T:FYT.2

Terakhir yang aku ingat, kepalaku sangat sakit saat linggis itu menghantam kepalaku, rasanya mau pecah, ingin menjerit tapi tak bisa karena pita suara ku seakan pecah.

Tuhan, aku tak ingin hidupku hanya ku jalani dengan banyak dosa, berikan kesempatan untu ku sekali saja paling tidak sampai aku menikah.

Yang aku lihat hanya ada kegelapan dan sayup-sayup mendengar seseorang yang sedang berbicara, bukan hanya satu melainkan banyak orang yang berbicara, tunggu! Mereka bukan seperti berbicara melainkan seperti melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Tapi satu suara yang benar-benar jelas di indra pendengaran ku suara tangisan seorang wanita yang entah mengapa begitu pilu.

Tuhan, aku benar-benar ingin bangun. Berikan satu kekuatan untuk aku berbicara menghentikan tangisan wanita itu yang menusuk relung hati, entah kenapa aku teringat ibu.

Setitik cahaya redup bisa ku lihat, aku benar-benar ingin membuka mataku, tidak jika memang benar ruangannya yang gelap aku mohon siapa pun hidupkan lampu atau apa pun itu, aku benar-benar takut kegelapan ini.

Semakin jelas wanita menangis itu terdengar di indra pendengaran ku, mataku seakan akan ingin terbuka saat merasakan tangan lembut yang mengelus permukaan wajahku.

"Rhea bangun sayang, mami sayang Rhea." Samar aku mendengar wanita itu memanggilku memintaku bangun.

Bu? Jika aku bisa, aku ingin membuka mata ini yang begitu rekat seperti ter' lem dengan kuat. Ucapku dalam hati.

"Hikss, bangun sayang, kamu mau ke korea kan? Mami izinin asal Rhea bangun ya sayang." Ucapnya lagi sambil menggoyangkan tubuhku pelan.

"Mi udah ikhlasin Rhea, biar dia tenang." Suara pria dengan nada rendah dan serak itu menyapa indra pendengaran ku.

Tunggu! Tadi apa ikhlasin aku pergi? Jadi aku benar-benar udah meninggal. Tapi, kenapa aku bisa mendengar suara mereka.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba menggerakkan tubuhku, dan membuka mataku perlahan-lahan. Karena demi apa pun sakit sekali rasanya.

Dan aku berhasil menggerakan satu jari ku yang merambat kepada kakiku yang bisa ku gerakan. Akhirnya dengan rasa sakit yang amat di mata ku, aku menggerakkan mataku ke sana kemari dengan terpejam.

Sinar silau masuk ke-indra penglihatan ku, menandakan aku berhasil membuka mata ku yang amat sangat berat. Mataku mengedar ke sana kemari melihat banyaknya orang yang mengelilingiku dengan membawa buku kecil yang bisa ku pastikan itu adalah yasin.

Tidak! Tidak lucu jika aku benar-benar mati dan hidup kembali, satu titik yang membuat mataku terpaku pada titik itu, wanita paruh baya yang tengah dipapah seorang pria paruh baya sambil menangis, seketika aku menebak wanita itulah yang menangisi ku saat aku tak sadar.

"Mami,"kata itu yang pertama aku ucap, entah kenapa aku ingin menyebut kata mami alih-alih bunda yang notabennya orang tuaku.

Semua yang tengah mengelilingi ku memberhentikan bacaannya dan menatap dimana arah suara ku terucap.

Beberapa detik mereka hening membuat perasaan ku kembali tak enak, mungkin yang ada dipikiran mereka, bagaimana bisa mayat yang mati bisa berbicara.

Ku edarkan pandanganku, mataku meneliti setiap orang-orang yang mengelilingiku. Seketika bibirku menyunggingkan senyum, ingin sekali aku tertawa melihat ekspresi meraka yang ketakutan, melongo, bahkan ada juga yang sudah berlari terbongoh-bongoh menjauhi ku.

"Hahahahaha,"tawaku meledak membuat mereka lari kocar-kacir mencari jalan keluar.

"Hahahaha hahhh hahahaha,"lagi aku melihat seorang pria lari jatuh bangun sambil membenarkan sarungnya yang melorot.

"Rhe— Rhea?"panggil suara lembut membuat atensi ku teralihkan dari pria yang berlari ketakutan, menuju wanita paruh baya yang terperangah melihatku tertawa.

"Papi Rhea! Rhea papi! Rhea kena azab!"mendengar ucapan wanita paruh baya itu membuatku menyurutkan tawaku dan mendatarkan wajahku.

