Part 6

Selena berada di bawah kungkungan Brandon. Pria itu menciumnya secara kasar. Bahkan sampai menggigit bibir karena ia memberontak. “Lapaskan!”

Kaki Selena berusaha menendang perut Brandon hingga pria itu terjatuh. Ia segera berlari menuju pintu untuk keluar. Tapi sayang, tangannya sudah berhasil dicekal.

“Mau kemana, Sayang? Kita belum mulai bercinta, menanti sampai kita resmi menikah? tiga minggu lagi terlalu lama, aku sudah tak sabar.” Brandon menarik lagi tubuh Selena. Kali ini ia pepet wanita itu di tembok supaya tak bisa pergi kemanapun.

Plak!

Selena melayangkan tamparan di pipi Brandon dengan sekuat tenaga. “Sadar! Aku bukan Alceena! Biarkan aku pergi.” Masih berusaha mendorong dada bidang pria itu, tapi kalah kuat.

Brandon justru semakin bersemangat dan tak merasakan sakit di pipi. Ia memegang pakaian Selena dan hendak merobek secara paksa. Tapi kain yang digunakan terlalu kuat bagian depan karena tak ada jejak jahitan.

Sehingga pria itu menarik Selena untuk dibawa ke meja. Cekalannya sangat kuat, tidak membiarkan wanita yang sedang memohon supaya dilepaskan itu beranjak dari jangkauannya.

Tangan Brandon berusaha mencari gunting atau mungkin alat yang bisa digunakan untuk menyobek pakaian Selena. Tapi tak mendapatkan apa pun.

Selena sudah menangis saat itu. Ini adalah kali pertama ia tak bisa mengenali Brandon. Pria itu sangat berbeda dari biasanya. “Aku salah apa sampai kau memperlakukan kasar?”

“Sht ....” Brandon menempelkan telunjuk di bibir wanita itu supaya berhenti protes. Ia membalikkan badan Selena dan menurunkan ritsleting.

“Jangan, ku mohon,” pinta Selena. Derai air mata sudah mengucur deras kala Brandon hendak merusak pakaiannya dari bagian belakang. Ia sampai berjongkok supaya tak bisa disobek.

Tapi, Brandon yang sedang tak memiliki akal sehat pun menarik paksa Selena supaya berdiri. Tanpa banyak kata, ia merobek melalui jahitan yang sejalan dengan ritsleting.

Rasa takut menyelimuti Selena saat tubuhnya hanya tersisa kain yang ada di bagian atas dan bawah. Tapi tidak dengan Brandon. Pria itu justru semakin bersemangat.

Brandon melepas kain yang membalut tubuhnya sendiri. Hingga polos tanpa sehelai benang pun.

Tetap berusaha untuk menghindar, Selena berlari masuk ke dalam kamar mandi karena tidak mungkin keluar dengan kondisi seperti saat ini.

Selena mendorong pintu supaya tertutup, tapi Brandon sudah menahan di luar.

“Kau tak akan bisa menghindar dariku,” ucap Brandon seraya mendorong pintu supaya terbuka lebar.

“Tidak, pasti kau sedang terpengaruh obat-obatan.” Selena yakin betul kalau bukan alkohol yang membuat Brandon seperti itu. Dia sudah berteman lama, jadi tahu kebiasaan pria tersebut ketika mabuk.

Tenaga Selena yang tak seberapa banyak pun kalah. Brandon berhasil masuk ke dalam kamar mandi. Wajah pria itu sudah tidak biasa, sulit sekali didefinisikan.

Tangan Selena berusaha meraih shower untuk menyiram Brandon. Siapa tahu jika kedinginan akan menidurkan bagian tubuh pria itu yang sudah terlihat tegak dan mengeras.

“Hentikan kegilaanmu itu, Brandon! Kau akan menyesal ketika sadar!” teriak Selena. Ia sangat frustasi karena tak bisa membawa pria itu kembali ke pikiran normal.

Brandon yang kesal karena sejak tadi terus ditolak pun tiba-tiba menarik rambut Selena dengan kasar. “Aku sudah mencoba lembut denganmu, tapi kau tidak bisa bekerjasama.”

Tubuh Selena didorong kasar ke arah bathup hingga wanita itu terlentang di sana. Brandon segera ikut masuk ke dalam, melepas secara paksa dua kain yang melekat di tubuh wanita itu sampai tak menyisakan satu helai pun.

...*****...

...Makanya Gendon, carilah teman yang bener. Lu yang rugi kan dijerumusin pake ekstasi...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***