Ga tahu lagi harus bersikap seperti apa lagi saat harus bersama Joana tentunya akan memberikan banyak kehidupan lain setelah ini.Aku berada dalam situasi yang membingunkan sesaat ketika aku harus memeluk memeluk Joana ada sebuah kabar mengejutkan yang harus aku dapatkan yaitu salah satu Klienku yang sangat solid untuk bekerja sama tengah berada dirumah sakit,tentunya itu akan membuat sebuah kepentingan akan keberadaan dirinya sangat dibutuhkan oleh salah satu keluarganya.Tepat kali ini dihari libur,sebuah panggilan telpon rumah membuatnya menghentikan langkahnya untuk semakin romantis dengannya.
Kriiiiing,,,kriiiing,,kriiiiing.
Rey menoleh dengan wajah cemas,siapa menelponku.Biasanya seeh yang tahu no. apartemen ini kalau bukan orang tuaku jelas sekretarisku.Tapi siapa ya?"Sebentar ya,aku angkat telpon dulu!"Perlahan melepaskan pelukan dan bergegas untuk mengangkatnya.
Hati Joana tengah hangat-hangatnya dan berada dalam perhatian khusus seorang Tuan muda,jelas itu membuat tak bisa berkata lagi.Senyum itu membuatnya berfikir dua kali dan kembali menikmati sarapan paginya.
Langkah Rey memang agak berat dan berfikir lebih serius ketika akan mengangkat sebuah telepon yang tengah menghubunginya.Berdiri seraya menampakkan wajah cemas dia mengangkat dan menjawab suara telpon tersebut.
"Hallo selamat pagi!"Sapanya agak ragu.
Tetapi ada suara kesedihan seorang perempuan muda yang tengah kalut dilorong rumah sakit.Ia mendapatkan sebuah cobaan hidup yang menurutnya sangat berat dan itu adalah keputusan membingungkan hingga ia mencoba menghubungi salah satu kolega ayahnya.
"Om,,,om Rey!"Panggilnya parau berat dan tak bisa lagi dia menahan air matanya tengah menetes membasahi pipinya.
"Iya aku Om Rey,ini siapa ya?"Mengernyitkan kening bingung,sepertinya pernah mendengar suara ini tapi dimana ya.Menompangkan tangan mencoba mengingat tetapi memang masih susah untuk diterka.
"Om,,,ini Thy Than Om.Om bisa dat-ang kesini g-a!"Suaranya terbata-bata akibat isak tangisan mencoba untuk ia tahan.
"Thy Than,kamu kenapa nak?"Pertanyaan itu membuatnya semakin penasaran dan membuat terus bertanya."Kamu dimana sekarang,kamu ga pa-pa kan?"Pertanyaan itu kembali ia lemparkan kepada perempuan tersebut.
"Ayah Om,,,ayah!"Rengeknya serasa terisak kembali.
"Kenapa ayahmu,kenapa Om Radith?"Kembali panik.
Seketika Joana yang mencoba menikmati sarapan paginya sendirian pun terjega dengan nada suara aneh Rey hingga mendongak serta mengernyitkan kening bingung."Kenapa ya dengan Tuan muda!"Beranjak berdiri perlahan meninggalkan meja makan ia pun beringsut kedepan dan menemuinya.
"Ayah Om,,,ayah kritis.Dia dirumah sakit Omni internasional.Ayah anfal,,,Om!"Tangisannya pun tak terbendung hingga ia kembali mencoba kuat tetapi tak sanggup.
"Oke,,,Oke Om segera kesan ya!kamu tenang jangan panik Om segera kesan-ya!"Ujarnya mencoba menenangkan.
Masih ikutan bingung tetapi,Joana mencoba untuk menahan pertanyaan yang biasanya membuatnya semakin tambah panik.Jadi saat ini ia menunggu jawaban dari Tuan muda.Saat menoleh pun hampir membuatnya terkejut.
"Astagaaaa,Lili!"Sembari menghela nafas panjang terkejut akan kehadirannya,karena terlalu fokus untuk Thy Than.
"Heheheheh,maaf Tuan muda.Memangnya ada apa kok sepertinya panik saya dengar?"
"Itu kamu tahu kan Om Radithya?"Kembali mencoba mengingatkan.
"Om Radith?siapa ya!"Meringis bingung.
"Itu yang anaknya masih sekolah menengah keatas.Yang waktu itu datang memberikan kue buat kita!"Sambil menyentuh dagunya.
Malahan perhatian itu membuat mata Joana mengarah kepada tangan Rey ketika menyentuh dagunya.
"Apaan seeh ini Tuan muda,masih saja becanda disaar seperti ini!"Mencoba ngeles dari pegangan Rey.
Meringis dan garuk-garuk kepala bingung juga,mau gimana?"Kita lanjutin sarapan paginya ya.Habis itu kita kerumah sakit,sayang ga dihabisin.Biar nanti disana kita bisa mikir jernih.Oke!"Membalikkan badan Joana kembali membawanya kemeja makan untuk menikmati sarapan paginya.
Kadang heran juga sama Tuan muda,suasan kayak gini malahan sempet-sempetnya mikirin makan,kan bisa nanti setelah jelas dan lebih mengerti apa yang tengah dihadapi oleh salah satu koleganya.Malahan makan haduuuh ga habis fikir deh lama-lama.
Didepan pintu keluar,Rey menunggu Joana yang tengah ganti baju dan cukup cepat juga saat dia mencoba mendongak melihat apakah wanita itu sudah selesai berdandan.Walaupun terlihat natural serta tidak ribet tentunya bisa membuat senyum Rey mengembang saat ia datang menghampirinya.
"Naaah,gitu dong.Cantik dan casual.Kalau kayak gini enak banget kalau digandeng!"Langsung aja tangannya menggenggam tangan Joana,sampai ia melotot dan meringis ga nyangka pujian itu datang terus membuatnya ga enak banget.
"Tuan muda,selalu aja ada yang diobrolin seeh!"Malu-malu padam.
"Ga pa-pa biar kamu ga kaget tiap hari mendapat perlakuan hangat dariku.Kan kamu sudah menemaniku,makasih ya!"Mengumbar senyum dan menariknya keluar rumah.
Keduanya saling beriringan,tentunya hati Joana beredetak kencang tak kala harus bertemu dengan berapa orang penting dirumah sakit.Ia rasanya takut tetapi cengkeraman tangannya membuat Rey menoleh seketika dan melihatnya dengan wajah heran.
"Kamu kenapa?ada yang menganggumu!"Menatap tajam sembari masih berjalan menuju pintu lift.
"Engga Tuan,saya hanya nervous nanti kalau ketemu sama Kolega Tuan muda.Saya bicara apa?"Sembari meliriknya bingung.
"Ga usah difikirkan,aku tahu kamu bisa mengatasinya nanti dengan baik oke!"Memberinya semangat untuk asistan seorang.
Memasuki mobil dan keluar dari parkiran,rasanya keadaan jalanan pun perlahan mulai macet hingga wajah panik pun tak terelakkan dari raut seorang Rey.Kecemasan itu membuatnya harus menggigit kukunya sampai dirinya mencoba untuk menatap Joana yang ikutan panik pula.
"Kamu ga khawatir atau cemas Joana?"Pertanyaan itu sungguh dekat sembari menompangkan tangan pada sandaran mobil yang ditempati oleh Joana.
Menoleh kembali kaget,begitu dekatnya pertanyaan itu membuatnya terkejut kembali.
"Astaga Tuan muda,kenapa selalu membuatku kaget seeh!"Menghela nafas seraya mengaturnya kembali seraya memalingkan wajahnya.
"Cemas Tuan,cuman kita harus bisa membawa suasana ini menjadi lebih baik.Apa masih jauh rumah sakitnya?"Kembali menoleh bertanya.
"Ya sekitar sepuluh menitlah dari kemacetan ini.Kamu ga harus ikutan panik gitu dong.Jadi cantik lagi lho!"Pujinya kembali memberikan kenyamanan.
Menggelengkan kepala,heran kenapa bisa fikiran seorang Tuan muda dimana dia bersikap seorang yang proffesional terhadap bawahannya malahan dia seperti itu genitnya membuat aku ga bisa berbuat apa-apa selain genit dia perhatian sekali sampai aku harus bertanya tentang hubungannya dengan kekasihnya apakah masih baik-baik saja atau sudah tidak ada kabar lagi.
"Maaf Tuan muda ya,aku bertanya boleh?"Menampakkan wajah polosnya.
"Mau nanya apa?"Sambil dia konsentrasi keluar dari kemacetan hingga kembali santai menikmati jalanan.
"Kekasih Tuan muda masih kan sama Tuan muda?"Meringis,takutnya marah lagi.
Berfikir serius lalu melirik tajam dan segera disanggah oleh Joana saat itu juga.
"Tenang Tuan,kalau Tuan tidak ingin membicarakan hal tersebut ga pa-pa kok.Maaf ya!"Sembari mengangkat kedua tangannya serta menenangkannya.
"Kamu takut kalau aku marah?"Kembali membuat pertanyaan kepadanya.
"Heheheh,aku sangat takut Tuan!"Jawabnya antara benar atau salah.
Tiba-tiba dengan santai menyetir tangan Rey meraih dan mencengkeram tangan Joana.Seketika ia melihat dengan wajah heran,lalu senyuman itu dilemparkan kembali oleh pria tersebut ia pun membuat pernyataan.
"Kamu tahu arti aku menyentuh tanganmu ini?"Sambil mengangkat tanganya menoleh menunggu jawaban dari Joana.
Ia malahan menggelengkan kepala,sama sekali tak mengerti.
"Itu tandanya kekasihku tengah bermain cinta dengan orang lain.Jadi kenapa selama ini aku bersikap baik denganmu.Karena kamu terbaik untukku dan sama sekali tidak membuatku sedih malahan semangat untuk menjalani hidupku semakin berwarna heheheh!"
Sama sekali itu bukan jawaban yang benar-benar membawa hatinya kembali tenang,tapi mau gimana lagi.Mungkin nanti akan datang sebuah jawaban yang benar-benar menjadikan semuanya jelas pastinya.Dan tak mungkin lagi bila harus melepas ini semua secara mencurigakan baginya.Karena ia yakin sebagai seorang asistan memang membutuhkan kedekatan dan perantara baik dalam setiap pekerjaannya saat ini.
Sampai juga mereka disebuah rumah sakit dimana ayah ThyTan dirawat.Saat keluar dari mobil pun Sang Tuan muda bergegas untuk membantu asistannya keluar dari mobil,sebuah hal aneh dirasakan olehnya terlalu perhatian sampai aku lupa bersama siapa yaitu Rey.Membukakan pintu,memegang tangannya saat Joana turun dari mobil.Perlahan menutup pintu,keduanya pun saling beriringan berjalan menuju lobby rumah sakit dan berhenti di reception untuk sekedar bertanya keberadaan seseorang yang ingin ia jenguk.
"Permisi,dimana ya kamar Tuan Radithya Arman dirawat?"Senyuman itu memberikan jawaban kepada seorang perempuan yang tengah bertugas.
"Oooo,Tuan Radithya Arman dirawat di ICU.Mari saya antar!"Kata Seorang suster bergegas mengantar keduanya untuk menemui keluarga Radithya Arman.
Saling berpandangan,lalu bergegas untuk mengikuti langkah seorang suster membawa mereka untuk bertemu dengan seorang perempuan yang tengah bingung dan panik didepan pintu kamar ICU.Terlihat dari jauh sampai Rey menghentikan seorang suster tersebut,Joana pun terhenti juga ikutan melihat dari jauh sosok perempuan bersama salah satu pengawalnya.
"Terima kasih sus,kita sudah tahu dimana ruangannya."Kata Rey membuat keduanya ikutan berhenti.
"Kalau begitu saya kembali lagi Tuan,permisi!"Lanjutnya perlahan meninggalkan keduanya.Sekejab keduanya pun saling mengangguk penuh senyuman.
Perpisahan disuatu titik yang telah diketahui oleh Rey dengan suster tersebut,dengan tatapan sedih melihat dari jauh seorang perempuan tengah duduk terunduk tak berdaya merasakan kesedihan serta kesendirian tengah ia alami saat ini.Dengan wajah sedih pula,Joana pun mengerti apa yanh dirasakannya saat ini,sampai ia meminta ijin untuk mendekati dan mencoba menenangkan hatinya.
"Nona,Thy Than!"Sapanya saat duduk disampingnya menyentuh bahunya.
Ia menoleh dan tak kuasa menahan air matanya saat orang terdekatnya datang dan memberikan perhatian lebih untuk kesendirian bahkan kesedihan itu membawanya dalam hangat pelukan seorang Joana.
"Kak Joana!"Segera ia memeluk serta membenamkan wajahnya dalam pelukan dalam seorang Wanita yang begitu mengagumi seorang perempuan nan cantik dan dalam perjuangan hidupnya untuk sang ayah.
Tak pelak,,obrolan ringan antara Rey dan pengawalnya memberikan sebuah isyarat untuk mengambil alih kepemimpan keluarga Pak Arman setelah beberapa keluarganya mulai menjauhinya karena sesuatu hal dalam hubungam bisnis mereka yang tak pernah baik.
"Bagaimana keadaan Om Arman,Ben?"Tanya Rey menenggelamkan kedua tangannya dikedua saku celana Rey.
"Kondisinya makin menurun,saya harap nanti semuanya Tuan muda ya yang menghandle semuanya.Saya sama sekali tidak mendapat respon baik dari keluarga Tuan Arman.Bahkan mereka seakan tidak perduli lagi."Jawabnya pelan berbisik kepadanya.
Lalu dia menengok dan melihat seperti apa kesedihan seorang Thy Than dimana ia belum ingin melepaskan separuh kesedihan itu kepada Joana.
"Benarkah itu?"Mengernyitkan kening.
"Benar Tuan,saya sampai heran.Kenapa ketika Tuan Arman begitu sukses mereka sangat menyanjung Tuan besar dan saat masalah tengah membelitnya.Sama sekali tidak ada satupun perduli akan kesehatannya saat ini,dan lihat Nona Thy Than harus berjuang sendiri untuk kehidupannya sekarang,bahkan dia mencoba untuk kuat!"Jelasnya yakin.
Mengangguk beberapa kali.Ini pasti karena bisnis yang dijalankan oleh Om Arman sangat berpotensi menggerus kekayaan keluarganya.Pantas saja ketika saat ini dia berada dalam titik terendah kepedulian itu sirna begitu saja."Terima kasih atas pemberitahuannya,kamu boleh istirahat.Biar aku sama Joana yang menemani Thy Than ya!"Sambil menepuk pundaknya.
Tersungging mengucapkan terima kasih kepada Rey yang telah mau bersedia menemani Nona mudanya yang mana tengah dalam kesedihan tiada henti apalagi saat ia mendekati dan duduk disampingnya,hanya tangisan yang bisa ia keluarkan sebagai luka terdalam disetiap lingkar keheningan.
Rey pun mengernyitkan kening serta mengangkat dagunya,mempertanyakan lewat kode khususnya juga dibalas oleh Joana dengan mengangkat dagunya.Lalu ia pun mengatakan sesuatu kepadanya.
"Kamu jangan terlalu bersedih ya.Pasti Ayahmu Tuan Arman akan segera sembuh,jangan terus bersedih dong!"Pintanya mendekap kedua pipinya dan mengangkat serta menatapnya dan menyeka air matanya.
"Aku ga akan sedih kalau keluargaku salah satunya datang untuk menemaniku kak,tetapi sekarang lihatlah cuman pak Ben yang setia dengan keluargaku.Hanya dia yang mau menjaga dan menunggu sampai kalian datang kesini!"Ujarnya mengungkapkan isi hatinya.
"Kamu jangan terus juga menyalahkan keluargamu,kamu harus kuat karena ini adalah musibah yang harus menguatkan siapa kamu ya!"Lanjut Rey kembali menguatkan hati Thy Than.
Menoleh terisak-isak mengatakan kalimat untuk mengungkapkan isi hatinya tengah kalut,sampai hati dirinya benar-benar dalam kesendirian tanpa ada yang perduli kepadanya."Om,apa salah aku.Salah Ayah sampai harus ditinggalkan oleh keluarga ayahku,bahkan semuanya tidak merespon apapun itu kepadaku.Bahkan mengabarkan keadaan ayah pun tidak ada."
Menghela nafas panjang,dia mencoba kembali untuk tersenyum dan mendekap pelukan Thy Than dimana ia membutuhkan sandaran hati serta kekuatan dari mereka berdua.Tak lama kemudian,suara panggilan ponsel milik Rey tengah berbunyi,segera ia membuka dan memberikan kepada Joana untuk mengangkatnya.
"Tolong kamu angkat dulu ya!"Memberikan kepadanya.
"Baik Tuan!"Jawabnya menerima ponsel Rey,beranjak untuk menjauh dan menjawab suara seseorang diujung sana.
"Halllo,selamat pagi Tuan besar.Ada yang bisa dibantu?"Sapa hangat dan ramah Joana membuat pertanyaan baru untuk Tuan besar.
"Lho kok kamu yang jawab telponnya Rey,dia kemana?"
"Tuan muda sedang menenangkan Nona Thy Than Tuan besar.Saat ini Tuan Arman tengah dirawat dirumah sakit!"Menjelaskan sedikit dengan pelan.
"Haaaah,kenapa dengan Arman.Apa dia tengah sakit?"Kembali menegaskan kalimatnya tersebut.
"Iya Tuan,sekarang Tuan Arman dirawat di ICU,dan keadaannya sangat mengkhawatirkan.Jadi kami berdua berada disini untuk memberikan semangat dan perhatian kepadanya."
"Astaga kasihan sekali Thy Than,apa dia sendirian?ga ada yang menemani mungkin dari keluarganya!"Pertanyaan itu pun muncul dengan penuh perhatian.
"Sama sekali Tuan,tidak ada yang perduli.Tadi saja Nona Thy Than sendiri yang menghubungi Tuan Muda."Jawabny ikut bingung melihat kesedihan belum reda dari tatapan matanya.
"Oke,nanti sore aku kesana ya untuk memastikan apakah benar tidak ada yang perduli.Kalau benar tidak ada yang perduli memang keterlaluan keluarga dari Arman itu.Sama sekali tidak ada yang datang dan memberikan perhatian lebih kepadanya?"
"Sama sekali Tuan,jadi kali ini Tuan muda yang bisa sedikit membuat hati Nona Thy Than membaik."
"Baiklah kamu jaga dia ya,aku masih ada banyak urusan.Kalau aku kesana juga tidak janji untuk bertemu dengan kalian.Kalau perlu kalian gantian deh buat jaga anaknya ya!"Pesannya memberikan nasehat untuk Joana.
"Baik Tuan besar,terima kasih atas perhatian dan nasehatnya.Apa anda mau bicara sama Tuan muda mungkin?"Mencoba menawarkan sebuah obrolan kepada anaknya.
"Tidak usah,kalian fokus saja sama Thy Than ya.Aku juga tidak bisa janji untuk kesana hari ini.Salamkan pesanku untuk Rey dan Thy Than ya.Selamat siang!"
Menutup telponnya.
"Iya Tuan besar,sama-sama."Menutup obrolan cukup panjang dengan Tuan besar.
Setelah obrolan itu selesai dan Joana tengah berbalik,ia melihat sebuah perhatian tengah datang dengan tepat saat Rey mencoba berbicara pelan dan hangat untuk keponakannya.Rasanya itu adalah pesan menggugah hatinya untuk melihat serta bersedekap melihat keintiman keduanya hingga tak ingin menganggunnya.
"Lucu juga kalau lihat Tuan muda mencoba menenangkan hati Nona Thy Than sama sekali hatinya penuh kasih sayang ya.Bikin cemburu saja.!"Deg,,,,kalimat terakhir itu membuatnya terpaku dan ga habis fikir kenapa bisa terlintas kalimat seperti itu.Memang kali ini aku benar-benar gila.
"Kamu tenang ya,ada Om disini sama kak Joana.Om pastikan kamu baik-baik saja dan bisa kuat dengan keadaan ini.Om harap kamu tetap menjalani ini semua dengan ketegaran ya."Menatapnya penuh kekuatan.
Ia mengangguk,tak kuasa untuk mengatakanya kembali.Benar-benar ini seperti mimpi kenyataan tepat didepannya,apa ini sebuah kesepian yang tak bisa aku rasakan dengan tepat,untung saja aku bertemu dengan seorang teman dan kolega ayah yang perhatian kepadaku,sampai aku tertunduk tidak bisa berkata lagi dan hanya bisa kembali memeluk dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
"Terima kasih Om,atas kebaikannya kepadaku!"Diiringi isak tangis yang belum reda dari hatinya terdalam selama berada dalam perlindungan Rey dan Joana.
Sambil menyeka air matanya.
"Kamu jangan bersedih terus ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments