Tiba-tiba dia dibangunkan oleh notif ponselnya. Ternyata tidur siangnya kembali terganggu. Dengan mata baru terbuka setengah Alexa membuka ponselnya. Temannya sesama jurnalis memberitahu akan ada demo di depan gedung pemerintahan.
Alexa buru-buru ke kamar mandi, dalam hati dia meragukan SMS temannya. Kenapa tiba-tiba sekali, biasanya sudah dari dua minggu info demo. Tidak masuk akal. Untuk menghapus kecurigaannya lebih baik dia datang saja, siapa tahu dapat berita bagus. Hitung-hitung tebar pesona. pikirnya.
Celana jeans pensil dan T-shirt putih, sepatu Sneaker serta topi Egle. Dia tidak ingin menjadi perhatian banyak orang, sebab kecantikannya selalu mengundang decak kagum. Tinggi badan 172 cm, dengan kulit putih mulus, glowing. Bibir ranum dan mata bersinar terang. Untuk menutupi badannya yang sexy Alexa memakai jaket panjang.
Lengkap sudah, dia keluar dengan tas ransel model Army. Sudah menjadi kebiasaan kalau ada demo, dia tidak akan membawa mobil. Lebih baik naik ojol. Aman dari huru hara.
Pukul. 16.15 wita, Alexa sudah sampai di kerumunan masa yang berada di depan gedung pemerintahan. Banyak juga yang demo, dan ada mahasiswa.
"Dari perguruan apa kak?" tanya Alexa kepada seorang pemuda yang ada di sebelahnya. Dandanannya seperti dirinya, pakai masker, sarung tangan, topi.
"Sudah tamat mbak, lagi nganggur." jawab pemuda itu slengean, matanya terus menatap ponselnya. Anak muda korban handphone. Dia tidak urus di sekelilingnya.
Alexa mengikuti pendemo sambil merekam apa yang terjadi. Dia juga ikut berteriak atas kenaikan harga BBM. Perasaannya ikut terbawa emosi saat polisi mulai menghalau para pendemo.
Diam-diam gabril dan jordy mendekati Alexa yang sibuk merekam apa yang terjadi. Setelah berada di sebelahnya Jordy dan Gabril pura-pura ikut marah dan jengkel terhadap polisi. Mereka berteriak lantang dan mengacungkan kayu. Tentu saja polisi menyemburkan gas air mata ke arah mereka.
Para pendemo lari kocar kacir. Alexa sendiri berusaha menutup matanya dan berlari ke belakang. Tidak urung matanya perih tanpa mampu melihat. Gabril dan Jordy pura-pura menolong Alexa.
"Siapa kau?" tanya Alexa sambil menepis tangan yang memegangnya.
"Kita berlindung ke mobil, mataku juga perih." kata Jordy menarik lengan Alexa ke mobil.
"Cepat masuk, polisi menembaki kita!! kita harus keluar mencari tempat berlindung." terdengar suara lelaki yang berbeda. Tubuhnya di dorong ke mobil. Suara pintu mobil ditutup keras. Jdeerrr....
Mobil melaju dengan kencang, Alexa mulai bisa melihat samar walsupun matanya tetap perih.
"Kita mau kemana? siapa kalian?" Alexa mulai merasa curiga karena tampang lelaki yang berada disamping tidak menunjukkan, bahwa mereka seorang mahasiswa.
"Kita kemarkas." jawab lelaki itu sambil tangannya menyemprotkan semacam cairan face mist ke wajah Alexa.
Seketika Alexa berteriak menutup wajahnya, badannya roboh ke jok mobil. Mobil melaju lebih kencang melewati banyak desa. Terakhir mobil naik ke sebuah bukit flintstone. Bukit batu api korban letusan gunung.
Mobil SUV itu menanjak mengikuti jalan enam meter menuju crested hill. Sepanjang jalan terlihat jejeran pinus balfouriana yang langka. Dua setengah jam perjalanan mobil memasuki kawasan terlarang atau forbidden area milik Alvaro Ady Mema.
Pintu gerbang hitam yang kokoh itu, terbuka secara otomatis saat sensor mendeteksi mobil tuan rumah. Mobil masuk ke dalam rumah dengan mulus. Sepuluh orang laki-laki berpakaian hitam-hitam berbaris menunggu pintu mobil terbuka.
"Angkat gadis itu, bawa ke kamar Tuan tidak boleh ada yang "menyentuhnya" atau coba-coba mencelakainya. Suruh salah satu pelayan mengurusnya." tiba-tiba Marchel muncul. Dia ikut ke kamar untuk memastikan wajah gadis yang ditangkap.
Marchel Gamayo adalah kepercayaan Alvaro, lebih tepatnya tangan kanan Alvaro. Mereka sahabat sejati yang sudah seperti saudara kandung. Sulit dipisahkan. Alvaro sangat percaya kepada sahabatnya ini.
Sedangkan Marchel merasa berhutang budi kepada Alvaro. Tanpa bantuan Alvaro, Marchel sudah tinggal nama, saat orang tuanya menjadi korban rentenir. Waktu itu hanya Alvaro yang menolongnya.
Dia memperhatikan wajah gadis yang dalam keadaan terlelap karena obat bius. Hatinya berdesir memandang wajah Alexa yang cantik mempesona.
"Kalian jaga di luar, suruh seorang pelayan menyiapkan teh hangat untuk gadis ini. Tidak lama lagi dia akan siuman." perintah Marchel.
"Siap bos, saya mohon diri."
Marchel segera membuka ponselnya serta menelpon Alvaro.
"Hallo bos, "barang" sudah ada di kamar."
"Aku segera pulang." jawab Alvaro di seberang sana.
Alvaro keluar dari ruangannya, berjalan dengan langkah panjang. Dia ingin cepat pulang memberi pelajaran kepada gadis itu. Bila perlu tangannya sendiri yang akan melenyapkannya. m
Perjalanan yang memakan waktu cukup lama membuat Alvaro lebih cepat memacu mobilnya. Dia sangat penasaran dengan gadis yang ingin menjatuhkannya. Jangankan seorang gadis, pejabatpun bisa dia lenyapkan dengan mudah. Jurnalis itu rupanya tidak sayang pada nyawanya.
Matahari hampir tenggelam, sebentar lagi malam. Alexa membuka matanya. Dia cepat bangun dan meloncat turun. Seorang wanita berseragam pelayan menatapnya dengan tajam.
"Sore nona, silahkan nona kembali ke tempat tidur."
"Dimana ini, aku tídak sakit kenapa harus tidur."
"Crested hill. Nona sekarang berada di Menssion Tuan Alvaro Ady Mema."
Degg!! jantung Alexa berdegup kencang. Dia tidak menyangka berada di kandang macan. Dia sangat tahu dan mengenal kiprahnya. Walaupun tidak pernah bertemu, nama Alvaro sering menjadi momok menakutkan di dunia bawah.
"Aku mau pulang!!"
"Nona tidak bisa keluar dari sini sebelum Tuan Alvaro datang."
"Aku tidak sudi bertemu dengan manusia iblis itu....."
"Nona hati-hati bicara, kalau di dengar Tuan, nona bisa habis."
"Aku tidak takut dengan Tuanmu yang brengsek!!" pekik Alexa kesal.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Mata Alexa berkilat memandang siapa yang datang. Giginya gemeretuk menahan marah, ketika memandang ke ambang pintu. Dia tahu yang datang adalah bos mafia yang di carinya, tidak salah lagi.
"Pelayan keluar." hardik Alvaro.
"Siap Tuan." kata pelayan itu cepat menyingkir.
Semua pelayan dan pengawal takut kepada Tuan Alvaro, karena dia tidak segan-segan membunuh siapapun yang membangkang perintahnya. Jika wanita dia akan menjadi pelampiasan nafsu Alvaro.
"Kau tahu dengan siapa berhadapan? tundukkan kepala kau!!"
"Jangan ngelucu Alvaro, kau bukan hidup di zaman kuda gigit besi. Kau kira semua orang takut padamu? berkacalah." Alexa mengedikan dagunya dan berkata dingin. Matanya yang coklat menatap tajam.
Alvaro terdiam sesaat. Dia tidak menyangka mendapat sambutan sadis dari mulut gadis itu.
"Hahaha...rupanya kau tidak tahu siapa aku, atau aku perkenalkan diriku dulu, supaya mulutmu bungkam." sehabis berkata begitu tangan Alvaro yang kekar dan badannya yang tinggi tegap menangkap tubuh Alexa dan melemparnya ke kasur.
Bukan Alexa namanya kalau dia tidak melawan. Badannya langsung melengkung seperti ulat mylasis, kaki kirinya menendang Alvaro.
"Duugg!!"
Badan Alvaro bergetar, dia selangkah mundur. Wajahnya merah membara menahan marah.
"Brengsek!! kau berani melawanku, kau harusnya dienyahkan!!." teriak Alvaro menubruk badan Alexa di ranjang. Dengan luwes Alexa berkelit, sayang sekali rambutnya yang sepinggang ditarik oleh Alvaro.
"Lepaskan...kau beraninya pegang rambut, dasar cemen..." teriak Alexa berbalik dan menjambak rambut cepak Alvaro. Kakinya menjepit tubuh Alvaro dan mulutnya serta merta menggigit leher laki-laki itu.
"Aahhh...." Alvaro kaget dan menolak wajah Alexa. Badannya yang kekar langsung menindih tubuh Alexa yang ramping.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
alexa cewek jagoan kereeeen
2022-12-26
3
Siska
cewek pemberani Alexa, Alexa wanita tangguh good lanjutkan
2022-12-19
4
🍾⃝ͩʙᷞʏͧ𐐩ᷠ»ͣ❣--ʜ֟͜͡ᴠ--
di Silent dong..biar tidurnya gk keganggu
2022-12-19
3