Kesepakatan

Ray sudah tidak bisa lebih bersabar lagi. Tingkah polah Kinan membuat Ray tidak habis pikir. Bagaimana mungkin masih ada gadis cantik yang begitu aneh, dungu dan ceroboh seperti Kinan? Darimana juga Kinan mendapatkan semua uangnya? Jangan-jangan gadis itu adalah pencuri yang berpura-pura lugu agar tidak ditangkap petugas keamanan? Ray menepis semua sangkaannya terhadap Kinan. Ia harus memastikan semuanya secara langsung.

***

Kamar VVIP

"Nona, bukankan dokter sudah menyatakan bahwa Anda baik-baik saja dan sudah bisa pulang? Lalu kenapa anda masih disini dan memesan kamar VVIP sampai seminggu kedepan?" Tanya Edward hati-hati

"Aku tidak punya tempat tinggal dan tujuan. Tinggal di jalan kurasa masih menakutkan setelah dikejar penjahat dan ditabrak siang tadi." Kinan tak bergeming dari tempat tidurnya.

"Tapi ini rumah sakit. Mana boleh orang sehat tinggal disini?"

"Entahlah, tadi aku memberikan beberapa lembar uang, lalu dokter mengatakan bahwa aku perlu mendapat pemeriksaan dan terapi psikologis. Apa kau tahu maksudnya?"

Edward menahan tawa, "Ah, itu artinya anda boleh tinggal disini selama yang anda mau."

"Benarkah?" Kinan tampak sangat senang.

"Lalu kenapa anda tidak tinggal di hotel saja? Jadi anda tidak perlu menjalani pengobatan dan terapi yang tidak anda butuhkan?"

"Hotel?"

Edward membuka ponselnya lalu menunjukkan foto beberapa hotel kepada Kinan. Kinan tampak sangat berbinar dan bersemangat. Ia sangat tertarik, tapi bukan pada foto hotel, melainkan ponsel Edward.

"Apa ini?" Tanya Kinan

"Ini foto hotel yang ingin saya tunjukkan pada anda."

"Foto?! Bukan! Tapi ini!" Kinan menunjuk ponsel Edward.

"Sejak aku datang ke sini, aku melihat hampir semua orang memegang benda ini. Apa ini sebenarnya? Kenapa ada foto hotel di dalamnya?" Tanya Kinan lugu.

Sontak Ray yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka dari sofa, tertawa terpingkal-pingkal. Kinan tak mengerti kenapa Ray bisa tertawa sekencang itu. Ia bahkan tak merasa ada yang lucu sama sekali.

"Ini namanya handphon atau ponsel, Nona. Ini bisa kita gunakan untuk menelepon, mengirim pesan, memotret, mendengar musik, dan mencari semua informasi yang anda butuhkan"

"Pesan? Apa aku bisa mengirim pesan pada Mbok Darsih?" tanya Kinan lugu

"Mbok Darsih?" Edward tampak ragu, "Bisa, Nona!"

Kinan sangat senang. Ia sangat ingin mendengar kabar embannya itu juga mengabarkan keadaannya sendiri saat ini.

"Berapa nomornya, Nona?" Tanya Edward

"Nomor?! Nomor apa?" Kinan bingung

"Nomor handphone Mbok Darsih."

Kinan masih tidak mengerti.

Ray kembali terkekeh, tapi Edward tak punya pilihan selain dengan sabar menjelaskan tentang ponsel dan nomor.

"Oh,seperti itu?! Tapi Mbok Darsih tidak punya handphon. Di keraton tidak ada benda seperti itu."

"Apakah anda serius?!"

Ray mendekati Kinan, "Apa kau ingin benda seperti ini?"

Kinan mengangguk cepat. "Aku ingin menghubungi Mbok Darsih."

"Baiklah," Ray duduk di ranjang menghadap Kinan, "Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?!"

"Kesepakatan?" Tanya Kinan

Ray mengangguk yakin, "Sebuah kesepakatan kerjasama. Aku akan memberimu benda ini, tempat tinggal, dan semua yang kau butuhkan. Dengan satu syarat."

"Apa?!"

"Kau harus menikah denganku." Ray membenahi posisi duduknya, "Besok!"

Kinan tampak ragu, “Apakah benda itu benar bisa membantuku mencari semua informasi yang kubutuhkan?”

Sekarang Ray yang bingung dengan pertanyaan Kinan. Apa hubungannya pernikahan dengan informasi. Edward yang menyadari maksud Kinan lebih dulu segera menyela, “Oh, maksud anda ponsel ini?”

