" Maaf Pah, Mah, Ayah... Aku sudah selesai makan nya. Selamat malam. " kata Ozan hendak berdiri dari duduknya.
Hah, dia panggil ayah apa tadi? Memang mereka sedekat itu? Ameera membatin keheranan. Ia menggigit sendoknya saking terkejutnya.
"Zan, gak sopan kamu. " Zarima berbisik menahan lengan Ozan.
"Mah..."
"Diam disini. Jangan aneh-aneh kamu. " Zarima berkata seraya menahan lengan Ozan agar tetap duduk di tempatnya. Ozan mendengus kesal sambil sesekali melirik Ameera yang duduk dengan tenang dihadapannya.
Cih disini siapa yang aneh sih sebenarnya. Seenaknya jodoh-jodohin orang.
Dengan terpaksa Ozan kembali duduk di tempatnya hingga makan malam selesai. Setelah makan malam, mereka semua beranjak ke ruang keluarga. Mengobrol panjang lebar mengenai rencana pernikahan Ozan dan Ameera.
Ameera tidak bicara sedikitpun. Ia menjadi pendengar yang baik. Sesekali ia hanya melirik ayahnya yang terlihat begitu santai mengobrol padahal mereka adalah bos ayahya.
"Ozan, ajak Ameera jalan-jalan ke taman belakang. " titah Hasan yang melihat kecanggungan di antara keduanya.
"Ini kan sudah malam, Pah. Ngapain ke taman. " protes Ozan.
" Ya bagus, di taman belakang itu romantis, Biar kamu dan Ameera bisa ngobrol santai biar lebih dekat. " sahut Zarima
Raut wajah Ozan semakin kesal. Entah bagaimana caranya agar bisa kabur dari acara makan malam itu.
"Ayo, Ameera. Kita jalan-jalan ke taman belakang. " dengan nada bicara manis yang di buat-buat padahal sebenarnya terpaksa.
"Aku mau disini aja. " ucapnya. Ameera Kemudian melirik ayahnya dan mendapat tatapan mengintimidasi. Seketika nyali Ameera menciut jika sudah mendapat pelototan dari ayahnya.
Ameera pun segera berdiri dari duduknya, berjalan mengikuti Ozan yang menuju ke taman belakang.
Ameera berjalan di belakang Ozan, sesekali menatap punggung tegak milik laki-laki itu.
Merekapun tiba di taman belakang. Suasana taman memang sangat romantis di malam hari. Lampu-lampu hias berwarna kuning menghiasi taman. Amera terkagum-kagum dengan pemandangan malam di taman.
"Apa kamu sudah tahu rencana perjodohan ini sebelumnya?" Ozan membuka percakapan membuyarkan lamunan Ameera.
"Nggak. Aku juga baru tau." jawabnya.
" Kamu senang kita di jodohkan?"
"Nggak. " Ameera menjawab singkat seraya menggeleng cepat.
"Terus kenapa kamu diam aja tadi. Kenapa kamu gak protes? Seolah-olah kamu anak baik yang nurut aja apa kata orang tua." Ozan sudah duduk selonjoran di kursi taman, sedangkan Ameera tetap berdiri.
"Terus aku harus bilang apa? "tanya Ameera. Karena terlalu syok, ia bahkan tidak bisa berkata-kata.
"Ya kamu kan bisa protes. Kamu gak mau kan menikah dengan orang yang kamu gak suka?"
Kalau aku protes, ayah akan membuangku ke kutub utara tau.
"Hemmm. " Ameera hanya berdehem seraya menganggukkan kepalanya. "Aku bisa apa? kalau ayah sudah memutuskan sesuatu, aku nggak akan punya daya untuk membantah. Kamu pikir aku senang? Aku juga nggak mau diperlakukan seenaknya seperti ini. Aku bahkan belum lulus sekolah." ucap Ameera.
Glekk
Ozan menelan ludahnya kasar. Ozan sadar betul siapa dan bagaimana seorang Rudianto yang sudah dikenalnya dari kecil dan sudah di anggap ayahnya sendiri. Jika Rudianto sudah sudah bicara, siapapun tidak akan mampu membantahnya kecuali Hasan. Artinya keputusan berada di tangan Hasan. Hanya laki-laki itulah yang bisa merubah keputusannya.
"Jadi kamu menyerah, dan akan menerima perjodohan kita?" tanya Ozan
Ameera tidak menjawab. Ozan dapat menangkap raut kesedihan di wajah Ameera.
"Duduk sini dulu." Ozan menepuk ruang kosong di sebelahnya, mempersilahkan Ameera duduk disana.
