Sama sama demit

...~Happy Reading~...

“Lo bukan anak pungut, tapi anak setan!” saut Kiano yang sudah hilang kesabaran.

“Kalau gue anak setan, lo itu anak iblis!” balas Kaila tak kalah kesal.

‘Di antara tante Kiara dan om Kaisar mana yang setan dan iblis?’ tanya Vito berbisik di telinga Victor.

‘Entahlah, tapi yang gue tau, mereka sesama demit,' jawab Victor menahan tawa nya bersama Vito.

“Lo pergi sekarang, atau duit nya gue minta lagi?” ancam Kiano.

Ketika kedua saudara kembar itu sedang berdebat dan beradu argumen. Tanpa keduanya sadari bahwa sejak tadi ada sosok laki laki baru yang terus menatap tanpa berkedip ke arah keduanya. Bukan, mungkin lebih tepatnya menatap ke arah Kaila, dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Udah udah cukup!” seru Victor melerai perdebatan, “Kai, mending weekend besok lo ikut kita aja deh. Daripada lo pusing di asrama,” imbuh nya.

“Enggak! Kemana?” ucap Kaila dan Kiano bersamaan.

Victor pun langsung menyengir kuda ketika melihat Kiano yang sudah menatap nya dengan tajam, “Kita mau ke—emmtt ... “

“Kita mau naik gunung, mau ikut gak?” sambung Vito yang sejak tadi diam, kini ikut bersuara.

“Kemana?” tanya Kaila antusias.

“Kalian jangan coba coba, atau bakalan nyesel!” kata Kiano memberikan peringatan keras pada sahabat nya.

“Astaga No, lo jahat banget, mau liburan gak mau ngajak ngajak gue. Sungguh kejam nya dirimu,” kata Kaila penuh drama.

Ekspresi wajah Kaila memang sangat mudah berubah. Bahkan, ia bisa menampilkan beberapa ekspresi berbeda hanya dalam satu waktu. Hanya dalam hitungan detik, seketika mood nya langsung berubah dan membaik ketika mendengar kata liburan, tanpa perduli kemana arah tujuan nya.

"Terserah!" kata Kiano dengan ketus.

Deg!

Saat sedang mencoba merayu Victor dan Vito, tiba tiba mata Kaila tanpa sengaja menatap laki laki yang sedang duduk di samping Vito. Kaila terdiam, ia kembali menatap wajah yang menurut nya tak asing tersebut Seperti pernah melihat namun ia lupa dimana dan siapa.

“Dia temen baru lo?” tanya Kaila setengah berbisik.

“Gak usah macem macem! Jangan kegatelan sama cowok!” cetus Kiano kesal yang tahu bahwa adik kembar nya itu begitu mudah jatuh cinta, namun juga begitu mudah patah hati.

“Anjirrt itu mulut woy!” seru Kaila tak terima di katakan seperti itu oleh Kiano.

“Kalau gak gitu apa namanya? Lo patah hati, mabok gak jelas, muntah dimana- mana, terus bongkar masalah rumah tangga orang dan sekarang lo bikin kita semua di buang kesini! Mau ngomong apa lagi lo, hah!"

“Gak ada gue mau ngomong. Orang gue mau pergi!” cetus Kaila lalu segera beranjak dari tempat tongkrongan Kai sebelum ada perang dunia kembali.

Kiano memang pendiam dan jarang berbicara, namun bila sudah kesal dan bertengkar dengan Kaila. Laki laki itu tidak pernah memandang tempat. Pernah ada satu kejadian saat dulu mereka sempat liburan ke puncak satu keluarga.

Kiano yang memang sudah kesal dengan tingkah Kaila akhirnya berniat mengerjai adik nya, namun hal yang tak ia duga, justru karena kesalahan nya malah membuat Kaila masuk rumah sakit dan hampir meregang nyawa. Rasa bersalah terus terasa di hati Kiano, maka dari itu ia sebisa mungkin mengontrol emosi nya dan membiarkan Kaila berkata apapun selama masih dalam batas wajar.

Dan itu juga yang menjadi alasan utama Kiano mengapa ia rela ikut pergi ke Jogja menemani Kaila, karena ingin menebus kesalahan nya dulu.

Dan sebisa mungkin, Kiano akan mencegah agar tidak terjadi kejadian yang tak di inginkan, seperti tempo hari yang ia kecolongan sampai membuat Kaila masuk club malam dan mabuk. Rasanya Kiano sudah tidak mau lagi menghadapi rasa sakit hati Kaila, yang sudah membuatnya terdampar di kota itu sekarang.