Kinan mengangguk penuh semangat

“Benar, Nona. Anda bisa mencari apapun informasi yang anda butuhkan di sana.”

“Lalu, apakah kau juga akan membantuku mencari Parakraton?” Kinan menatap Ray penuh harap.

“Parakraton?!” Tanya Ray ragu. Ia sendiri bahkan tidak pernah mendengar nama itu. Tapi Ray tidak ingin Kinan menolak tawarannya, “Baiklah. Aku akan membantumu menemukan Parakraton."

***

Kinan sudah mengganti bajunya. Ia tidak lagi menggunakan baju pasien tapi kembali mengenakan kemben dan jarik sepanjang lutut. Kukit putihnya terpancar sempurna kontras dengan kemben gelap yang dikenakannya. Cukup terlihat anggun meskipun menurut Ray lebih terlihat seperti wayang orang. Bahan pakaian Kinan sangat berkualitas meskipun modelnya sangat kuno dan sederhana.

Kinan menggelung rambut panjangnya yang tadi terurai indah lalu mengenakan sebuah sandal selop bermotif batik yang senada dengan jariknya. Sangat anggun dan mempesona. Ray tidak menyangka bahwa meskipun gaya pakaian Kinan sangat kuno, ia memili aura kecantikan yang luar biasa. Tidak hanya itu, meskipun mengaku belum sempat mandi sejak tiba di kota, aroma tubuh Kinan masih tetap harum.

“Apa anda sudah siap, Nona?” Tanya Edward sopan.

Kinan mengangguk, “Apa kau sudah menyiapkan air dari tujuh sumber mata air?”

“Apa? Tujuh mata air? Untuk apa?” tanya Edward tidak mengerti.

“Bukankah tadi anda—“

“Ray! panggil aku Ray.”

“Tadi Tuan Ray mengatakan bahwa kami akan menikah besok. Maka hari ini aku harus melakukan prosesi siraman dari air yang berasal dari tujuh mata air. Dan malam ini juga akan ada tradisi midodareni, yang karena tidak ada Mbok Darmi, maka akan kulakukan sendiri.”

“Siraman? Mododareni? Apa-apaan ini? Dengar Nona, kami sudah menyewa EO terbaik di negeri ini jadi kamu tidak perlu ikut campur mengurusi persiapan pernikahan. Kau hanya perlu menuruti semua yang sudah dipersiapkan dan datang pada acara ijab qabul dan resepsi besok pagi. Itu saja!”

“Tidak! Aku tidak bisa seperti itu. Ini adalah pernikahan pertama dan terakhirku. Aku tidak ingin mengabaikan tradisi leluhur yang dapat mengancam kelanggengan dan ketentraman hidup rumah tanggaku. Bagaimanapun aku seorang pu—“

“Cukup, Nona! Kurasa kau terlalu berlebihan. Ini hanya sebuah pernikahan biasa. Dan seperti tahapan kehidupan lainnya, ini bisa saja segera berakhir dan kau bisa memulai pernikahanmu yang lain yang tentunya sangat kau idam-idamkan.”

“Tunggu, apa maksud Anda, kita akan segera berpisah setelah menikah?”

“Lebih tepatnya, kita akan segera menyelesaikan kerjasama kita, kau mendapatkan apa yang kau inginkan, lalu kita bisa kembali memikirkan kehidupan kita masing-masing.”

Kinan tampak nelangsa. Bagaimanapun, ia adalah seorang putri raja. Pantang baginya untuk bercerai dan menjanda dari seorang pria yang masih hidup. Karena bila itu terjadi, maka ia tidak akan pernah bisa kembali ke Keraton lagi. Ia akan dikucilkan sebagai orang yang gagal menaati adat dan tradisi leluhur, dianggap sebagai wanita yang gagal mempertahankan keutuhan keluarganya.

“Nona, apa anda baik-baik saja?” Edward mencoba memastikan keadaan Kinan yang tiba-tiba saja mematung dan tampak lesu.

“Ah, iya, saya baik-baik saja.”

Kinan kembali mengamati Ray yang mulai berjalan membelakanginya menuju pintu. Ia seperti de javu. Ia merasa pernah melihat adegan itu sebelumnya. Ia tidak tahu pasti tapi hati kecilnya yakin bahwa ia sangat mengenal Ray yang baru saja ditemuinya. Pikiran Kinan kian mengembara lalu tiba-tiba saja ia jatuh pingsan.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!