"Huuuftttt" Ozan menghela napas kasar. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencoba membuang rasa frustasinya.
"Aku gak mau menikah dengan kamu, atau siapapun yang di jodohkan mama sama papa. Aku sudah punya pilihanku sendiri, seseorang yang aku cintai. " kata Ozan pelan.
"Kamu pikir aku mau menikah denganmu. Aku juga nggak mau. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding." sahut Ameera.
"Memang nya kamu gak ada gitu laki-laki yang kamu sukai sampai harus sepasrah ini ?" Ozan kembali bertanya.
"Soal itu juga bukan urusan kamu. "ucapnya kemudian.
Rasanya jantung Ozan hampir meledak. Ia bahkan merasa tidak dapat bernapas dengan benar. Baginya tidak mungkin menikah dengan wanita yang tidak dicintainya. Lagipula dia sudah punya Naura di hatinya.
"Bagaimana kalau kita kerja sama untuk membatalkan rencana mereka. " usul Ozan
"Kerja sama?" Ameera menoleh pada Ozan. Sedang menebak kerja sama macam apa yang bisa membebaskan mereka dari rantai perjodohan.
"Iya... kamu bisa melakukan sesuatu yang mama sama papaku nggak suka. Kalau mereka nggak suka sama kamu, mereka pasti membatalkan perjodohan kita kan? Aku nggak bisa ber-acting apa-apa di depan ayahmu, karena beliau mengenalku sejak kecil. Ayahmu tahu betul seperti apa aku. " usul Ozan
"Maksudmu aku harus melakukan apa?" tanya Ameera penasaran.
"Buat dirimu kelihatan seperti gadis buruk di hadapan mama sama papa." jawab Ozan penuh semangat.
Ameera membulatkan matanya. Tidak menyangka Ozan akan mengusulkan ide gila itu.
"Ckck ini sih bukan kerja sama namanya. Kamu tau kalau aku melakukannya, tuan dan nyonya besar bukan hanya akan tidak menyukaiku, tapi ayah akan mengulitiku lalu memasukkanku ke kerak bumi. " kata Ameera. Tidak bisa membayangkan akan semarah apa ayahnya nanti.
"Dengan kata lain kamu akan pasrah dengan perjodohan ini?"
Bagaimana aku menjelaskan pada alien ini kalau aku tidak bisa membantah ayah. Satu-satunya orang yang aku takuti di dunia ini.
"Aku mohon tuan muda. Memohonlah pada tuan dan nyonya besar untuk membatalkan perjodohan kita. Aku nggak pantas untukmu. Aku hanya seorang rakyat miskin yang nggak ada harganya. Kamu nggak malu menikah dengan anak seorang kepala keamanan?"
"Kepala keamanan?" tanya Ozan bingung.
Dia kan anak ayah. Kenapa dia bilang dia anak seorang kepala keamanan?
"Ayah kan hanya kepala keamanan di tempatnya bekerja. Kamu akan malu punya mertua seorang kepala keamanan." perkataan Ameera membuat Ozan tergelak.
Haha anak kecil ini lucu juga. Jadi selama dia nggak tau jabatan ayahnya di CJG? Malah dia pikir ayah hanya kepala keamanan. Apa ayah tidak memberinya kehidupan mewah sehingga dia pikir ayahnya hanya kepala keamanan.
"Bukan itu masalahnya, Ameera. Itu hanya sebuah status. Aku nggak peduli dengan semua itu. " ucap Ozan kemudian.
"Aku nggak bisa berbuat apa-apa. Ayah bukan seseorang yang bisa di bantah."
"Ehm... jadi kamu akan pasrah begitu? Kamu akan menerima nasibmu menjadi nyonya Chandra Jaya."
" Nggak mau!" Ameera berdiri dari duduknya, tanpa sengaja ia menginjak kaki Ozan dengan sepatu heels-nya.
"Auuuuwwwhhhhh... sakit... kakiku...!" Ozan mengaduh memegang kaki kanannya yang di injak Ameera.
Ameera memindahkan kakinya begitu menyadari ia menginjak kaki Ozan. Tanpa rasa bersalah ia meninggalkan Ozan dan hendak masuk kembali ke rumah mewah tersebut.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Nartadi Yana
,masa ya Ozan dh ngobrol gitu nggak ada feel dengan bau dan rasa sama amera
2024-06-26
0
Fatim Ummu Ayes
kapok tuh kaki keinjek🤣🤣🤣🤣
2023-02-16
0
Nonengsupartika
apa rangga jd pengantin pengganti ozan ya karna dia kabur haha bgs jg kl bgt
2023-02-06
0