Perlahan pasien mulai duduk dan mengusap kepala dan memijat lembut kepala yang sakit . Berasa sakit dan tangan kanan mulai meminum air putih. Mata coklat pekat ini begitu menatap Adit. Adit terkesima dengan tatapan mata coklat, berbulu mata panjang dan lebat, serta alis yang tebal . Cantik yang natural meski berwajah pucat.
" Aku lapar. Apakah bisa mengambilkan makanan untuk ku???". Ucap Wanita tadi.
"Baiklah aku ambilkan makanan untuk mu. Kamu istirahat saja biar akulah yang akan menyuapi makanan ini untukmu". Pinta Adit.
Garpu dan sendok beradu perlahan. Adit mulai menyuapi wanita ini . Wanita ini begitu lahap pada saat makan. Adit mulai memberanikan diri untuk menanyakan siapa namamu dan dari mana asal nya?.
Wanita muda ini pun menjawab
"Namaku Rania anggraini aku dari desa Z aku datang menuju kota ini bersama paman ku".
Flashback On....
"Pada saat dari desa menuju tempat ini. Aku diberikan almarhum nenek foto ibu kandungku dan juga alamat rumah yang dibawahnya ada no telepon. Semua barang itu ada di tas aku. Aku dari desa membawa dua tas. Tas satu sepertinya ada diatas meja dekat sofa itu dan satunya aku lupa menaruh dimana?" Jawab Rania.
"Emang tas satunya berisi apa?" Tanya Adit.
"Berisi pakaian aku. Tapi, tas pakaian yang berisi pakaian itu sepertinya tertinggal di klub". Ucap Rania.
.
"Hah, Maksudnya?" Tanya Adit! ".
" Iya siang tadi aku d bawa paman aku ke clubs. Aku ingat betul gedung itu bertuliskan clubs malam dua saudara". Aku mendengar percakapan pamanku seakan ingin menjual aku dengan seseorang. Sehingga aku lari terbirit-birit menyusuri lorong. Hingga, akhirnya aku tertabrak di mobil mu. Ketika kamu melintas dan aku ingatnya cuman sampai situ saja".Ucap Rania.
"Syukurlah kalo begitu aku menemukan mu". Jawab Adit.
"Dan syukur lagi aku bisa terlepas dari paman ku. Aku tak menyangka jika aku sampai di tempat ini. Aku sendiri akan dijual sungguh miris hidup ku" . Ucap Rania
Wanita itu mulai menangis
"Hehe,,,,,,Hem,,,, Hem,,,,,".
Sesenggukan dan berurai air mata. Hingga air mata itu di sekat oleh Adit matanya mereka kini saling beradu. Adit dengan bijak berucap
"Aku tidak tega melihat wanita secantik kamu menangis. Jangan membuang air mata hidup harus lebih maju kamu harus bangkit dari keterpurukan kehidupan duniawi ini". Ucap Adit mensuport Rania.
Tok,,,, Tok,,,,,, Tok,,,,,
Suara pintu bertekuk membuyarkan dua mata insan yang saling beradu.
"Mohon maaf tuan saya mau mengganti infus. Maaf menganggu waktunya" . Ucap seorang perawat yang memasuki ruangan pasien.
"Iya silahkan ". Ucap Adit kepada perawat".
Lima menit kemudian.
Untuk pemasangan infus sudah selesai saya ganti. Mohon melakukan pembayaran administrasi nya tuan agar nona bisa pulang dan dirawat jalan saja". Ucap perawat.
"Baik Suster. Terima kasih atas pelayanan yang sudah di berikan". Jawab Adit.
" Sama-sama ". Ucap Suster .Suster tersenyum dan mulai berlalu dari pandangan kedua insan ini.
"Kamu tunggu sebentar. Saya akan melakukan administrasi terlebih dahulu. Tunggu saja disini!. Ucap Adit
Rania berusaha meraih tas yang berada di atas mejanya. Dia mengambil foto seseorang dan meletakkannya diatas dada.
" Ibu . Dimana engkau wahai Ibu ku. Aku sendirian disini". Hati Rania merengek dan memanggil ibunya
Alamat rumah yang dia genggam tak luput terkena dari imbasnya uraian air mata yang tidak terbendung". Menangis pilu hingga akhirnya tertidur kembali.
Lima belas menit telah berlalu.
Tok,,,,Tok,,,,, Tok...
Suara pintu dan langkah kaki terdengar. Adit memasuki ruangan unit gawat darurat Dia liat Rania sedang tertidur kembali dan memegang alamat rumah dan foto yang tepat berada di dadanya. Adit merasa iba. Adit mengambil foto dan alamat rumah tersebut ,untuk dimasukan ke dalam tas. Tak lupa Adit memfoto alamat rumah dan foto ibu Rania tersebut. Tak perlu menunggu waktu lama Adit sedang menelpon seseorang.
"Hello... ". Suara Adit sedang menelpon seseorang
"Kamu dimana? Aku sedang ada pekerjaan untukmu". Tanya Adit.
"Baiklah , Tuan ". Sahut Lelaki itu.
"Silahkan temui aku di cafe alamat ini Cafe Srikandi Putih". Suruh Adit.
Sebenarnya adit sangat lelah akan perjalanan traveling. Tapi Adit sedang mengupayakan pencarian untuk membantu Rania. Adit bergegas pergi ke cafe yang telah di tentukan. Tidak jauh cafe ini dari rumah sakit hanya berjarak sepuluh menit dari rumah sakit.
Seseorang yang berbadan besar tinggi dan sawo matang sedang menghampiri Adit. Namanya pak logam. Adit menyapa pak logam dan menyuruhnya untuk melakukan suatu pekerjaan.
"Halo tuan selamat malam. Sudah lama kita tidak bertemu . Apa kabar tuan muda adit". Ucap logam menyapa Adit.
"Alhamdulillah baik, sebaiknya. Kita bicara disitu saja. Kita ke ruang VIP Cafe". Sahut Adit.
"Kenapa tergesa-gesa sekali tuan. Apakah ini sangat menarik sehingga tuan menyuruhku untuk melakukan pekerjaan ini". Tanya Logam.
"Tidak juga, aku hanya ingin membantu seseorang. Aku sore tadi habis menabrak orang. Dan orang yang aku tabrak tanpa identitas. Tapi dia hanya membawa foto ibunya dan alamat rumahnya. Ini ku kirim fotonya di bawahnya ada no teleponnya". Ucap Adit.
"Jika pekerjaan ini saya lakukan. Saya butuh uang jalan tuan". Sahut Logam.
"Tenang saja!!!. Kamu akan aku beri uang jalan. Kirim saja no rekening mu. Nanti aku kirim uang mukanya". Jawab Adit.
"Baik tuan. Aku tidak akan mengecewakanmu". Ucap Logam.
"Baiklah!!!". Mari kita minum kopi ini ". Jawab Adit.
Bersulang dan tertawa tipis karena bisa membantu .
"Aku pergi dulu aku mau balik lagi ke rumah sakit. Jangan lupa jika kamu menemukan kabar hubungi aku secepatnya". Ucap Adit.
" Baik tuan". Jawab Logam.
Adit beranjak pergi dari cafe. Adit menuju ruang unit gawat darurat kembali. Adit memasuki ruangan unit gawat darurat dan melihat Rania masih terbaring dengan tidur lelapnya. Begitu indah pemandangan di depan mata. Semua hampir sempurna. Hingga akhirnya Adit memandang gundukan dua gunung yang begitu indah dipandang mata. Adit mampu menahan rasa ini. Tapi tidak dengan junior yang Adit rasakan. Adit ada merasakan sesuatu yang menegang dari balik celananya. hingga akhirnya Adit berhenti memandangi dan berlalu tidur di sofa.
Malam yang indah dirasakan Larissa. Bintang yang bertebaran di atas langit. Rembulan yang begitu indah dipandang mata. Larissa tersenyum melihat semesta seperti malam ini . Suasana sangat mendukung ditambah lagi suara jangkrik seakan berayun dan memadu keindahan suasana malam ini.
Larissa sibuk mengurus banyak surat lamaran. Sudah ada lima surat lamaran yang siap dia serahkan untuk bekerja paruh waktu. Larissa tersenyum melihat kelima Map yang telah berisi surat lamaran. Dalam hati dia terus berdoa
" Semoga diterima ditempat yang nyaman. Dengan gajih yang cukup. Agar kelak dia bisa mengumpulkan uang untuk biaya kuliah nya nanti". Doa Larissa dimalam ini. Malam pun berlalu dan Larissa tertidur pulas akibat kelelahan semalam .
Mentari mulai memancarkan sinarnya. Larissa bersiap siap untuk bangun dan beranjak dari tidurnya. Larissa sudah mau siap ke sekolah . Mandi pagi dengan jam tayang lama adalah rutinitas pagi Larissa. Larissa kalau mandi lama sekali. Ini munkin normal bagi wanita. Karena, banyak aktifitas di dalam kamar mandi. Tidak terasa sudah tiga puluh menit Larissa berada di kamar mandi.
Saatnya Larissa selesai mandi dan menyiapkan perlengkapan sekolah. Larissa sangat senang dan bersemangat akan hari ini.
"Ibu,,,,,,Ibu,,,,,,Ibu,,,,,".
Larissa memanggil ibunya
"Ibu apa engkau tahu dimana topi ku? . Hari ini hari senin aku harus wajib lengkap dalam berpakaian sekolah ". Tanya Larissa
"Topi? Ibu tidak tahu dimana letaknya . Kenapa tidak kamu siapkan dari malam tadi Larissa!!!. Karena kan, kamu akan mengikuti upacara hari ini ". Jawab Ibu.
"Iya ibu, Larissa lupa. Seingat Larissa, Larissa menaruhnya didalam tas saja. Tapi mengapa tidak ada ya bu? " Ucap Larissa
Larissa terdiam dan mengingat ingat kembali.
"Astaga Larissa baru ingat kemarin Larissa cuci pasti ada di tempat cucian".
Larissa buru-buru pergi ketempat cucian.
"Ya ampun ibu topi Larissa yang Larissa cuci kemarin kok basah lagi. Padahal udah tiga hari Larissa cuci". Ucap Larissa
"Ya iyalah basah. Lagian orang kamu menjemurnya sembarangan. Tepat terkena air pembuangan atap. Kamu menjemur disitu". Ucap Ibu.
Ibu lalu menunjuk tempat jemur Larissa
" Malam kemarin hujan lebat . Habislah basah topi kamu kemarin ". Ucap Ibu
Larissa menepuk jidat karena lupa mengambil topinya.
" Ya allah ujian apa sepagi ini". Jawab Larissa dengan lirih
Larissa kebingungan untuk menjemur kembali. Tidak munkin pula untuk menjemur apalagi memakai pengering mesin cuci. Sebab waktu yang mepet Larissa memutuskan untuk memakai seadanya.
Ibu menyahut,
"Subhanallah putri semata wayang aku . Ngidam apa aku kemaren. Jadi mempunyai putri sepertimu ". Ucap ibu dengan suara pelan.
Ibu mengerutkan alisnya dan menghela napas dalam-dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments