Legenda Penjaga Gerbang Timur
"ini seperti melepaskan anak singa di antara gerombolan anjing hutan," -****Zhou Ming 1307.
Hari ke 90, musim gugur, di tahun kirin api, hutan tua lapisan terluar Gerbang Timur.
"gaaakkkk...... gaaakkkk" suara burung gagak memekakkan telinga.
Sang Penguasa siang tidak menampakkan dirinya karena langit ditutupi mendung tipis yang tidak berujung, pepohonan tua yang lusuh bersenandung murung, mata setajam pedang dari ratusan gagak sedang menunggu dengan tidak sabar, seolah akan tahu beberapa saat lagi hal mengenaskan akan terjadi, dan tentu saja diawali dengan jerit kematian dan darah, kabut kesedihan kembali menyelimuti wajah bumi ini, hari yang buruk untuk menarik nafas terakhir sebelum menutup mata.
Seorang pria bertubuh tinggi kekar berdiri dengan gagah, memimpin 8 ribu pasukan yang terlihat begitu siaga dengan segala perlengkapan perang mereka, dan pria kekar itu berteriak kencang sambil menatap ke atas bukit yang ada di belakang dari pasukan besar itu. tampak seorang prajurit sedang mengibarkan bendera merah, dan puluhan genderang mulai di pukul.
"duuuung.... duunnnggg...... duuungggg"
"apa kalian mendengar nya!????"
"aku bertanya, apa kalian mendengar?" teriak pria kekar itu lagi dengan suara Guntur yang menggelegar.
"huaa..... huaa...... huaaaa," jawab seluruh pasukan itu sambil menghentakkan kaki dan ujung gagang tombak mereka ke tanah, membuat suasana begitu berderu bergemuruh.
seluruh pasukan terlihat begitu beringas, rambut yang sedikit terlihat dari balik pelindung kepala, kumis juga jenggot yang tidak terawat, sorot bata yang buas, dan gigi kotor yang menghitam menunjukkan mereka sudah terbiasa bertahun-tahun di Medan perang, bekas-bekas luka di wajah mereka menambah mengerikan nya pasukan itu.
Pria kekar meletakkan telapak tangannya di sekitar telinga nya, dengan salah satu mata setengah terpejam seperti isyarat tidak mendengar, dan kembali ke delapan ribu pasukan itu mengulangi jawaban mereka dan kali ini jauh lebih kencang membuat pria kekar itu tersenyum puas.
"bagus, itu yang di sebut semangat, sekarang kalian lihat bendera itu? itu adalah tanda bahwa kita di perintahkan untuk menyerang, jadi tidak ada lagi kata mundur saat ini, siapkan diri kalian untuk mati," teriak pria kekar itu dan mendekati seorang prajurit nya yang memegang busur.
Pria kekar itu dengan cepat menyambar busur dan mencabut sebuah dua anak panah secara bersamaan dari prajurit nya, dan dengan sekali gerakan berbalik badan dan melepaskan anak panah ke arah hutan tua di depan nya, di waktu hampir bersamaan.
Sssswuuuussssshhhh....
zreeebbbbbb......
sebuah anak panah menembus pergelangan kaki seseorang di atas pohon, membuat orang itu sedikit bergoyang dari tempat nya bersembunyi, tetapi masih bisa menahan pegangan nya, namun sayang kepalanya sedikit terlihat oleh mata pria kekar itu, mata pria kekar itu seperti gerakan lambat mulai terpejam dan tangan nya melepas anak panah berikut nya.
Sssswuuuussssshhhh.....
zreeebbbbbb......
anak panah kedua menancap di leher orang itu dan membuat nya terjatuh.
Semua prajurit di tempat itu melebarkan mata mereka sambil menahan nafas, melihat seseorang yang memiliki penglihatan begitu tajam, dan kecepatan melepaskan anak panah seperti tanpa membidik sama sekali terlebih dahulu dan tepat mengenai sasaran nya, mereka begitu takjub dengan kemampuan pemimpin mereka.
pria kekar itu sedikit tersenyum seperti begitu senang melihat reaksi bawahan nya dan mengembalikan busur itu kepada prajurit tadi,
"jadi, apa yang kalian tunggu, buat formasi dan ratakan gerbang Timur," teriak pria kekar itu begitu lantang, sambil menunjuk hutan di depan nya.
"Huaaa..... huaaaa.... huaaaa...." suara bergemuruh itu terdengar lagi dan begitu memekakkan telinga, seluruh pasukan itu mulai membentuk formasi.
Ribuan panji-panji terlihat berkibar mengiringi langkah pasukan itu, mendekati hutan tua di gerbang Timur, saat tinggal 10 langkah lagi masuk ke mulut hutan tiba-tiba,
"jeduuubbbbbhh...."
Bumi seperti tertimpa gunung, gelombang energi seperti riak air keluar dari pinggiran hutan itu, menghempaskan dedaunan dan ribuan burung menjauhi hutan itu, tanah terasa berguncang, meski hanya sekali, tetapi getaran itu menggetarkan hingga ke dasar hati mereka, membuat pasukan itu berhenti untuk sesaat dan saling menatap kawan mereka, seperti bertanya mahluk apa yang sedang mengunggu mereka di dalam hutan tua itu.
Angin tiba-tiba berhembus ke arah sebaliknya, panji-panji mereka berkibar ke arah berlawanan dari sebelumnya, hawa dingin mulai menyusupi kedelapan ribu pasukan itu hingga ketulang mereka.
Pria kekar yang sebagai pemimpin itu mengepalkan tangannya,
"prajurit teruslah melangkah meski didepan kalian neraka sekalipun, kita sudah begitu sering menghadapi keadaan seperti ini, dan kita selalu memenangkan nya, ingatlah ini bukan apa-apa," ucap pria kekar itu dan melangkah paling awal memasuki hutan itu,
Mereka memasuki hutan pria kekar itu melihat seorang pria yang tertelungkup, sedang berusaha menggerak-gerakkan tangan nya di tanah, sambil berkubang darah yang masih mengucur dari leher nya, dan anak panah yang masih tertancap di lehernya.
Pria kekar itu menendang pemuda itu, Hinga terlempar cukup jauh ke dalam hutan, dan kini posisi terbaring mengahadapi ke langit-langit hutan, pria kekar itu berjongkok di dekat wajah pemuda itu, sambil menatap mata pemuda itu penuh kecongkakkan.
"melihat usaha mu merangkak cukup jauh, kau seperti nya begitu takut akan kematian mu, katakan apa kau memiliki nama?" tanya pria kekar itu masih dengan senyum mengejek.
Pemuda yang terluka itu tersenyum tampak bibir nya yang penuh lumpur bercampur darah, jemari nya yang kotor bergerak seperti isyarat agar Jendral itu mendekat.
"bukankah barusan kalian sudah diperingatkan, hikhikhik...," terdengar suara tawa yang terhalang darah di bibir pemuda itu.
Jendral kekar itu menatap dalam-dalam pemuda itu,
"aku akan mengampuni jika kau menunjukkan arah ke tempat tuan mu," ucap Jendral itu yang melihat beberapa jalan yang bercabang.
"cuuhhhh...." suara meludah dari bibir pemuda yang terbaring itu kearah wajah pria kekar itu, namun tenaganya begitu lemah hingga ludah darah yang keluar dari bibirnya kembali menimpa wajah nya sendiri.
"melihat jawaban mu, seperti nya aku salah, kau sama sekali tidak takut mati, baiklah... aku akan mengabulkan nya," ucap pria kekar itu dan berdiri, dan seperti tidak memiliki rasa iba pria kekar itu menginjakan kaki kanan nya ke leher pemuda itu secara perlahan menekan nya sedikit demi sedikit.
"mmmm..... eekkkkk... ekkkk ....aahhhh..." hanya itu yang terdengar keluar dari bibir pemuda itu, berlumuran darah bergelembung.
kreekkkk....." seperti suara kayu patah terdengar.
pria kekar itu sudah menghancurkan tulang leher beserta anak panah yang masih menancap di leher pemuda itu, dan dengan tenang nya melangkah masuk kedalam hutan lebih dalam.
"dia benar-benar mengerikan," bisik salah satu prajurit kepada temannya.
Di atas bukit tempat prajurit mengibarkan bendera merah, terlihat lambang kerajaan Wei terpasang begitu besar, ribuan tenda sudah berdiri dalam waktu yang cukup lama, ini terlihat dari rumput dan jalanan yang sudah keras akibat sering di gunakan, dan bahkan sebagian dari tenda itu sudah terlihat seperti pemukiman, lengkap dengan sarana dapur yang kokoh, dan juga peternakan nya.
Seorang panglima perang, dan tidak kurang dari 35 ribu pasukannya sedang mengamati 8 000 rekan baru mereka sedang menyerang Gerbang Timur dengan semangat berapi-api, dan sekarang sepenuhnya sudah memasuki hutan tua itu.
wajah mereka terlihat penuh harapan mengingat jendral Qing Chen terkenal begitu ganas dan memiliki pasukan yang sangat kuat.
Jendral Qing Chen dan 8.000 pasukan nya sebenarnya bukan lah pasukan dari kerajaan Wei, Jendral Qing Chen adalah bantuan dari kekaisaran Qing yang selalu secara diam-diam membantu kerajaan Wei dalam setiap pertempuran.
Namun harapan mereka mulai berubah drastis menjadi kecemasan, saat melihat kabut tebal mulai turun ke hutan tua di gerbang Timur, karena kabut itu begitu mereka takuti, mimpi buruk selama delapan tahun terakhir bagi siapa saja yang ingin menyerang gerbang Timur, dan kabut itu adalah milik Sang Penjaga Gerbang Timur.
"kaa- kaa- but iblis," ucap salah seorang prajurit dengan mulut bergetar hebat, dan diikuti dengan riuh para prajurit lain nya, membuat sang panglima begitu menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafas panjang nya.
Di sudut lain kabut tebal itu menyelimuti pepohonan-pepohonan yang sudah terlihat begitu tua, sang Jendral tersenyum seperti sudah tahu akan hal ini.
"oohhh, kenapa kabut bodoh ini begitu terkenal," guman Jendral Qing Chen, dan mengangguk ke arah pasukan nya.
Beberapa prajurit melompat ke depan secara bersamaan, melakukan sedikit tarian dan sekali hentakan, bola-bola api mulai terlempar dari tinju mereka.
blaaarrr.....
blaaarrr.....
Ratusan bola-bola api menghantam pepohonan, dan menempel di dahan pohon -pohon tua itu, membuat tempat itu sedikit terang, dan dari luar terlihat kabut itu berwarna merah kekuningan karena api dari pasukan Jendral Qing Chen.
Jendral Qing Chen mulai melangkah lagi, di ikuti oleh pasukan nya, namun hanya berselang beberapa langkah sebutir salju melayang di depan matanya,
"Salju?" batin Jendral Qing Chen.
Dan api dari pasukan itu mulai meredup karena salju turun semakin deras, dan tidak kurang dari setengah jam api itu seluruhnya telah padam.
Kini langkah para prajurit yang awalnya begitu bersemangat dan lincah kini mulai melambat, wajah mereka terlihat mulai memucat, meski hawa begitu dingin namun bulir-bulir keringat membasahi kening mereka dan mata mereka saling bertatapan sesekali, jelas sekali kepercayaan diri mereka sepenuhnya sudah lenyap.
Jendral Qing Chen sudah cukup lama memasuki hutan, namun belum menemukan keberadaan pasukan dari kerajaan lawan, kedelapan ribu pasukan nya sudah tercerai-berai akibat kabut tebal itu, dan semakin lama suasana semakin remang.
"ini petaka," guman Jendral Qing Chen pelan.
Telapak tangan Jendral Qing Chen terbuka dan diangkat di sebelah wajah nya, sebagai isyarat agar pasukan yang mengikuti nya berhenti.Matanya menatap tajam sosok yang berdiri membelakangi nya tidak jauh dari tempat nya, dan semakin dekat Jendral Qing Chen mencium bau darah yang begitu pekat dari pemuda itu.
"katakan, apa kau si pengecut Penjaga Gerbang Timur itu?" tanya Jendral Qing Chen, matanya menatap sekeliling mencari pergerakan, namun mata tajam nya hanya melihat kabut tebal dan bayangan batang-batang pohon yang dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
shadow life
yes
2024-09-13
0
sri sunartun
ahir nya aku menemukan karya outhor izzyl
2023-10-31
0
Sei
ouhh
2023-06-12
0