Kinan bersyukur bisa menyelesaikan tembangnya dengan baik. Meskipun ia yakin tak seorangpun disana yang mengerti makna tembang kinanthi yang dibawakannya, setidaknya ia senang tak ada seorangpun yang melemparinya dengan tomat atau benda aneh lainnya seperti vidio yang pernah dilihat di ponselnya beberapa waktu lalu.
"Rose, tunggu." Sandra menyerahkan sebuah amplop berisi dokumen kepemilikan lahan, "Suamimu memintamu kesini untuk ini kan? Kurasa kau tidak boleh meninggalkannya begitu saja."
Kinan menatap Sandra yang tengah tertawa penuh ejekan. Tapi ia merasa pantas menerimanya jika apa yang Sandra katakan memang benar.
Ray segera mengembalikan kado yang hendak diturunkannya ke kursi belakang mobil ketika melihat Kinan keluar dari rumah Sandra.
"Bagaimana pestanya? Apa kau menikmatinya?"
Kinan menyodorkan amplopnya, "Maksudmu ini? Jadi benar kau mengirimku kesini untuk mendapatkan ini?"
"Good job, Nona. Thanks."
Kinan merasa jengah dengan sikap Ray. Bagaimana bisa dia begitu tega memanfaatkan Kinan demi kepentingannya sendiri. Kinan geram mengingat betapa ia nyaris ditertawakan begitu banyak orang karena memakai identitas orang lain yang sama sekali tak dikenalnya dan mempermalukan diri sendiri dengan menjadi badut di atas panggung di hadapan ratusan pasang mata, hanya untuk mendapatkan apa yang Ray inginkan dari Sandra.
Tapi toh ia tidak layak merasa dimanfaatkan sekarang karena sejak awal mereka memang sepakat untuk saling memanfaatkan satu sama lain. Kinan menahan rasa kecewa dan tangisnya, Ray tidak layak mendapat bonus kemenangan karena berhasil mempermainkan Kinan dan menjadikannya bonekanya.
"Baiklah, karena kau sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, bisakah kau mengantarku pulang? Kurasa aku butuh banyak air untuk menenggelamkan diri."
***
Beberapa hari kemudian, Sandra menemui Ray di kantornya.
"Apa kau senang bisa segera menyelesaikan proyekmu?"
"Tentu! Terima kasih banyak, Nona." Ray tersenyum
"Berterimakasihlah pada istri anda karena ia berhasil memenangkan permainan kali ini. Tapi perlu anda ingat, Ray, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun bahagia karena mengalahkanku. Harus selalu ada bayaran yang pantas atas semua yang kita dapatkan."
Ray menatap Sandra tajam. Ia memikirkan segala kegilaan yang mungkin saja akan Sandra lakukan.
"Ah, ini." Sandra menyodorkan tas berisi uang milik Kinan. "Saya kesini untuk mengembalikan ini."
"Tidak perlu, Nona. Bagi istri saya, apa yang sudah menjadi milik orang lain tak layak untuk diambilnya kembali." Ray melonggarkan duduknya, "Seperti itulah dia."
Ray senang bisa memberikan satu pukulan lagi untuk Sandra. Ia seharusnya tahu sejak awal bahwa ia tak berhak bersaing dengan Kinan untuk alasan apapun, apalagi untuk mendapatkan Ray kembali.
***
"Kinan bersiaplah, hari ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
Ray ingin mengajak Kinan melihat proyek pembangunan jalan utama menuju Terra Kota yang berhasil dilanjutkan kembali berkat Kinan. Mereka melintasi tempat dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya dan tiba-tiba saja Kinan melihat sosok yang dikenalnya.
"Stop!"
Ray menghentikan mobilnya, "Ada apa Kinan?"
"Aku melihat Joko." Kinan segera turun dari mobil lalu menghampiri tempat ia melihat Joko tadi.
"Kurasa kau salah lihat. Tidak ada siapapun disini."
"Tidak. Aku tidak mungkin salah." Kinan berkeliling mencari Joko
“Kinan, bisa tolong jelaskan siapa yang sedang kita cari? Mungkin aku bisa membantumu.” Ray terus saja mengekor di belakang Kinan tanpa tahu arah dan tujuan Kinan
“Joko Sabar. Dia adalah abdiku yang paling setia. Dia selalu bersama dan menjagaku sejak kecil, dia—“
“Ndoro Putri!”
“Kinan, apa mungkin pria itu yang kau cari?” Ray ragu Kinan mencari pria dengan penampilan bak pendekar dengan memakai kain rompi yang senada dengan celananya lalu dibalut dengan jarik yang dilingkarkan dipinggangnya, pakaian khas penjaga kerajaan jaman kuno.
“Joko!” kinan berhambur menyambut pria yang disebutnya Joko itu.
