dibawakan langsung oleh pianis ternama di Lombok yang sengaja didatangkan untuk menghibur Ray dan Kinan malam itu.
“Ray, kenapa restorannya sepi sekali?”
“Karena aku tidak ingin ada yang mengganggu makan malammu.” Ray tersenyum penuh pesona.
Setelah selesai makan malam, Ray mengajak Kinan untuk berkendara mengelilingi kota Mataram. Tapi Kinan yang tidak pernah bisa leluasa berkencan terbuka dengan Ray justru meminta untuk berjalan kaki di sekitar taman kota.
Sebuah pesan gambar dari Edward masuk ke ponsel Ray.
Mereka berhenti di sebuah kafe yang sepertinya baru buka dan dikerumuni orang-orang yang mengantri untuk mendapatkan kesempatan makan malam dengan potongan harga lima pulih persen dan mendapat free gift. Kinan ingin merasakan mengantri dengan santai dan bebas seperti mereka, jadi ia mengajak Ray untuk mengambil nomor antrian.
Ray yang hampir seumur hidupnya tidak pernah mengantri, justru menarik tangan Kinan dan langsung memasuki kafe.
"Ray, kita harus mengantri seperti mereka." Kinan menolak ajakan Ray
"Tapi, Kinan, terlalu berbahaya bagi kita untuk berada di tengah keramaian seperti ini."
"Hei lihat, bukankah itu Raymond Lewis?" tanya salah seorang yang tengah mengantri
"Lalu, apakah itu Rosaline?" tanya yang lain
"Istri atau justru selingkuhannya?" sahut yang lain lagi.
Mereka berlomba-lomba memotret Ray dan Kinan yang bergegas masuk ke dalam kafe.
“Maaf, Tuan. Meja masih penuh, jadi anda harus menunggu sampai nomor antrian anda dipanggil.” Kata salah seorang pelayan yang berusaha mencegah Ray masuk.
“Ray, Apa kau benar Raymond Lewis?" Tanya pemilik kafe yang langsung membawa mereka masuk ke ruang VIP begitu melihat kerumunan orang mengejar dan memotret mereka.
“Perkenalkan, saya Bryan, pemilik kafe ini."
“Ah, saya Ray dan ini istri saya, Kinan."
"Kinan?" tanya Bryan memastikan
“Ah iya. Rosaline hanya sebuah panggilan.” Ray baru menyadari kebingungan Bryan. “Tapi ini istriku, namanya Kinan.”
Kinan tidak menyangka Ray akhirnya mau memperkenalkannya dengan namanya sendiri. Padahal selama ini Ray selalu saja memperkenalkannya sebagai Rosaline.
"Baiklah, kalian bisa tunggu disini sampai mereka lengah." Bryan tersenyum penuh arti seakan ia paham betul dengan posisi Ray yang sering jadi buruan para pencari gosip. "Apa kalian ingin makan sesuatu?"
“Tidak Bryan,” Ray tampak ragu, “Sebenarnya Kinan hanya ingin mendapatkan free gift yang kau tawarkan.”
Bryan tertawa terpingkal-pingkal, “Jadi kau bersusah payah lari dari netizen hanya untuk mendapatkan marchandise?”
Ray tersenyum kecut. Sebenarnya ia bisa saja membeli atau bahkan membuat sendiri marchandise serupa tapi Kinan tetap memaksa untuk mendapatkan dari cafe Bryan.
Bryan kembali dengan membawa satu set marchandise berupa squishy berbentuk sepasang pizza terbelah bertuliskan brand kafe Bryan, “Ambillah! Ini satu set yang paling langka. Limited edition."
“Terima kasih, Bryan. Ini sudah cukup." Kinan senang mendapatkannya, "Lalu, apakah kau bisa membantu kami kabur dari mereka?
Bryan tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. Ia tidak habis pikir kenapa Kinan mau repot-repot mendapatkan barang remeh padahal ia memiliki pasangan sekaya dan setenar Ray.
"Ikuti aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments