Meminta sumbangan

...~Happy Reading~...

Hari berganti hari, kini tanpa terasa Kaila dan teman teman nya sudah hampir satu bulan beradaptasi dengan tempat baru. Kaila dan yang lainnya pun sudah mulai pasrah dan menerima keadaan, karena percuma merengek dan meminta belas kasih kepada orang tua. Yang ada nomor mereka malah di blokir secara masal oleh orang tuanya.

Dan kini, keempat remaja itu benar benar seperti anak terbuang yang tidak di anggap oleh keluarga nya. Uang semakin menipis, di tambah kebutuhan juga begitu banyak, lantaran belum terbiasa mengurus keuangan.

“Sumpah, lama lama gue mati kalau begini,” keluh Kaila langsung menyandarkan kepala nya di meja kantin.

“Tenang, kalau mati gue bantu kubur!” kata Salsa mendengus.

“Sialan lo!” cetus Kaila langsung melemparkan sedotan bekas ke arah Salsa, “Mulai malam ini, gue gak bakal bisa nyalain AC lagi eh kayaknya.” Keluh nya dengan tampan memelas.

“Kenapa?” tanya Fayya sambil memakan somay kesukaan nya.

“Lo tau gak sih Fay, baru minggu kemarin gue isi itu token. Masa udah bunyi lagi, sialan banget kan!” Seru Kaila dengan penuh emosi, “Sumpah gue bener bener gak nyangka bisa semiskin ini, perihal token aja gue ributin!”

“Makanya Kai, kalau lo mau ke kampus, AC sama lampu di matiin. Lo mah boros, berasa masih di Jakarta lo, Ac dua puluh empat jam nonstop!” saut Bella menggelengkan kepala nya.

“Gue nanti malem nginep tempat kalian ya?” kata Kaila dengan wajah memelas nya.

“Enggak!” jawab ketiga nya dengan cepat dan bersamaan.

“Jahat!” cetus Kaila kembali mendengus.

“Bukan jahat Kai, lo tahu sendiri kamar kita itu sama. Kasur Cuma segitu, dan jangan lupain tingkah lo yang kalau tidur itu udah kaya sirkus keliling.” Balas Salsa menolak keras permintaan Kaila.

“Hah, kalian emang jahat. Temen lucknat dan gak tahu terimakasih!” cetus Kaila, lalu tiba tiba ia beranjak dan hendak pergi.

“Eh mau kemana?” tanya Bella menahan tas Kaila.

“Cabut lah, mau minta sumbangan sama Kiano!” jawab Kaila engan ketus, “Siapa tahu, dia masih punya hati, gak kaya kalian!” imbuh Kaila lalu ia menyambar tas nya yang sempat di tahan oleh Bella.

“Dih, itu bocah ya. Dia gak nyadar sendirinya bagaimana. Dia yang lucknat dan gak tahu diri, tapi kita yang di salahin. Harusnya dia ngaca, kita itu kesini gara gara siapa!” omel Bella tak habis pikir.

“Dia!” saut Salsa dan Fayya bersamaan, lalu ketiga gadis itu tertawa melihat tingkah Kaila yang mengatakan hendak meminta sumbangan kepada Kiano.

Sementara itu, di tempat yang berbeda. Tepatnya di sebuah taman yang berada cukup jauh dari tempat Kaila tadi. Kini, Kiano sedang bersama para sahabat nya tengah membahas untuk merencanakan weekend. Hingga acara mereka terganggu karena kedatangan saudara kembar Kiano, yang tak lain adalah Kaila.

“Ada apa?” tanya Kiano yang langsung mengerutkan dahinya, ketika melihat Kaila yang tiba tiba datang dan bersandar di punggung belakang nya.

“No, duit gue abis, masa,” kata Kaila dengan pelan, sesekali ia menggigit bibir bawah nya sembari tangan nya sibuk memainkan rambut.

“Terus?” tanya Kiano yang sebenarnya sudah mengerti akan kode yang di berikan oleh saudara kembar nya.

“Listrik gue bunyi mulu!” rengek Kaila dengan manja, “Nomor gue di blokir sama Mama. Masa iya sih lo tega gue gelap gelapan nanti malem,” imbuh nya, dan kini Kaila sudah mendudukkan dirinya dengan tegak, ia menatap ke arah Kiano dengan wajah yang ia buat semelas mungkin.

“Pliss, utang deh kalau lo gak ikhlas. Nanti tahun depan atau pas kita lulus dan kita udah balik ke Jakarta gue balikin,” kata Kaila dengan penuh keyakinan, hingga membuat tiga laki laki yang berada di sana melongo dan menahan tawa nya.

Orang berhutang, umum nya akan berjanji akan segera di kembalikan paling lama satu bulan atau setelah ia mendapatkan kiriman uang dari orang tua. Tapi tidak dengan Kaila, ia malah menjanjikan akan mengembalikan uang itu setelah nanti mereka lulus, yang paling tidak masih ada dua tahunan lagi.