Pernikahan Asli Tapi Palsu

"Syukurlah anda sudah siuman. Apa anda baik-baik saja? Tadi anda tiba-tiba saja pingsan." Edward benar-benar merasa lega melihat Kinan terbangun.

Kinan menatap sekelilingnya, ruangan yang cukup luas, dengan dekorasi dan furniture mewah. Aneka pernak-pernik pernikahan berserakan di mana-mana. Dan sebuah gaun pengantin berwarna putih tergantung di sudut kamar.

"Dimana ini?"

"Anda sudah berada di rumah Tuan Ray, Nona. Dan ini semua perlengkapan pernikahan anda. Saya juga sudah mempersiapkan air mandi dari tujuh mata air untuk anda."

"Terima kasih." Jawab Kinan lesu. "Aku sangat lelah, tolong tinggalkan aku sendiri."

Kinan merasa sangat tidak bersemangat. Ia ragu apakah keputusannya menikah dengan Ray adalah keputusan yang tepat. Apa benar Ray bisa membantunya menemukan Parakraton? Bagaimana jika Ray berbohong? Akankah lebih baik baginya untuk melarikan diri sebelum terlambat?

Tidak. Kinan sudah sepakat dengan Ray, maka pantang bagi seorang putri raja untuk menarik ucapannya. Mengenai Parakraton, Ray harus tetap membantunya bagaimanapun caranya. Kinan tidak akan membiarkan Ray mempermainkannya. Yang harus dilakukannya sekarang hanyalah berpura-pura menjadi Rosaline dan menikah dengan Ray. Kinan mengurungkan niatnya untuk melakukan ritual pranikah, "Ray benar, ini adalah pernikahan Rosaline jadi aku tidak perly bersusah payah melakukan berbagai ritual pernikahan."

***

Pagi itu, banyak orang membantu Kinan bersiap, mulai dari penata rias, rambut dan busana hingga fotografer. Penampilan Kinan sangat sempurna dalam balutan kebaya putih. Aura kecantikan terpancar sempurnya dari wajah Kinan hingga membuat pangling siapapun yang melihatnya.

"Anda sangat cantik, Nona. Benar-benar seperti putri kerajaan." Puji salah seorang penata rias

"Aku memang pu--" Kinan segera mengoreksi ucapannya, "Terima kasih".

Setelah semuanya siap, mereka membawa Kinan turun ke lobi rumah Ray yang sudah disulap seperti istana dengan pernak-pernik pernikahan lengkap dan serba mewah, sebuah ukiran es batu, kue, banner hingga souvenir pernikahan yang semua bertuliskan nama Ray dan Rosaline. Sama sekali tidak ada nama Kinan disana. Meskipun sudah siap dengan semua itu, tapi Kinan tetap saja merasa sangat buruk karena hanya berperan sebagai tokoh pengganti dalam pesta semegah itu.

"Silakan, Nona. Tuan sudah menunggu anda."

Kinan memasuki sebuah ruangan kecil yang terkesan lebih privat karena hanya ada Ray, penghulu dan dua orang saksi disana. Kinan lalu duduk di samping Ray. Acara ijab qabul segera dimulai dan Ray mengucapkan yang dilakukan penghulu dengan latang dan lancar

"Saya terima nikah dan kawinnya Dewi Kinanti Candra Kirana Sarasawati binti Haryodiningrat dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Kinan kaget karena Ray baru saja menyebutkan namanya, dan bukan Rosaline dalam ijab qabul.

"Selamat, anda sudah sah menjadi suami istri." Si penghulu memberi mereka ucapan selamat disusul yang lain.

***

Setelah prosesi ijab qabul, mereka melanjutkan serangkaian acara yang sudah disiapkan EO. Kinan tidak lagi merasa terlalu terintimidasi meskipun semua orang memanggilnya dengan sebutan Rosaline karena inti dari pernikahan itu sudah sepenuhnya menjadi miliknya. Ray mengajak Kinan untuk menemui dan beramah-tamah dengan para tamu yang sebagian besar adalah orang-orang penting dan berpengaruh dari dalam dan luar negeri.

Awalnya, Kinan enggan menjabat tangan para tamu yang tidak dikenalnya karena dalam tradisi keluarga Kinan, sangat pantang bagi seorang putri raja untuk dipandang apalagi disentuh oleh sembarang orang. Namun Ray terus saja mendesaknya untuk bersikap normal dalam tradisi Ray, jadi Kinan terpaksa menerima jabatan tangan semua tamu.

"Itu tadi adalah Sir Robert, duta besar Indonesia di London. Dulu kami sangat dekat saat aku di London." Ray menjelaskan kepada Kinan

"Sedangkan yang disana adalah Bapak Presiden, jadi jangan bertingkah konyol yang membuatku malu." Bisik Ray lagi ketika hendak menyapa Pak Presiden yang tengah asyik berbincang dengan beberapa tamu penting lainnya.

Kinan lebih banyak diam dan hanya mendengar pembicaraan Ray dengan tamu-tamunya. Meskipun tamu undangan Ray tergolong sedikit untuk pesta semegah itu, hampir semua tamu yang datang adalah orang penting dan berpengaruh. Kinan yakin Ray memiliki koneksi yang cukup untuk membantunya mencari informasi tentang keberadaan Parakraton dan Patih Praloyo.

***

Kinan sangat lelah hari itu. Ia merasa kurang enak badan jadi ia memutuskan untuk langsung tidur setelah pesta berakhir. Malam harinya ia terbangun oleh sebuah ketukan di pintu.

Ray masuk setelah Kinan membukakan pintu untuknya. Ia mengamati jendela kamar Kinan yang terbuka lebar. "Apa kau lupa menutup jendela?"

Kinan menggeleng, "Aku sengaja membukanya karena tidak tahan dengan AC. Tubuhku meriang gara-gara kedinginan."

Ray menawahan tawa. Ia lalu menutup jendela tapi Kinan mencegahnya. Tangannya menyentuh tangan Ray.

"Kinan, kau demam." Ray mengecek dahi Kinan. "Beristirahatlah, aku akan segera memanggil dokter."

Kinan mencegah Ray menelepon, "Jangan panggil dokter! Sebagai gantinya, bisakah kau membantuku?"

Kinan duduk memunggungi Ray, "Tolong pijat aku. Kurasa aku hanya kelelahan dan masuk angin. Aku lebih butuh dipijat daripada obat."

Ray tidak tahu apakah ia harus melakukan itu.

"Tolonglah, aku tidak tahah lagi!" Kinan terus memaksa Ray untuk memijatnya dan Ray pun tak punya pilihan lain.

Ray menyentuh pundak Kinan yang tegak lurus sembilan puluh derajat, bahu yang banyak dimiliki model dan selalu stylish dikenakan segala model baju. Itu adalah kali pertama Ray memijat seseorang, rasanya kaku dan canggung.

"Pijat lebih kuat!"

Ray memperkuat pijatannya

"Jangan terlalu kencang! Sakit."

Ray mengurangi tenaganya

"Nah ini enak." Kinan berkali-kali sendawa. "Maaf."

"Sekarang turun sedikit ke bagian punggung."

Ray menyentuh punggung Kinan, ia mulai berkeringat padahal di ruang ber-ac. Pikirannya mulai membayangkan betapa mulusnya punggung di balik kaos tipis Kinan.

"Turun lagi! Nah ya disitu!" Lagi-lagi Kinan bersendawa. "Stop!"

Ray segera mengelap keringat di dahinya dan membuang semua fantasi gilanya.

"Kurasa sudah cukup. Aku sudah merasa lebih baik. Terima kasih." Kinan membalik tubuhnya menghadap ke arah Ray.

"Tuan!" Ray terlonjak setelah disadarkan Kinan, "Kenapa anda masih disini?"

Ray segera mengambil sebuah kotak yang tadi diletakkannya diatas meja.

"Aku kesini untuk memberikan ini." Ray menyerahkan kotak berisi handphone canggih keluaran terbaru.

"Handphone? Untukku?" Kinan terlihat sangat senang, "Tapi bagaimana cara menggunakannya?"

Ray mengajari Kinan cara menyalakan handphone, memasukkan kartu sampai dengan cara menggunakan mesin pencari.

"Jadi aku benar-benar bisa menemukan apapun dengan alat ini?"

"Mari kita coba" Ray mengetikkan nama Kinan tapi tak seorangpun yang muncul di mesin pencari adalah Kinan.

"Apa ini karena aku tidak memiliki KTP?" Tanya Kinan polos

"Yah, kurasa begitu." Ray menahan tawa.

Kinan mengambil ponselnya dari Ray lalu mengetikkan Parakraton dan ia juga tak menemukan apapun disana.

"Kinan, kurasa itu karena nama Parakraton terlalu asing, sehingga mesin pencari tidak dapat mendeteksinya dengan baik."

Kinan tertunduk lesu, "Jadi, itu artinya aku tidak akan bisa menemukan Parakraton bahkan setelah terjebak sebuah pernikahan palsu denganmu?"

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!