Edward segera mengikuti Ray menuju ke kamar tempat Kinan dirawat.
"Eh, lo udah gila ya? Bisa-bisanya elo nyelonong gitu aja. Ngga liat kanan kiri. Lo kira itu jalanan nenek moyang lo?!" Ray tak bisa lagi menahan kekesalannya pada gadis itu. "Oke, sekarang gue lagi sibuk banget. Jadi buruan siniin KTP lo, biar gue urus adminsitrasinya. Setelah itu, kita ngga ada urusan lagi."
"KTP?" Ulang Kinan
"Iya, KTP. Lo udah 17 tahun kan?" Tanya Ray memastikan
Lagi-lagi Kinan mengangguk.
"Kalau gitu lo pasti punya KTP dong?!"
Kinan menggeleng.
Ray mulai kesal. "Eh, siapa nama lo?!"
"Kinan."
"Oke Kinan, sekarang mau lo apa?! Lo mau main-main sama gue?!" Nada suara Ray mulai meninggi
Kinan menggeleng.
"Kalo gitu, sekarang, mana KTP lo?"
Lagi-lagi Kinan menggeleng.
Ray benar-benar emosi sekarang. Ia menarik tas kain Kinan lalu membukanya paksa. Kinan berusaha mencegahnya tapi percuma. Isi tas Kinan sudah berhamburan. Ratusan lembar uang seratus ribuan, sebuah cawan emas dan benda aneh menyerupai perisai berukir berbentuk bulat dengan diemeter sekitar delapan centimeter berwarna emas.
Edward segera memunguti barang-barang Kinan dan mengemasnya kembali ke dalam tas Kinan.
"Maaf, kalau kami lancang, Nona. Tapi kami butuh kartu pengenal Nona untuk mengurus administrasi rumah sakit."
Kinan menyerahkan benda aneh berbentuk perisai bulat itu kepada Edward. "Ini tanda pengenal saya"
"Lo gila ya?! Benda aneh gini lo bilang tanda pengenal?!" Ray merasa dipermainkan. "Lo pikir gue bodoh apa?!"
Edward berusaha menenangkan Ray dan sedikit menjauhkan Ray dari Kinan, khawatir Ray tiba-tiba saja nekat dan melukai Kinan. Tiba-tiba ponsel Edward berdering, "Sebentar saya permisi angkat telepon dulu."
Ray merasa gerah dengan kekonyolan Kinan. Ia melepas jasnya lalu menggulung kedua lengan kemejanya hingga ke siku. Kinan yang masih terduduk di ranjangnya, melihat sebuah tanda bekas luka memanjang di bawah siku kanan Ray.
Kinan segera bangkit dari ranjangnya lalu mendekati Ray, "Maaf, Tuan. Bagaimana anda mendapatkan bekas luka ini?"
Ray kaget karena tiba-tiba saja Kinan sudah berada di dekatnya. "Luka?!"
"Ini!" Kinan menunjuk bekas luka itu, "Oh, entahlah. Dulu waktu masih kecil sepertinya aku pernah bermain pedang-pedangan lalu terluka. Aku tak ingat persis."
"Apa saat itu, anda masih sangat kecil?"
"Entahlah, kurasa tujuh atau delapan tahun. Aku tak ingat"
Kinan menatap Ray lalu tersenyum.
Ray benci dengan tatapan itu. Tatapan yang sama persis dengan Rosaline, wanita yang baru saja mencampakkannya. Meskipun kesal Ray merasa sangat suka dengan aroma tubuh Kinan. Wanginya sangat alami, lembut dan menenangkan. Belum pernah ia menemukan parfum seperti itu.
"Tuan, Jason barusan menelpon, memastikan bahwa Tuan Besar tidak akan hadir pada pesta pernikahan anda."
"Syukurlah, kurasa memang lebih baik seperti itu."
" Pihak istana juga mengabarkan bahwa Bapak Presiden akan tiba di Jakarta malam ini dengan privat flight. Dan Sir Robert juga baru tiba dari London, beliau akan tiba di hotel satu jam lagi"
"Sial. Bagaimana ini?! Semua tamu oenting sudah berdatangan. Tidak mungkin kita membatalkan acaranya." Ray kembali gelisah.
"Anda harus segera memutuskan, Tuan." Edward menyerahkan profil wanita yang dikandidatkan untuk menggantikan Rosaline di tabletnya.
***
Edward kembali mendekati Kinan dan mengeluarkan KTP miliknya lalu menunjukkannya kepada Kinan, "Seperti ini nona. Ini namanya KTP."
Kinan mengamati KTP Edward dengan seksama. Ia tampak takjub melihat gambar yang sangat mirip dengan Edward. "Kenapa orang disini begitu pintar? Tidak hanya memasak dengan sangat cepat, mereka juga bisa menggambar dengan sangat mirip seperti ini."
"Maaf, Nona. Tapi ini bukan gambar, melainkan foto. Apa anda belum pernah melihatnya sebelumnya?"
Kinan menggeleng.
"Jadi, anda benar-benar tidak memiliki KTP?"
Kinan menggeleng lagi, "Apa pentingnya kartu itu? Kenapa kalian sangat menginginkannya?!"
"Dengan kartu ini kita bisa tahu data diri seseorang, nama, alamat, tanggal lahir dan juga wajah seperti ini." Edward menjelaskan dengan sabar sambil menunjukkan detail KTP miliknya.
"Oh, jadi kalian ingin tahu siapa saya?"
Edward mengangguk
"Saya Kinan, Raden Roro Dewi Kinanti Candra Kirana Sarawati Haryodiningrat. Saya berasal dari Kraton Kertobumi. Dan ini adalah tanda pengenal saya." Kinan kembali menunjukkan lencananya.
Ray yang sedari tadi tengah asyik mengamati tablet, tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Kinan.
"Wah, sepertinya ni cewek bener-bener mabok. Kalo ngga pasti otaknya dah gesrek." Ledek Ray yang masih tidak bisa berhenti menertawakan Kinan.
"Gesrek?!" Kinan mengulang kata yang tidak dipahaminya.
"Ah, lupakan, Nona. Tidak penting. Yang terpenting sekarang, kita sudah tau data diri anda. Oh ya, apakah anda memiliki keluarga yang bisa kami hubungi terkait masalah ini?”
Kinan menggeleng, "Saya tidak kenal siapapun disini."
"Baiklah, kalau begitu sekarang kami akan mengurus semuanya. Anda tunggu disini sebentar."
***
Edward menyeret Ray keluar dari ruangan Kinan.
"Bagaimana Tuan? Apa anda sudah menemukan wanita yang pas untuk menggantikan Nona Rosaline?"
Ray menggeleng, "Anabela, artis papan atas, single, cantik populer namun pasti merepotkan karena akan selalu dikorek paparasi karena menjadi pilihan last minutes seorang CEO muda paling kaya dan berpengaruh abad ini. Shania, putri bungsu menteri, lulusan S2 harvard tapi pasti tidak mau dijadikan pengantin pengganti. Reihana, putri tunggal anggota legeslatif, aktivis perempuan, cerdas, berwawasan tapi pasti akan ditentang keluarganya karna langsung dinikahi dalam waktu hanya kurang dari dua puluh empat jam."
Ray menyerahkan tabletnya kepada Edward.
"Tidak bisa seperti ini. Aku butuh wanita yang tidak banyak dikenal, tidak punya keluarga yang menentang rencana pernikahan mendadak dan yang mau menikah denganku. BESOK!" Ray mendengus kesal.
Edward berfikir keras. Sepertinya hari itu dia akan kembali tenggelam bersama tumpukan data profil seluruh wanita potensial yang sudah dikumpulkam timnya. Bagaimanapun juga ia harus segera memberikan apa yang tuannya inginkan sebelum besok pagi.
"Tunggu! Tuan, bagaimana dengan Nona Kinan?"
"Apa kau sudah gila?! Mana mungkin aku menikahi gadis aneh seperti dia?"
"Tapi Tuan, Nona Kinan tidak banyak dikenal karena tidak memiliki identitas, ia juga tidak punya keluarga yang akan menentangnya menikah dadakan dan ia juga memiliki tatapan mata, hidung dan postur tubuh yang sangat mirip dengan Nona Rosaline."
Edward benar, semua yang dibutuhkannya saat ini ada pada Kinan.
"Tapi hanya satu yang harus kita pastikan, apakah Nona Kinan bersedia menikah dengan anda besok."
Sial! Edward baru saja menyinggung martabatnya sebagai pria paling diinginkan abad ini.
Mereka bergegas menuju meja administrasi untuk menyelesaikan urusan Kinan.
"Maaf, Tuan. Tapi Nona Kinan baru saja mengajukan perpanjangan sewa ruang rawat inap VVIP untuk seminggu ke depan."
"Dasar gadis gila!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments