Alice ( Aku Kembali )
Sunyi malam begitu mencekam, gemerlap malam tanpa bintang seakan membuat malam ini begitu terasa kelam. Malam sunyi nan sepi membuat para penghuni rumah sederhana terlelap terbuai mimpi tanpa mampu mendengarkan suara bising di depan rumahnya.
Tiga orang pria berpakaian hitam dengan wajah di tutupi penutup kepala membawa senjata tajam di tangan mereka masing-masing tengah mengendap di depan rumah tersebut.
Ketiganya celingukan memperhatikan sekitar berharap misi perampokannya berhasil. Salah satu dari mereka tengah mencoba membobol pintu masuk menggunakan senjata tajam berupa pisau. Satunya lagi tengah mencoba membuka jendela menggunakan obeng yang ia pegang. Dan yang satunya memperhatikan sekitar untuk memastikan situasi aman terkendali.
Rumah ini cukup jauh dari pemukiman lainnya sehingga menjari incaran para perampok yang kesekian kalinya. Sudah terjadi dua kali perampokan di rumah tersebut dan ini yang kedua kalinya. Bukan kali pertama juga bagi ketiga orang itu berusaha mencuri bahkan tak segan menghabisi orang yang melawan mereka. Perampokan yang mereka lakukan sangat rapi sehingga tidak terlihat seperti perampokan. Mereka mampu memanipulasi kejadian tersebut agar para polisi tak mampu menangkap mereka. Bisa di bilang, ketiganya adalah perampok berbahaya dan ter kejam serta ter apik di negaranya.
"Sudah belum? dari tadi kau lama sekali membuka pintunya." Tanya pria berperawakan tinggi gagah memakai penutup wajah gambar tengkorak yang sedang berdiri mengamati sekitar.
"Sebentar lagi, Bos. Ini tinggal sedikit lagi akan terbuka," jawab pria berperawakan tinggi kecil yang tengah berusaha membuka pintu itu.
"Jendela ini susah di buka, Bos." Seru pria yang juga tengah berusaha mencongkel jendela di samping pintu.
"Lama sekali kalian bertindak. Buruan! Ini bukan kali pertama kita merampok, masa kalian lupa cara membobol pintu rumah?" Pria yang di sebut Bos itu sudah tidak sabar untuk mengambil seluruh harta benda yang ada di dalam sana.
Sebelumnya, mereka sudah mengintai rumah ini dari jauh-jauh hari. Di luar memang terlihat sederhana tapi, di dalam sangat megah layaknya sultan. Mereka berpenampilan biasa namun, mereka adalah orang kaya raya tanpa memperlihatkan siapa jati diri mereka.
Tak..
"Berhasil, Bos." Seru pria yang mencongkel pintu seraya memegang gagang pintu dengan perlahan membukanya.
"Nah gitu, dong. Saya jadi tidak menunggu lama-lama jamuran. Kita masuk secara perlahan, ambil seluruh barang berharga tanpa tersisa. Jangan sampai ketahuan." Peringkatnya berjalan masuk duluan sambil celingukan. Lalu di ikuti oleh kedua anak buahnya.
"Cari ke seluruh tempat barang-barang yang mudah di bawa! Kalau perlu, jangan ada yang tersisa agar kita cepat kaya raya. Kau Arfan ke atas, saya dan Marcellino mencari di sini dulu." Seru Bos menggerakkan tangannya meminta kedua orang di belakang berpencar ke beberapa tempat.
"Baik, Bos." Pria berperawakan jangkung tinggi bernama Arfan itu melangkah perlahan ke atas. Marcellino dan Bos mencari di kamar-kamar yang ada di bagian bawah.
Lain ruangan, wanita beranak dua tengah terbangun merasakan haus di tenggorokannya. Wanita itu ketiduran bareng kedua anaknya di dalam satu kamar yang sama. Langkahnya perlahan maju keluar kamar namun, ia mendengar derap langkah kaki menuju lantai atas dimana hanya ada kamar anak-anak berada.
Rasa penasaran yang tinggi membuatnya nekat untuk melihat siapa yang sudah bersuara di rumahnya. Dengan perlahan sambil mengendap, dirinya memberanikan diri mendekati lemari kristal tak jauh dari jangkauan nya memastikan pendengaran jika ada orang lain di sini.
Rupanya, apa yang wanita itu rasakan nyatanya benar. Ada satu orang pria bertopeng memakai pakaian serba hitam seraya membawa senjata api tengah menggeledah rumah bagian atas. Wanita itu membekap mulutnya berharap tidak mengeluarkan suara. Dia kembali masuk ke kamar anak-anak bingung dan juga takut. Perasaannya tidak karuan. Suaminya ada di kamar bawah sendirian di ruangan kerja yang entah ketiduran atau tidak diapun tidak tahu.
"Siapa mereka? Apa mereka perampok?" Dia mendekati kedua anaknya membangunkan perlahan putra putrinya itu.
"Mom, ada apa?" Tanya anak perempuan berusia 15 tahun. Gadis remaja itu terbangun dari tidurnya mengucek mata terganggu oleh sentuhan Mamanya.
"Sssttttt sayang. Ada pencuri di luar."
"Apa, pencuri?! Kenapa rumah kita bisa kedatangan pencuri." Gadis cantik blasteran Inggris Korea itu memekik terkejut.
"Alice, jangan berisik!" Mommy Irene nampak terlihat khawatir.
"Apa yang harus kita lakukan, Mom?" Alice tak kalah khawatir dan juga panik. Kedua wanita itu memperhatikan pria berusia 7 tahun yang masih terlelap tidak terganggu sedikitpun oleh perbincangan keduanya.
"Kalian, tunggu di sini! Jaga Jayden! Mommy akan ke bawah berharap Daddy bisa membantu kita." Irene berpesan pada putrinya untuk tidak kemana-mana.
"Tidak, Mom. Di bawah bahaya, aku takut kalian kenapa-kenapa." Cegah Alice memiliki perasaan tidak enak.
"Bos, kamar ini dikunci, Bos. Apa mungkin ada orang di dalam?" Orang itu tengah memutar-putar gagang pintu membuat Irene dan Alice ketakutan, dan panik.
"Mommy bagaimana ini?"
Irene mencari cara agar kedua anaknya tidak ketahuan. "Alice, kau dan Jayden sembunyi di dalam lemari. Jangan sedikitpun bersuara, Mommy akan keluar berusaha mengalihkan mereka."
Irene memangku putranya dan memberikan kepada Alice. Barulah ketika mendapatkan pergerakan, Jayden terbangun.
"Mommy..."
"Nak dengerin Mommy, apapun yang terjadi kalian tidak boleh terpisahkan. Kalian harus keluar dari sini di saat situasi tidak sedang baik-baik saja. Sekarang kamu dan Kakakmu bersembunyi di dalam lemari!" Irene menggiring Alice ke dalam lemari.
"Dobrak saja! Pokoknya jangan sampai ada harta yang ketinggalan! Kalau ada orang habisi mereka!" Di luar terdengar dua orang tengah berbincang.
Sedangkan di bawah, suami Irene juga mendengar jika di rumahnya ada seorang penyusup. Diapun keluar kamar dan alangkah terkejutnya saat mendapati satu orang pria berpakaian hitam memakai topeng tengah mengobrak-abrik rumahnya.
"Siapa kalian, mau apa kalian di rumah saya, hah?"
Perampok itu menoleh dan dengan segera, dia menangkap tubuh Antonio, mengunci kedua lengannya di belakang lalu mengarahkan senjata tajam ke lehernya.
"Jangan berteriak atau nyawa kau melayang! Cepat tunjukan dimana barang-barang berharga kalian!" ancam pria itu.
Antonio tidak sedikitpun takut, dia berusaha tenang untuk mencari cara agar terlepas dari perampok ini.
Irene sudah menyembunyikan kedua anaknya di dalam lemari di tutupi baju-baju berharap anaknya selamat. Dia terus berdoa demi keselamatan anaknya. Lalu, Irene terkejut saat pintu kamar do dobrak.
"Siapa kalian?" Irene memundurkan langkahnya menghindari tatapan nakal perampok itu.
"Wow.. Rupanya ada wanita cantik di sini. Gila Marcellino, dia begitu putih mulus," seru Arfan pada rekannya.
Dari dalam lemari kedua anaknya mengintip, mereka saling membekap mulutnya agar tidak bersuara.
Irene berlari keluar kamar karena takut perampok itu mengetahui ada anaknya."
"Jangan lari kau..! Tangkap dia jangan biarkan dia lolos ataupun melapor pada polisi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gak ada telpon ya di rumah itu,?kenapa gak nelpon polisi aja,jgn gegabah dan nekat keluar,kan bahaya..
2024-01-17
0
Susanti Wahyuningsih
q mampir kak...
penasaran,,,,😊😊
2022-10-17
0
CewekTauruz30
selamat kak, karyanya baru lagi 😅
2022-10-06
0