Yakali Rhea yang cantik ini terkena azab, eh tapi bisa jadi sih soalnya aku banyak dosa, jahilin bunda, ngambil cemilan adek, buat adek nangis, nyuruh adek seenaknya, nyontek saat ulangan, keluar masuk Bk, trus terakhir nipu papa beli buku padahal buat jajan seblak sama temen.

"Wahh, masa Rhea yang cantik ini kena azab."Ucapku.

Kulihat wanita itu menangis histeris dan melangkah menuju kearah ku. Dengan erat wanita itu menubruk tubuhku memeluk ku membuat nafasku seperti tercekik.

"Ha-hahh sesek."Ucapku sambil menepuk-nepuk pundak wanita itu pelan.

"Rhea ini beneran Rhea anak mami kan? Rhea hidup lagi papi! Hikss mami seneng banget."Ucapnya dan mengendurkan pelukannya tanpa melepas pelukannya.

Pria paruh baya yang di panggil papi itu masih terpaku.

"Ekm pi gak mau peluk Rhea yang habis berjumpa sama malaikat Izrail?"ucapku yang entah mengapa menyebutnya papi alih alih om, padahal aku tidak mengenal siapa mereka.

Pria paruh baya yang berdiri didepan tangga itu berjalan menuju diriku dan memeluk ku dengan erat bersama wanita paruh baya yang memelukku tadi.

Dari arah pintu aku mendengar beberapa langkah yang berlari menuju arah ku dan dua orang paruh baya itu.

Ku lengokan kepalaku, mereka terpaku sama seperti pria baya yang berada didepan ku tadi .

...-FYT-...

"Adek?"panggil seorang pemuda, yang memiliki wajah tampan dengan ekspreksi terkejut. Ada 5 pemuda dan 2 perempuan yang menatapnya takut-takut, terkejut dan melongo. Lihatlah air liurnya hampir menetes karena mulutnya menganga lebar.

"M-mi? Adek gak jadi mati?"tanya gugup dan mendekati mereka yang sedang berpelukan.

Rhea yang mendengar hanya memutar bola matanya malas, hahh mati, mati, dan mati, emang si dia bangun dari kematian tapi kan ...

Rhea sadar bawa ini bukan keluarganya mungkin dia mengalami pindah jiwa entah pindah ke novel atau masih di dunia nyata yang sama. Tapi yang pasti Rhea bersyukur di beri kesempatan hidup.

"Huaaaaa Rere gak jadi mati dong, seneng banget! Zora gak jadi ditinggal Rere."Pekik seorang gadis yang menggunakan kacamata yang membuat wajahnya tampak manis.

"Tan? Beneran gak jadi mati?" Tanya pemuda yang bernama Nathan sambil melangkah mendekati Rhea, menangkup pipi Rhea, memastikan apakah yang dia lihat benar bahwa sahabat baiknya hidup kembali.

"Lo beneran hidup lagi?"tanya Nathan menatap Rhea intens, Rhea yang di tangkup pipinya membuat bibirnya mengerucut dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan pemuda tersebut.

Setidaknya gue harus pura-pura mengenal mereka, sebelum mereka pada balik. Kalo gue tanya langsung takutnya mereka malah makin syok biar keluarga ini yang tau aja. Pikir Rhea.

"Udah dulu, biar Rhea istirahat. Rhea kan habis bangkit dari kematian."Ucap pemuda yang bernama Afzal yang notabene adalah kakak pemilik tubuh yang Rhea tempati.

"Iya, ayo sayang biar mami bantu kamu jalan"ucap mami menuntun Rhea jalan menuju kamar gadis tersebut. Dengan hanya kain yang menutupi badannya. Untung nya pundaknya juga tertutupi kain tersebut jadi yang melihat tidak tegang. 

Setelah bayangan mereka sudah hilang di tangga atas kini yang tersisa hanya ada lima pemuda dan dua gadis cantik beserta pria paruh baya di ruang tempat Rhea berbaring tadi.

"Keruang keluarga, papi mau ngomong. Afzal  telfon dokter Irene katakan untuk kesini." Titah paruh baya itu dan menuntun mereka keruang keluarga.

"Baik pih."Jawab Afzal sambil mengeluarkan Hpnya menghubungi dokter Irene, dokter keluarga tersebut.

Setelah mereka semua duduk di sofa masing-masing sambil pikirannya berkelana kemana, pria paruh baya itu membuka suaranya.

"Papi belum tau tentang kenapa Rhea celaka, bisa jelasin ke papi Afzal?"tanya pria paruh baya tersebut menuntut.

"Iya, sebelum semua kejadian Rhea bilang dia ada urusan kenapa malah tiba-tiba gue dapat kabar kalo Rhea meninggal."Ucap gadis yang bernama Gauri.

Pemuda disana saling tatap dan menghela napas.

"Maaf om, semua terjadi karena Nathan." Ucap Nathan dengan nada sedih. Pria paruh baya itu mengernyit.

"Coba jalasin lebih rinci, om benar-benar syok kalian kasih kabar bahwa putri om meninggal dan di temukan di hutan."Ucapnya menatap satu persatu pemuda yang disana. Lima pemuda itu menunduk tak berani menatap mata pria paruh baya itu yang terkenal karena ketegasanya yang seorang mantan jendral TNI.

"Semua berawal dari musuh geng kita, dia menculik Elvina sebagai sandra yang notabennya adalah pacar Nathan om, trus Rhea melihat semuanya, Rhea ikutin mereka sampai ke tengah hutan, awalnya Elvina terkejut melihat Rhea yang melihat dia diculik,. Kata Elvina, Rhea berusaha nyelametin Elvina tapi malah ketahuan alhasil mereka di sandra bareng-bareng mereka disiksa bahkan mereka hampir dilecehkan saat itu, tapi semua tak terjadi saat kami datang tepat waktu, karena semua panik mereka kabur membawa Rhea tidak dengan Elvina, kami mencoba mengejarnya tapi kami terlambat mereka sudah menusuk perut Rhea, dan mendorongnya ke jurang, kata dokter juga Rhea kehabisan darah dan meninggal diperjalanan menuju rumah sakit, maaf om kami terlambat menyelamatkan mereka."Ucap sagara panjang lebar menunduk menyesal, mengapa ia tak menyelamatkan gadis itu dengan cepat, tapi dia senang melihat gadis itu sadar dari kematiannya.

"Ini benar-benar berkat tuhan, Rhea dikasih kesempatan hidup sekali lagi."Ucap Gauri tersenyum.

"Oke, jadikan ini pelajaran sama kalian, agar besoknya lagi gak ada kejadian kaya gini, belum tentu siapa pun itu seperti Rhea"Ucap pria baya itu dan menatap mereka yang menunduk merasa bersalah

"Afzal, dokter Irene sudah datang?" Tanyannya kepada sang putra.

"Udah pih, dia lagi meriksa adek."Jawabnya dan dibalas anggukan pria paruh baya tersebut.

"Lebih baik kalian pulang, om yakin kalian capek dari kemarin, mencari Rhea dan Elvina, berantem terus saling menyalahkan atas meninggalnya Rhea, terus ditambah kalian gak ada istirahatnya, pulang, istirahat, besok kalian juga harus sekolah gak ada libur-libur lagi."Titah paruh baya tersebut mutlak. Mereka mengangguk dan berpamitan pulang ke rumah masing-masing.

Tinggallah pemuda dan pria paruh baya itu disana.

"Papi minta sama abang, mulai sekarang jaga Rhea lebih ketat lagi, walaupun Rhea jago bela diri tapi tak menapik kejadian kaya gini ke ulang lagi, papi gak siap kehilangan salah satu dari kalian, mau mami, abang atau pun adek kalian prioritas papi sekarang."Ucap papi dan menepuk pundak pemuda tersebut beberapa kali.

"Iya pi, abang bakal jaga Rhea. Rhea prioritas abang mulai sekarang."Ucap pemuda itu mantap.

"Papi bakal cari tau kasus ini, papi yakin bukan hanya musuh geng kalian saja tapi ada dalang dibalik semua ini,"ucapnya dan berlalu menuju kamar putrinya yang sedang di periksa oleh dokter.

Pemuda itu mengikutinya di belakang sambil memikirkan perkataan papinya.

...Diketik : Pemalang 05 Oktokber 2022...

...Revisi : 1 Januari 2024...

So, gimana sama chapter dua ini, gaes jangan lupa ya untuk komen dan juga Vote lalu like, atau jika kalian baik rekomendasikan cerita ini ke teman kalian yang menyukai cerita time travel, Gaes jangan lupa follow akun Sha ya atau sosial media Sha.

Ig : maerysha_saa. Follback? Dm aja.

Terpopuler

Comments

Tuxepos Jasmine

Tuxepos Jasmine

gw klo jd keluarga nya rhea jg pasti panik bgt liat rhea hidup lg🙉🙉🙉 apa ini yg disebut mati suri??

2024-02-13

0

Tuxepos Jasmine

Tuxepos Jasmine

kebayang gak sih lo lg kumpul krn dikira tmn atau saudara lo meninggal trus dia hidup lagi gmn panik nya???🙈🙈🙈🙈

2024-02-13

0

Îen

Îen

feeling gw yg jahat malah elvina....🤔🤔🤔🤔🤔

2024-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!