03

Tidak ada yang istimewa di hari pernikahan Hilda. Tidak ada pelaminan megah. Tidak ada riasan di wajahnya. Tidak ada gaun pengantin yang indah. Tidak ada kerabat dekat yang hadir. Acara pernikahannya tertutup. Bukan, ini bukan tertuturp. Ini adalah rahasia. Dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Seolah-olah akan muncul perang dunia jika ada yang tahu tuan Arash menikah siri.

Mungkin perang memang akan terjadi kalau sampai Nyonya Mila tahu suaminya menikah hari ini. Menurut penuturan bi Ani, nyonya besar tidak tahu apa-apa. Arash tidak memberitahu perihal pernikahannya kepada pihak keluarga. Hilda merasa menjadi wanita simpanan alih-alih istri. Keberadaannya tidak diakui siapa pun. Lalu ... apa yang dikatakan Arash kepada nyonya Mila jika Hilda berhasil melahirkan anaknya?

Lamunan Hilda buyar ketika bi Ani menyenggol bahunya. Dengan kening berkerut Hilda menatap bi Ani. Bertanya, “ada apa" lewat tatapan matanya.

“Ijab kabul sudah selesai. Kalian sudah sah menjadi suami istri. Datangilah suami Nona. Cium tangannya sebagai tanda bakti. Nona sudah seratus persen menjadi milik tuan Arash."

Hilda menurut. Dengan langkah pelan, dia menghampiri Arash. Pria yang sudah sah menjadi suaminya itu terlihat sedang menyalami penghulu. Arash merogoh saku dan mengeluarkan amplop tebal dari sana. Langsung diberikan kepada penghulu dan diterima dengan gembira oleh pria yang menikahkannya tersebut.

Sepeninggal penghulu, langkah Hilda semakin melambat. Kakinya seolah menapak di lumpur sehingga langkahnya menjadi begitu berat. Namun akhirnya Hilda sampai juga di tempat Arash berada, di teras apartemen. Menggigit bibir, gadis itu berpikir topik apa yang ingin dia angkat untuk mencairkan suasana.

"Ma-mas Arash...," panggil Hilda pelan.

Arash berbalik. Dia menunduk karena perbedaan tinggi badan mereka sangat jauh. Matanya yang semula berbinar ramah sekarang berkilat merah. Rahangnya mengeras. Dan, detik berikutnya dia mencengkeram dagu Hilda. Menarik dagu kecil itu agar sang empunya mendongak.

Pandangan keduanya bersinggungan. Hilda dengan tatapan sendu penuh luka harus disakiti lagi dengan tatapan jijik Arash. Untuk kesekian kalinya Hilda harus tersakiti. Secara fisik dan batin.

Dulu, Hilda selalu mengkhayalkan kehidupan yang indah jika suatu saat dirinya menikah. Saling melontarkan cinta penuh cinta antara dirinya dan pendamping hidupnya. Menghabiskan hari demi hari dengan obrolan penuh tawa. Terlibat konflik kecil yang menyenangkan dan sanggup mempererat hubungan. Sayangnya, khayalannya harus ditelan bulat-bulat oleh kenyataan.

Hilda yakin selama pernikahannya dengan Arash -entah seberapa lama itu- hanyalah luka dan penghinaan yang dia dapatkan. Tidak ada kasih sayang di mata Arash. Hilda sangat yakin Arash tidak menganggapnya sebagai istri walaupun mereka sudah menikah. Arash bisa saja langsung menidurinya tanpa perlu menikahinya. Tapi, mungkin Arash tidak mau anaknya dikenal sebagai anak haram nantinya.

"Ma-mas Arash mau mandikah? Sa-saya akan menyiapkan air hangat.”

"Jangan sok akrab sama saya," kata Arash dengan angkuh. Dia menyentak dagu Hilda cukup kuat sehingga gadis itu terhunyung.

"Jangan panggil saya dengan sebutan itu! Saya jijik. Hanya istri saya yang boleh memanggil saya dengan sebutan Mas'."

"Ta-tapi a-aku juga istri Mas Arash, kan?”

"Cuih!" Arash membuang muka. "Sampai kapan pun saya nggak akan sudi mengakui kamu sebagai istri! Jangan besar kepala, Hilda. Istri saya cuma satu, Karmila Edelwis! Jangan harap kamu akan dapat tempat di hati saya. Kamu hanyalah alat untuk melahirkan anak saya. Camkan itu di kepala kamu!"

"Ka-kalau cuma sebagai alat saja ... kenapa Tuan tidak mencari perempuan lain?" Hilda tahu pertanyaan ini hanya mengundang murka. Tapi, dia tidak sanggup lagi memikirkan apa alasan Arash sebenarnya. Masih banyak perempuan di luar sana yang rela menjadi simpanan, istri siri, pacar, atau apa pun yang Arash inginkan. Lalu kenapa Arash memilih dirinya? Gadis yang lahir dan hidup di kelas rendahan.

"Saya sudah bilang kalau kamu nggak perlu tahu alasannya, kan?! Kamu lupa? Perlu saya apakan supaya kamu selalu ingat dan berhenti menanyakan itu ke saya, ha?!"

"Aku ... cuma ingin tahu saja, Tuan."