Pria itu berlutut dan memberi hormat kepada Kinan. “Berdirilah Joko!”
“Terima kasih, ndoro putri. Apa Ndoro putri baik-baik saja?”
Kinan mengangguk, “Lalu kenapa kau ada disini? Bagaimana kamu bisa sampai disini?”
"Maaf Kinan. Tapi sepertinya kita harus mencari tempat yang lebih nyaman untuk mengobrol." Ray segera mengajak mereka pergi karena tidak ingin menjadi pergunjingan di sosmed akibat menyuguhkan tontonan wayang orang di siang bolong.
Ray menghentikan mobilnya di sebuah toko pakaian dan meminta Joko untuk segera mengganti penampilan bak pendekarnya dengan setelah jas hitam yang dibelikan Ray. Joko tampak sangat gagah dengan penampilan barunya.
Ray kemudian membawa mereka ke sebuah restoran mewah yang sudah direservasi Edward. Joko langsung duduk di lantai dekat Kinan begitu majikannya itu duduk.
"Joko! Berdirilah! Jangan duduk di lantai seperti itu!" Ray kesal harus kembali menyaksikan tingkah udik seperti Kinan dulu.
"Ampun, Tuan. Tapi hamba seorang abdi dalem. Tidak pantas bagi saya untuk duduk satu meja bersama Ndoro Putri."
"Kinan, kumohon. Jangan biarkan orang-orang menjadikan ini sebagai tontonan gratis!"
Kinan tertawa geli melihat Ray yang mulai gerah dengan kenorakan Joko.
"Joko, berdirilah. Disini orang-orang justru menggunjing sikap sopan, patuh dan beradab kita," Kinan melirik Ray berharap sindirannya bisa dipahami dengan baik oleh Ray, "Jadi duduklah dikursimu. Ini perintah!"
Joko langsung berdiri mengikuti perintah Kinan, "Sendiko dhawuh, Ndoro!"
"Sekarang jelaskan bagaimana kau bisa sampai ada disini?"
"Eyang meminta hamba menyelinap seperti Ndoro. Eyang ingin hamba segera bertemu dan melindungi Ndoro."
"Tapi kenapa?"
"Beberapa waktu yang lalu, utusan Patih Praloyo datang untuk mencari Ndoro Putri. Mereka mengurung hamba di penjara bawah tanah dan membunuh Mbok Darsi karena tidak mau memberi tahu dimana keberadaan Ndoro. Eyang yakin bahwa mereka sudah tahu bahwa Ndoro masih hidup dan akan segera menemukan keberadaan Ndoro."
Kinan tak kuasa menahan air matanya, hatinya begitu pilu kehilangan pengasuh yang sangat disayanginya, "Jadi Mbok Darsih sudah meninggal?"
"Ampun Ndoro. Hamba gagal melindungi Mbok Darsih."
"Kinan, apa kau baik-baik saja?" Ray merasa khawatir sekaligus canggung mendengar percakapan mereka. Di satu sisi Ray merasa seperti sedang mendengar dongeng fiksi, namun di sisi lain Ray meyakini bahwa Kinan benar-benar sedih dan terpukul dengan kepergian sang pengasuh. Ray memutuskan untuk keluar sebentar memberikan mereka berdua waktu untuk berbicara lebih leluasa.
"Ndoro, eyang berpesan agar Ndoro lebih berhati-hati mulai sekarang."
***
"Ed, tolong bersihkan semua foto Kinan dari media."
"Tapi Tuan,"
Sebuah pesan gambar masuk ke ponsel Ray.
Ray membuang nafasnya kasar, "Sial!"
Ia kembali untuk menemui Kinan dan Joko, "Maaf, Kinan tapi sepertinya kita harus segera pergi dari sini."
***
Sebuah foto yang memperlihatkan Kinan tengah duduk berdua dengan Joko di restoran, dengan narasi "Istri CEO Ultimate Group berselingkuh" tengah tersebar dan ramai diperbincangkan di dunia maya. Seseorang sepertinya dengan sengaja mengambil gambar Kinan dan Joko tepat saat Ray meninggalkan mereka.
Ray segera tahu bahwa itu adalah ulah Sandra yang sengaja membayar orang untuk membuntuti Kinan dan menemukan skandal yang bisa menjatuhkan Kinan. Tidak terlalu sulit bagi Ray untuk menyelesaikan urusannya dengan Sandra. Tapi sekarang Ray benar-benar khawatir dengan Kinan. Meskipun dikenal dengan nama Rosaline, foto Kinan sudah banyak tersebar di media. Tidak akan terlalu sulit untuk orang yang sudah mengenal Kinan untuk segera menemukannya. Dan Ray sangat khawatir bahwa orang itu adalah Patih Praloyo yang sedang berusaha untuk mencelakainya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments