Bab 4

"Tidak... Jangan bunuh adikku..! Daddy... Mommy.. Tidak..."

Dalam mimpinya, seorang gadis tengah berteriak menangis melihat menyaksikan sendiri bagaimana keluarganya dihabisi hanya karena sebuah harta tak ternilai.

Gadis itu ingin memukul ketiga pria yang sudah melepaskan penutup kepalanya. Akan tetapi, dia tidak bisa memegang pria tersebut. Tangannya seakan tidak bisa menyentuh dan hanya menembus tubuh mereka. Ingin membantu pun tidak bisa, berteriak pun tidak didengar.

"Hei pria jahat... Jangan sakiti Daddy ku..! Jangan lakukan hal itu pada Mommy ku..! Lepaskan mereka..!"

Tubuh gadis yang tengah terbaring di atas brangkal dengan wajah berbalut perban, begitu gelisah memimpikan kembali tragedi pembunuhan yang terjadi terhadap keluarganya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, amarahnya semakin memuncak, namun ia tidak bisa menyentuh ke-3 pria biadab tersebut.

Tangannya terkepal kuat, tidur panjangnya gelisah, dia menggerakkan kepalanya kiri kana menolak meminta untuk tidak menghabisi dirinya... Hingga mimpi tersebut membangunkan dirinya, membuka mata secara kasar, kemudian langsung terduduk.

"Tidaaaaak...." teriak gadis itu dalam hati yang baru saja terbangun dari komanya selama satu tahun.

ALICE VALENCIA ANTONIO, gadis berdarah Inggris, Turki itu terbangun dari tidur panjangnya setelah setahun telah berlalu. Dia yang mendapatkan perawatan insentif dari dokter spesialis, Evelyn membuat dirinya kini kembali terbangun.

Alice tengah memandangi, menatap, memperhatikan tempat yang ada di sekelilingnya. Sebuah ruangan VVIP dengan berbagai macam alat medis berada di ruangan tersebut, serta bau obat-obatan menyeruak ke dalam indra penciuman nya.

Di tengah perhatiannya memperhatikan ruangan, Gadis remaja itu tersadar di mana keluarganya berada.

"Mommy, Daddy, Jayden.. Dimana mereka?"

Alice celingukan mencari keberadaan orang-orang di sekitarnya. Hingga nampaklah satu suster masuk ke dalam ruangan tersebut dan Alice memperhatikannya.

Suster itu terkejut melihat pasiennya sudah tersadar dari koma. "Nona, Anda sudah siuman? Ini sungguh kabar baik untuk Dokter Evelyn."

Suster itu pun mengabari dokter bedah terbaik di rumah sakit.

Sambil menunggu dokter Evelyn datang suster itu menanyakan beberapa hal kepada Alice.

"Nona, apa sekujur tubuhmu masih merasakan sakit?" Alice menggeleng. Hanya gelengan kepala yang bisa Ia berikan sebagai jawaban. Dikarenakan seluruh wajahnya di perban. Hanya mata yang tidak di tutupi.

"Apa kamu mengingat sesuatu?" tanya suster, takutnya sehabis peristiwa itu Alice mengalami kehilangan beberapa memori ingatannya. Begitulah yang suster pikirkan saat ini. Alice menggeleng kan kepalanya lagi.

"Syukurlah Berarti operasinya berjalan lancar dan semua ingatanmu baik-baik saja." Alice hanya mengangguk.

Setelah menunggu beberapa saat dokter Evelyn datang bersama dua orang suster. Dia berdiri di hadapan Alice, memeriksanya terlebih dahulu kemudian menyuruh suster untuk membuka per ban yang menutupi bagian tubuh Alice.

"Dengarkan saya, saya memberikan kehidupan baru untuk dirimu. Wajah yang saat ini kau gunakan bukanlah wajah aslimu yang dulu. Kau tersadar dengan wajah yang baru, kehidupan baru dan tentunya kekuatan yang baru."

Evelyn seakan mengetahui jika gadis ini ingin hidup untuk mencari orang-orang yang sudah menghabisi keluarganya. Selama Alice terbaring di rumah sakit, dokter Evelyn menanyakan kepada polisi tentang peristiwa yang terjadi. Dan dia mendapat kenyataan jika kebakaran tersebut disengaja namun sampai sekarang para pembunuh itu belum juga ditemukan.

Alice menatap lekat wajah wanita yang sedang memberikan sebuah ucapan terhadap dirinya. Dia mengerti jika wajahnya pasti berubah. Dan dia di buat semakin penasaran wajah seperti apa yang tengah ia gunakan.

"Suster buka perbannya sekarang juga!" Evelyn memerintahkan dua orang suster untuk membantu membuka perban. Yang satunya lagi memegangi alat-alat seperti berbagai macam gunting.

Kedua suster yang diperintahkan perlahan menggunting perban nya. Penuh kehati-hatian, mereka menarik perbannya secara berputar hingga perlahan perban tersebut menunjukkan warna kulit.

Setelah berhasil membukanya, suster yang satunya mengambil cermin. Kemudian perlahan mengarahkan kepada Alice.

Alice bisa melihat jelas wajah baru yang ia miliki. Dia tidak percaya wajahnya berbeda 180 derajat dari yang dulu ia miliki. Bagian kepalanya pun hanya ada rambut pendek seperti rambut laki-laki karena mungkin habis terbakar hingga butuh waktu lama untuk menumbuhkan nya lagi.

Tangan Alice meraba-raba wajahnya, pipi, hidung, mulut semuanya berbeda. "Wajahku? kenapa bisa berbeda?" Bahkan bicarapun terasa kaku.

"Luka yang kau alami membuat kami bertindak untuk melakukan bedah plastik terutama di bagian wajah. Karena hampir 70% wajah dirimu rusak. Untuk tubuh, tidak terlalu parah. Tuhan ternyata begitu menyayangi kau hingga membuatmu bisa terselamatkan," ujar Dokter Evelyn.

Mendengar kata luka Alice menjadi teringat keluarganya. "Dimana keluargaku? Apa kau tahu dimana mereka?" lontaran kesedihan keluar dari mulut gadis ini.

Evelyn mengangguk, "Mereka semua sudah di makamkan dengan layak oleh kami. Dan sekarang kau pun bisa kembali melakukan kegiatan normal seperti biasanya kau sudah sembuh total."

Kini tinggal dokter Evelyn dan Alice berdua di dalam ruangan. Para suster sudah lebih dulu meninggalkan mereka.

Alice lu memejamkan mata memegangi dadanya terkepal kuat marah atas apa yang menimpa keluarganya.

"Saya ingin membalas mereka yang sudah membunuh keluargaku. Aku ingin membalaskan dendam atas kepastian mereka." Alice beranjak turun dari ranjang.

"Kau mau kemana? Jangan dulu pergi! Ini bukan saatnya bagi dirimu untuk melakukan balas dendam terhadap mereka," cegah Evelyn memegangi tangan Alice.

"Bukan saat ini? Bagaimana mereka semua menghabisi keluargaku tanpa belas kasih dan aku harus diam saja? Saya tidak bisa terus-terusan seperti ini." Alice tidak ingin membiarkan penjahat-penjahat itu berkeliaran dan aku yakin jika mereka saat ini belum ditangkap.

"Maka dari itu, aku ingin membuat perhitungan kepada mereka." Rasa amarah memuncak sampai tidak berkata sopan kepada orang tua.

"Sekarang kau masih muda, butuh waktu, butuh persiapan untuk mempersiapkan dirimu. Siap atau tidak, sebelum kau mati konyol di tangan mereka, bekali dulu dirimu dengan berbagai macam ilmu bela diri. Termasuk cara-cara kau menggunakan senjata tajam," Evelyn memberikan clu jika Alice harus melatih dirinya dulu.

Alice menoleh pada Evelyn memandang mata tersebut meminta penjelasan.

"Kau akan berlatih sangat keras hingga dirimu tidak terkalahkan, Alice. Kau kembali, kau bisa membalaskan dendam mu kepada mereka dengan wajah yang tidak mungkin mereka ketahui."

Alice terdiam membenarkan ucapan Evelyn. sorot matanya tajam memancarkan aura membunuh yang tiba-tiba muncul dalam diri Alice. Tangan terkepal kuat hingga mengakibatkan kuku-kuku memutih. Rahang mengeras sampai terdengar bunyi gertakan gigi.

"Aku kembali, aku kembali dengan wajah baru, dengan karakter baruku. Akan ku buat kalian menyesali telah melakukan tindakan ini kepada keluargaku. Sampai kapanpun, sampai ke ujung dunia pun, di manapun kalian berada. Aku bersumpah akan mencari kalian dan akan menghabiskan kalian semuanya," batin Alice penuh dendam.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Cantikan yg sekarang apa cantikan yg dulu wajahnya? Secara Alice kan keturunan Inggris dan Turki,Pasti cantik kebangetan..

2024-01-17

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Masa iya sudah setahun berlalu,madih lagi di perban??Harusnya udah kering semuanya,Apalagi pengobatan nya adalah dari yg terbaik,Kalo luka bakar biasa aja,cuma dlm waktu berbulan aja utk kering..

2024-01-17

0

Susanti Wahyuningsih

Susanti Wahyuningsih

satu,,,,,😊😊
semanggaattt upnya kak....

2022-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!