Penelusuran Gaib Rania
Setelah lulus kuliah, aku dan Wati memutuskan untuk merantau di Kota Jakarta. Dan di hari kelima kedatanganku di Kota ini, aku harus di sibukan dengan urusan pekerjaan. Di dalam sebuah kantor dengan suasana yang sangat ramai. Nampak masing-masing orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku sedang memikirkan sesuatu yang mengganggu pikiranku, mataku menatap lurus pada kertas memo yang tepat berada di hadapanku. Sebuah kertas dengan warna biru bertuliskan“Catatan Rania". Aku membolak-balikan lembaran dalam jurnal, namun tiba-tiba panggilan seseorang mengejutkan diriku.
“Rania. Ngapain sih lu? Itu telepon di meja lu bunyi dari tadi,” katanya dengan nada suara ketus.
“Oh iya. Sory, sory.” Aku yang merasa tidak enak hanya bisa melemparkan sedikit senyuman.
Rekan kerjaku itu kembali ke mejanya, dan ia hanya membalas senyumanku dengan menggelengkan kepalanya.
Aku, Rania Putri Sejagad. Yang baru saja lulus kuliah, lalu mencoba peruntungan di Ibukota. Dan sekarang sedang meniti karir di bidang jurnalistik. Karena masih awam dengan lingkungan dan pekerjaan baruku, memang sering kali aku melamun saat sedang dalam tekanan pekerjaan.
Apalagi, jika ada kasus rumit atau masalah pelik yang sedang aku hadapai dalam hidup. Namun entah apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Sesuatu sedang mengganggu pikiranku. Sesuatu yang seperti ingin menyeruak keluar dari dalam kepalaku, tetapi terganjal oleh sesuatu yang lain. Sehingga, aku sendiri tak tahu apa yang sedang mencoba keluar dari dalam kepalaku. Aku menggelengkan kepala dengan berucap lirih pada diriku sendiri “Fokus Rania, ayo fokus!”
Aku mengangkat telepon, suara di ujung sana berkata dengan nada suara keras tepat di telinganya. “Setan lu!” ucapku sedikit menjauhkan gagang telepon dari telinga.
“Lu ngapain sih dari tadi enggak di angkat-angkat?”
“Iya sorry, gue tadi di kamar mandi soalnya.” Jawabku dengan menjepit gagang telepon di antara bahu dan kepala. Tanganku sibuk mencoret-coret buku jurnal dengan pena yang ku temukan di atas meja.
“Jadi begini Ran!” ucap perempuan di ujung telepon sana, kali ini suaranya terdengar serius. “Gue baru aja dapat kabar, kalau ada penemuan mayat di sebuah rumah kosong di deket kota tua. Nah lu kan anak baru disini, biar ada pengalaman yang lebih antimainstream lebih baik lu aja yang pergi kesana. Apalagi gue denger dari Wati, lu bisa ngeliat makhluk yang engga kasat mata kan. Siapa tau kalau lu yang meliput berita ini, lu bisa dapetin hot news. Jadi gimana nih, lu bisa kan ngecek sekaligus ngerilis berita ini jadi headline besok. Lu bisa kan pergi kesana sekarang?”
“Se sekarang, Mbak?”
“Ya iyalah Rania, masa nunggu tahun depan? Keburu berita ini jadi basi dan gak bisa jadi hot news lagi.”
Hening. Aku berpikir, entah apa yang akan ku temui disana nanti. Entah suatu keberuntungan atau kesialanku memiliki bakat mistis seperti ini. Yang jelas, sekarang bukan hanya hantu yang akan meminta tolong padaku. Tapi manusia di sekitar ku juga akan memintaku untuk berurusan dengan mereka yang tak kasat mata. Entah perasaan tidak enak apa yang ku rasakan saat ini, aku memiliki perasaan yang buruk. Tentu saja aku bisa memprediksinya, karena berhubungan dengan mayat tak akan jauh dari hal-hal gaib dan makhluk tak kasat mata.
“RANIAAAA!!!” teriak si perempuan di ujung telepon sana.
“Gimana lu bisa pergi kan?”
“Iya, Mbak bisa kok. Gue siap-siap dulu ya, alamat tepatnya dimana Mbak?” aku mempersiapkan kertas di jurnal, dan aku pun tertegun menatap coretan di buku jurnal ini.
“Sejak kapan aku menulis ini.” Batinku bertanya-tanya.
“JALAN KUNTI SEKITAR KOTA TUA DI DEPAN POHON BERINGIN BESAR.”
“Pokoknya lokasinya di sekitar kota tua, depannya ada pohon beringin besar. Pasti lu bakal gampang nemuin lokasinya, apalagi bakal banyak mobil polisi di sekitar sana.”
Aku terdiam, tak menyahuti ucapan perempuan itu. Ku pandangi kertas jurnal dengan letak lokasi yang disebutkan barusan. Seakan ada bisikan gaib yang meminta ku menulis alamat tersebut. Aku menghembuskan nafas panjang, kali ini liputan berita ini tak akan seperti berita pada umumnya, batinku di dalam hati.
“Pokoknya gue mau lu dapat detail kasusnya, kalau bisa identitas mayatnya juga. Gue mau kita lebih di depan dari media lain. Lu paham kan Ran, maksud gue?”
“Iya Mbak, gue paham kok.”
“Oke gue tunggu laporannya nanti malam. Thanks ya Ran, selamat bekerja dan semoga beruntung.”
Setelah mengakhiri percakapan di telepon, aku hanya terdiam menatap jurnal yang bertuliskan alamat penemuan mayat itu.
.
.
Aku melangkah turun dari dalam mobil setelah menempuh dua jam perjalanan, karena kemacetan yang sangat panjang di sepanjang perjalanan. Aku menatap sekeliling, tempat ini sangat jauh dari permukiman padat penduduk. Karena di sisi kanan dan kiri hanya ada bangunan-bangunan tua peninggalan bangsa Belanda. Aku menyipitkan kedua mataku ketika melihat sekelebatan bayangan hitam, di balik rerimbunan pepohonan. Hantu perempuan dengan gaun putih dan rambut panjang yang menjuntai ke tanah. Nampak kakinya sedang berayun-ayun. Selama ia tak mengganggu pekerjaan ku, aku pun akan mengacuhkannya. Aku kembali berpikir, apakah mayat itu benar-benar korban pembunuhan, sehingga harus ditemukan di tempat seperti ini?
Berbekal kartu jurnalis yang aku miliki, aku mendekati salah satu petugas kepolisian yang sedang berjaga di depan garis kuning. Tempat ini ramai dipenuhi orang-orang yang penasaran dan ingin melihat siapa mayat yang ditemukan disana.
“Anda mau apa?” kata petugas polisi yang berjaga setengah membentakku.
“Saya dari media pak, mau meliput.”
“Maaf anda tidak boleh masuk.”jelas si petugas dengan nada suara yang tegas.
“Tapi pak, saya dari media.”
Tanpa menunggu penjelasan, petugas itu berkata padaku dengan nada lebih keras dari sebelumnya. Sampai orang-orang yang ada disana memperhatikan kami.
“Saya tegaskan pada anda, jika tidak ada jurnalis yang diperbolehkan meliput disini. Dan ini atas perintah langsung dari komandan saya.”
“Tapi Pak, saya dari media!”
“Lalu?” Petugas polisi itu memandangku dengan sorot mata yang tajam.
“Saya harus menyampaikan ini pada masyarakat kalau ada penemuan mayat tanpa identitas yang kemungkinan, ada keluarga nya yang sedang mencari kabar beritanya.”
“Saya tegaskan! INI PERINTAH DARI ATASAN SAYA!" Lagi-lagi petugas itu berbicara dengan nada keras.
Aku menghela nafas panjang, resah dan gelisah. Hawatir tak akan mendapatkan informasi apapun. Aku menatap ke berbagai arah, nampak kerumunan orang saling bergumam satu sama lain, melihat gelagat sengit antara aku dan si petugas kepolisian. Memang agak aneh, biasanya tak pernah sesulit ini untuk masuk ke TKP. Aku melenggang pergi, kedua mataku menatap si petugas dengan sorot mata tersinggung.
Tak kehilangan akal, aku pergi mewawancarai beberapa orang yang ada di sekitar TKP. Beberapa di antara mereka mengaku bahwa gedung tempat penemuan mayat itu sangat angker, dan tidak ada yang berani masuk ke dalam sana. Karena itulah mereka penasaran, bagaimana bisa ada seseorang yang menemukan mayat di dalam gedung tua itu. Namun beberapa orang mengaku pernah memergoki seseorang dengan tubuh tinggi besar menyelinap masuk ke dalam. Dan saat dicari, orang tersebut hilang, lenyap begitu saja.
“Seseorang yang bertubuh tinggi besar, menghilang begitu saja?” gumamku seraya menulis di jurnal.
Apakah seseorang yang dimaksud benar-benar manusia atau makhluk tak kasat mata? Batinku mencerna penjelasan para narasumber.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Lena Sari
Nemu LG cerita yg bagus,,semangat thor.
2023-09-19
3
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-05-26
0
Rasti Rasti
thoor aku udah mampir jangan lupa mampir di karya aku. "LENTERA"
2023-03-16
0