“Maaf, Tuan.” Seorang pria paruh baya memasuki ruangan majikannya dengan tergesa-gesa.
“Ada apa, Adam?”
“ Ini Tuan. William menemukan bahwa seseorang baru saja mencari Parakraton menggunakan mesin pencarian.”
Sang majikan terlonjak dari tempat duduknya karena kaget dengan yang baru saja didengarnya. “Apa kau yakin, Adam?”
“Iya tuan. William tidak mungkin salah.”
“Sekarang, cepat cari tahu dimana asal pencari itu!”
“Baik, Tuan.”
Pria itu tampak gelisah, “Tidak mungkin dia masih hidup.”
****
"Jadi, itu artinya aku tidak akan bisa menemukan Parakraton bahkan setelah terjebak sebuah pernikahan palsu denganmu?"
"Apa? Terjebak? Palsu?" Ray tidak mengerti maksud Kinan menggunakan pilihan kata itu.
"Apa anda lupa, Tuan? Anda menjebak saya untuk menikahi anda dan menggantikan Rosaline."
"Jika kau sudah tahu, lalu kenapa tak menolaknya? Ingat Nona, saya tidak pernah memaksa apalagi menjebak anda."
"Itu karena kau bilang akan membantuku mencari Parakraton. Tapi kurasa aku salah. Kau bahkan tidak memiliki sumber daya apapun untuk bisa membantuku."
Ego Ray terluka oleh ucapan Kinan, "Maaf, Nona. Bisa anda jelaskan sumber daya apa yang tidak saya miliki?"
"Kau tidak memiliki pasukan perang, tambang emas bahkan mesin pencarimu juga sangat payah." Jawab Kinan santai
"Nona, perlu kau tahu, disini, uang dan kekuasaanku bahkan bisa membeli seluruh prajurit dan tambang emasmu. Dan soal mesin pencari, bukan payah tapi benda yang kau carilah yang terlalu aneh untuk dikenali. Kurasa halusinasimu akan prajurit, tambang emas dan wasiat kerajaan sudah sangat keterlaluan, Nona. Sebaiknya anda berhenti sebelum semua orang disini mengira anda benar-benar gila."
Ray meninggalkan Kinan yang telah menyinggung harga dirinya sebagai CEO terkaya di negri ini.
***
Malam sudah larut dan Ray terbangun karena sebuah mimpi aneh yang sudah lama tak pernah mengganggunya sejak ia pindah ke London. Entah kenapa mimpi itu kini datang lagi. Ray memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan mengambil segelas minuman.
Ray melihat Kinan tertidur di sofa dengan memegang ponselnya. Ia sangat penasaran dengan apa saja yang sudah Kinan cari tahu di ponsel barunya. Ray membuka history pencarian dan menemukan namanya disana. Ray tersenyum, rupanya Kinan benar-benar belum tahu dengan siapa ia menikah.
***
Pagi harinya, Kinan menemui Ray di meja makan dengan mengenakan setelah celana jeans dan blouse motif bunga. Dan lagi-lagi aroma tubuh Kinan yang selalu sukses membuat Ray terlena.
"Apa kau sudah mulai terbiasa dengan penampilan barumu?" Tanya Ray sambil menyantap sarapannya.
"Kurasa tak terlalu buruk. Aku sudah memastikan bahwa tak ada yang mengenalku disini. Jadi aku bebas memakai dan melakukan apapun yang kuinginkan."
"That's good!"
"Ray, apa kau mau mengajariku berbicara sepertimu barusan?"
"Apa? Bahasa inggris?"
Kinan mengangguk antusias, "Dulu aku selalu merasa kesulitan setiap kali Eyang Warso mengajariku bahasa indonesia. Tapi toh aku bisa melakukannya dengan baik. Jadi kurasa aku juga akan bisa berbicara bahasa inggris dengan baik jika kau mau mengajariku."
"Aku akan mencarikan guru privat untukmu. Maaf, tapi aku tak punya cukup waktu untuk membantumu, Nona."
Kinan kesal dengan penolakan Ray, tapi belajar dengan orang lain mungkin akan lebih baik daripada terus bersama pria angkuh itu.
"Baiklah, lalu dimana aku bisa membeli kuda?"
"Kuda?" tanya Ray ragu, "Untuk apa?"
"Itu adalah kendaraan terbaik di Kraton. Dan aku membutuhkannya untuk mencari Parakraton."
Ray berusaha keras menahan tawa. Ia lalu menyudahi sarapannya dan membawa Kinan ke parkiran rumahnya.
"Pakai ini!" Ray menunjuk sebuah sedan mewah keluaran terbaru, berwarna merah.
"Apa kau bercanda? Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara membuka pintunya."
Seorang pria paruh baya tiba-tiba muncul, "Selamat pagi, Nona. Saya John Daniel, sopir pribadi anda. Saya siap mengantar Nona kemanapun dan kapanpun."
