Pagi harinya...
"BANGUN! " bentak Rudi. Suaranya menggelegar di udara membuat Ameera bergidik ngeri.
"Sakit ayah... " Ameera meringis, memegangi lengannya yang baru saja terkena pukulan sang ayah. Mereka sedang latihan bela diri di pagi hari seperti biasanya saat akhir pekan.
"Begitu saja kamu sudah mengeluh sakit, itu belum ada apa-apanya. CEPAT BANGUN! " bentaknya lagi.
Ameera menatap ayahnya dengan raut wajah ketakutan. Tubuhnya bergetar, keringat dingin membasahi keningnya.
"Ayo serang ayah dengan seluruh kekuatan yang kamu punya, awas saja kalau kamu hanya bermain-main."
"Ta... Tapi Yah....." ucap Ameera dengan terbata-bata. Ia berusaha sekuat mungkin menahan air matanya yang hampir tumpah.
"Jangan menangis! Sejak kapan kamu jadi cengeng begini? Kamu jangan tunjukan kelemahan kamu didepan siapa pun."
Ameera terdiam sejenak, ia mulai tersulut emosi.
"Bagaimana kamu nanti menghadapi dunia ini sendirian kalau ayah sudah tidak ada lagi bersama kamu."
Benar kan,sudah keluar kalimat angkernya.
"Ameera dengar, tidak selamanya ayah ada untuk menjaga dan melindungi kamu kan. Suatu hari nanti kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri. Kamu tau, di dunia ini banyak orang jahat. Kamu tidak bisa sembarang percaya pada siapapun. " tutur Rudi panjang lebar.
Ameera kembali tidak mampu berkata-kata.
" sekarang bangun dan serang ayah!" Ia kembali mengeraskan suaranya saat Ameera tidak bergerak.
"Ameera!"
Ameera pun bangun dari duduknya, dan dengan emosi yang memuncak ia menyerang ayahnya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Pukulan dan tendangan dilayangkan ameera layaknya sedang menyerang musuhnya, membuat ayahnya sedikit kerepotan.
Lumayan juga.
Ameera terus menyerang membabi buta dan membuat ayahnya kewalahan. Sampai satu pukulan telak mendarat di perut ayahnya.
"Aauuwhhh" Rudi meringis memegangi perutnya yang terkena pukulan anaknya.
"Aa.. ayah... ma.. maaf. " ucapnya takut-takut. Namun ayahnya tersenyum puas. Selama ini tidak pernah ada yang berhasil menembus pertahanan seorang Rudianto. Dia dulunya adalah pelatih bela diri sebelum memutuskan bekerja di perusahaan Chandra Jaya Group.
"Bagus... kamu banyak kemajuan."
Bisa-bisa aku mati muda kalau ayah melatihku seperti sedang melatih tentara yang akan berperang.
Rudi kemudian beralih pada latihan selanjutnya. Sementara Ameera diam tak bergerak di tempatnya. Ia masih mengatur nafasnya yang tersengal karena kelelahan.
"Kenapa kamu bengong disitu? Ayo sini!"
Ameera terlonjak kaget, ia kemudian mendekat pada ayahnya. Yang sudah siap dengan latihan berikutnya.
"Pakai ini." Rudianto memberikan kacamata dan pelindung telinga pada Ameera.
"Cepat pakai!" titahnya dengan tidak sabarannya. Ameera pun segera memakainya.
Rudi menyerahkan senjata api pada Ameera. Di kejauhan sudah terpasang beberapa botol minuman yang diletakkan di atas meja.
Ayah benar-benar tidak waras, ya. Dia sedang memberi latihan atau menyiksaku?
"Konsentrasi... Bidik yang benar... awas saja kalau sampai meleset! Ayah tembak kaki kamu kalau sampai meleset." ucapnya setengah mengancam.
Apa? Ayah tidak akan benar-benar menembak kaki ku kan? Ibu tolonglah anakmu ini.
Tiba-tiba Ameera merasa seperti kakinya melayang di udara, tidak, ia tidak dapat merasakan kakinya sendiri menapak pada bumi saking takutnya dengan ancaman ayahnya. Ia tahu ayahnya tidak pernah main-main dengan ancamannya. Tapi, apakah dia akan tega menembak kaki anaknya sendiri.
Ameera pun segera membidik sasarannya. Ia berusaha melakukannya dengan baik agar tidak meleset. Paling tidak ia harus menyelamatkan kakinya.
Dor...
Satu tembakan melesat memecahkan satu botol. Ameera bernafas lega.
"Bagus! Lanjutkan!"
Anakku yang polos, apa dia mengira aku benar-benar akan menembak kakinya kalau meleset satu tembakan saja?
Ameera pun segera membidik botol lainnya dan benar, bidikannya tak ada satupun yang meleset. Ayahnya tersenyum puas dengan hasil bidikan Ameera.
Ah... kakiku selamat.
"Bagus. Cukup untuk hari ini. Kamu boleh istirahat." ucapnya seraya menepuk bahu Ameera dan pergi begitu saja meninggalkan Ameera yang mematung di sana.
Iya kan? Setelah latihan, ayah akan pergi begitu saja. Apa ada ayah lain di dunia ini yang seperti ayahku?
*****
JANGAN BACA!!! ALUR KURANG JELAS, PENULISAN Berantakan DAN TYPO DI MANA MANA.
BANYAK KECACATAN DAN TIDAK LOGIS
CARI KARYA YANG LAIN DULU YA.
TERIMA KASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
gia nasgia
seru juga
2025-03-22
0
ferdi ferdi
ceritanya bagus
2024-11-15
1
Qaisaa Nazarudin
Dalam Latihan tidak ada kata KASIHAN,SIKAP TEGAS YG SEHARUSNYA DI TUNJUKKAN..
2024-08-28
0