Arash meremas rambutnya sendiri lalu mengerang keras. Sepertinya kesabarannya sudah habis karena menghadapi Hilda. Atau dia memang tidak punya kesabaran dalam menghadapi gadis malang ini. Setiap kali melihat Hilda yang Arash rasakan hanya kebencian dan rasa jijik.

"Kamu tahu, Hilda, sekarang saya merasa dirugikan sudah membeli kamu. Saya semakin merasa rugi jika mengembalikanmu. Kamu itu nggak lebih berharga dari uang lima miliyar saya. Harga kamu lebih murah dari itu."

Perkataan Arash berhasil mengusik emosi Hilda. Tangannya terkepal kuat dan wajahnya merah padam. Dia maju mendekati Arash lalu dengan berani dia menampar pria itu dengan sangat keras. Telapak tangannya terasa kebas. Tapi, Arash sepertinya baik-baik saja.

"Kalau Tuan sebegitu bencinya dengan anak yang lahir dari rahim wanita penghibur, kenapa Tuan mau membeliku?! Daripada Tuan hidup dengan aku yang menjijikkan ini kenapa Tuan tidak mencari wanita lain saja?! Pasti banyak wanita dari kalangan atas yang suka rela mengandung anak Tuan. Lalu kenapa harus aku?! Aku hidup bukan untuk dijadikan alat untuk menghasilkan keturunan. Saya hidup bukan untuk dihina oleh Tuan atau orang lain!"

Selama mengeluarkan isi hatinya, selama itu juga air matanya tidak berhenti mengalir. Mati-matian Hilda berusaha agar suaranya tidak bergetar apalagi sampai terbenam oleh isakan yang memilukan.

"Kamu berani meneriaki saya? Atas dasar apa kamu meneriaki saya? Lupa siapa dirimu sebenarnya?" Suara bass Arash terdengar dalam dan mengerikan. Tapi, Hilda tidak gentar sedikit pun.

"Ya, Aku berani meneriaki Tuan! Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk membela diri yang Tuan hina habis-habisan! Tuan yang menghinaku ini sebenarnya tidak lebih baik dari aku yang Tuan hina!"

"Kurang ajar!" Arash mencengkeram leher Hilda sambil mendorong tubuh mungil itu sampai membentur dinding. Pria itu semakin kuat mencengkeram leher Hilda saat melihat istri keduanya itu kesulitan bernapas. "Lihat, kan? Kamu terlalu lemah untuk melawan saya. Jangan memancing kemarahan saya kalau kamu masih mau melihat dunia.”

Arash masuk ke apartemen sambil membanting pintu. Meninggalkan Hilda yang berdiri mematung dan menggigit bibirnya sampai memutih. Perlahan, badannya merosot. Akhirnya terduduk di teras yang dingin. Hilda menekuk kaki dan meletakkan kepala di antara kedua lututnya, menyembunyikan air mata yang tidak berhenti mengalir.

Pintu apartemen kembali terbuka. Hilda kira Arash akan melemparkan barang-barangnya, menyuruhnya angkat kaki. Arash pasti menceraikannya setelah satu jam resmi menjadi suami istri. Namun, Arash ternyata salah. Bi Ani memanggil namanya dengan lembut. Lalu membawa tubuhnya agar berdiri.

"Sudah sore. Nona tidak boleh berada di luar. Nanti sakit."

Hilda menepis tangan bi Ani yang bertengger di bahunya. "Biarkan aku sakit, dengan begitu aku semakin dekat dengan kematian."

"Husss! Nona ini bicara apa ngomongin kematian. Nggak boleh"

"Mau hidup ataupun mati nggak ada yang peduli juga, Bi." Hilda berjalan menjauhi pintu apartemen. Bermaksud masuk ke lif lalu lari dari apartemen yang seperti neraka ini.

"Nona? Nona mau ke mana? Cepat masuk ke apartemen sebelum tuan Arash marah lagi." Bi Ani menarik tangan Hilda dan bermaksud membawanya kembali. Namun, Hilda menepis tangan wanita itu. Dia berlari kencang, sampai di depan pintu lif, dia menekan tombolnya secara membabi buta.

"HILDA CHANTIKA!"

Hilda semakin panik. Suara Arash menggelegar memenuhi koridor. Dikarenakan pintu lif yang tak kunjung terbuka, Arash segera berlari menuju tangga darurat. Baru beberapa anak tangga dilewatinya, Arash berhasil menyusul. Tangan Hilda disentak ke belakang. Tubuhnya oleng, membentur dada bidang Arash. Hilda berontak dan berhasil melepaskan diri. Sebelum sempat kembali berlari menuruni tangga, tengkuknya sudah dipukul dengan agak keras. Sontak, kepalanya menjadi pusing. Detik berikutnya dia jatuh tak sadarkan diri di pelukan Arash.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

nur syamsiah

nur syamsiah

kasar lki nya..kalau g mau ya jgn..lah..nikah lgi..anehhh..
cuma demi ingin bayi..
nyakitin..wanita lain🤦😠😱

2023-07-27

0

Ica Ica

Ica Ica

gagal lagi deh buat kabur dari arash

2023-07-25

1

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

Awal cerita yg bagus thour penuh dengan rasa hari. salam kenal thour

2023-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!