Ray meninggalkan Kinan bersama John dengan senyum penuh kemenangan, "Ini baru permulaan, Nona."
***
"Kemana kita akan pergi, Nona?"
"Kantor Ray!"
"Baik, Nona."
Kinan menikmati kemegahan dan kemacetan kota siang itu. Ia tak henti-hentinya merasa kagum dengan gedung-gedung pencakar langit, jalur lalu lintas yang saling bersinggungan, padat dan ramai. Ia juga melihat seorang anak kecil tengah terduduk sedih di bawah kolong jembatan.
"Bisa berhenti sebentar, John?"
John menepikan mobilnya. Lalu Kinan menghampiri pengemis kecil itu. Setelah berbincang cukup lama, Kinan membuka tasnya yang penuh dengan uang ratus ribuan dan memberikan beberapa lembar kepada gadis kecil itu. Ketika hendak kembali ke mobilnya, tiba-tiba saja seorang pemuda menghampiri dan menodongkan pisau kearah Kinan hendak merampas tas yang dibawanya.
***
"Maaf, tuan. Ada telepon dari John. Katanya Nona Kinan sedang berada di kantor polisi. Ia menghajar seorang penjambret hingga babak belur."
"Lalu kenapa tidak segera selesaikan saja dengan cepat?" Ray meneruskan pekerjaannya seakan tidak peduli dengan persoalan sepele seperti itu.
"Maaf, Tuan. Tapi ini sedikit sulit karena Nona Kinan tidak memiliki kartu identitas. Jadi polisi mencurigainya dan meminta walinya untuk datang memberikan keterangan."
"Sial! Kenapa dia tidak bisa tidak menimbulkan masalah bagiku?!"
***
Ray datang ke kantor polisi dengan memakai kaca mata hitam dan mobil kantor. Ia tidak ingin menarik perhatian orang dengan tampil mencolok.
Semua orang membungkuk dan memberi salam ketika Ray memasuki kantor polisi. Ray menghampiri Kinan yang tengah diintrogasi polisi terkait tindakan dan identitasnya.
"Apa yang terjadi?"
"Nona ini menghajar seorang penjambret hingga babak belur. Sekarang pelaku sedang dirawat di rumah sakit. Tapi kami tidak bisa membuat laporan karena ia mengaku tidak memiliki kartu identitas apapun. Apa anda mengenalnya?" Polisi berusaha menjelaskan kepada Ray.
"Dia adalah istriku."
Si polisi tampak sangat terkejut, "Ah, Nona, kenapa anda tidak bilang dari tadi bahwa anda adalah istri Tuan Ray?"
"Apa? Jadi Kinan tidak bilang bahwa ia mengenalku?" Sesal Ray dalam hati
Polisi itu lalu mendekat dan menjabat tangan Ray, "Maaf, Tuan. Kami akan mengurus semuanya. Maaf karena mengganggu waktu anda yang sangat berharga."
***
"Kenapa polisi itu begitu tunduk padamu, padahal sebelumnya ia berteriak-teriak dan memakiku. Ia bahkan menertawaiku setelah ku katakan bahwa aku adalah putri raja kraton Kertobumi."
Ray tersenyum bangga, "Sekarang kau tahu kenapa status putri rajamu sama sekali tidak berarti disini."
"Jadi, untuk apa kau menyusulku ke kantor?" tanya Ray penasaran
"Aku ingin membayar mobil padamu. Aku tidak mau berhutang budi, jadi apakah uang ini cukup?"
Ray berusaha keras menahan emosinya, "Kinan, uang ini tidak akan cukup untuk membayar mobil itu. Jadi berhentilah membuat masalah dengan uangmu!"
"Tunggu sampai aku bisa kembali ke Kraton, maka aku akan membayarmu dengan lunas."
"Oh ya?! Aku sangat menantikannya. Lalu kapan kau akan kembali kesana?"
"Setelah aku menemukan Parakraton."
"Baiklah, Nona, bisa jelaskan lebih rinci apa itu Parakraton? Agar aku bisa lebih cepat menemukannya dan membantumu segera kembali ke tempat asalmu."
"Parakraton adalah surat wasiat peninggalan ayahku yang hilang dua puluh tahun yang lalu. Jika aku menemukan Parakraton, maka legitimasiku sebagai seorang keturunan raja dan pewaris tahta yang sah tidak akan diragukan lagi. Dengan begitu aku bisa kembali memimpin kerajaanku dan menyelamatkan rakyatku dari kemiskinan dan kebodohan."
"Kinan adakah sesuatu yang bisa membuatku sedikit percaya pada semua ceritamu?"
Kinan menggeleng, "Kau bahkan tidak percaya bahwa aku benar seorang keturunan raja setelah dengan lantang mengucapkan namaku dan ayahku saat ijab qabul."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments