Sesampainya di rumah besar kediaman calon mempelai wanita, mobil- mobil rombongan calon mempelai laki- laki berhenti di parkiran yang sudah ditunjuk. Mereka semua berjalan mengiringi calon mempelai laki- laki hingga sampai di dalam. Permadani panjang sudah digelar untuk menyambut kedatangan calon mempelai pria, langkah kaki Aldan gontai melewati permadani hingga sampailah dia di sebuah kursi, lalu duduk di kursi yang sudah disediakan. Kursi di sampingnya masih kosong, belum ada penghuninya. Aiza.
Ya, gadis itu belum muncul. Perasaan Aldan tengah berbunga- bunga, ditambah jantung deg- degan tak karuan, pokoknya asmara dalam dadanya tengah membuncah. Rasa syukur terus mengalir dalam benaknya.
Adam duduk di belakang Aldan, tepatnya di kursi paling depan bagian tamu.
Sedangkan Akhmar masih duduk memaku di dalam mobil. Sesekali mengusap wajah.
"Mas Akhmar, ayo! Kok, masih di dalam mobil!" ajak Aisha, tetangganya yang satu mobil bersama dengan Akhmar, ia sejak tadi sudah kesemutan menunggu Akhmar turun. Ia bagaikan satpam di sisi mobil. Berdiri sampai kening keringetan akibat tersengat sinar matahari yang pagi iyu tampak sangat bersahaja, cerah.
Akhmar diam saja, membiarkan Aisha terus mengetuk kaca mobilnya.
Kasihan, akhirnya Akhmar menurunkan kaca mobilnya. Ia melihat keringat di pelipis Aisha sudah sebesar biji jagung. Kasian amat.
"Kamu duluan aja!" pinta Akhmar.
"Loh, nggak bisa dong, Mas. Kan aku pendamping kamu sekarang. Aku maunya jalan ke dalam beriringan sama kamu," pinta Aisha terdengar manja.
"Aku pusing." Akhmar malah memejamkan mata, menyenderkan kepala ke sandaran kursi.
"Loh, kok gini sih, Mas? Ini pernikahan Mas kamu loh. Jangan sampai nggak menyaksikan. Sekali seumur hidup. Kamu akan kehilangan momen penting sejarah ini. Kasian kan Mas Aldan kalau kamu nggak menyaksikan acara ini?"
Huh, bujukan Aisha berhasil membuat hati Akhmar menjadi gundah. Pria itu akhirnya menuruni mobil, membuat senyuman Aisha tertarik lebar. Mereka berjalan bersama menuju ke rumah. Tentu saja Aisha berjalan dengan bantuan kurk.
Meta yang sejak duduk di bangku SMA sudah jatuh cinta pada Akhmar, sedang mengintip dari dalam rumah Aiza, menyaksikan Akhmar turun dari mobil bersama dengan Aisha, mendadak dadanya terasa panas, terbakar api cemburu. Rasanya ingin menangis, menjerit dan mencakar- cakar atap rumah sambil mewek bombai. Sayangnya ia hanya bisa merengut kesal melihat Akhmar dan Aisha yang kini tampak berdiri di teras.
"Awas kamu ya!" kesal Meta dengan gemuruh cemburu yang berkobar. Ia lalu beranjak ke dapur dengan muka cemberut.
Sementara Akhmar masih berdiri di teras, tampak ragu untuk masuk.
"Ayo masuk, Mas. Tamu undangan udah pada duduk rapi di dalam," ajak Aisha sambil melongokkan kepala untuk mengintip situasi di dalam.
Akhmar tidak mengindahkan ucapan Aisha. Lirikan matanya sesekali melihat ke arah dalam rumah, dimana Aldan terlihat duduk menyendiri, belum tampak Aiza di sisi kakaknya itu.
"Kamu duluan aja. Aku mau ke belakang." Akhmar melenggang melewati teras samping rumah. Sekilas menatap dinding beton pagar rumah yang catnya sudah berganti, tulisan yang dulu dia ukir bersam dengan Aiza di sana, sudah tidak ada lagi. Kini rata dengan warna hijau.
Akhmar memalingkan pandangan, lalu masuk melalui pintu samping, tujuannya adalah toilet.
"Loh, Mas Akhmar kok di sini?" tanya Meta yang kebetulan berpapasan dengan Akhmar.
"Kamu juga kenapa ada di sini?"
"Aku bantu- bantu di sini sejak semalam, Mas. Nginep di sini juga, nemenin Aiza," jawab Meta penuh semangat sambil sesekali merapikan jilbabnya.
"Aku mau ke toilet. Tunjukkan dimana toiletnya!" pinta Akhmar datar.
"Oh.. di sana, Mas. Ayo, aku tunjukkan!" Meta melangkah melewati beberapa ruangan luas bernuansa klasik, tang setiap ruangan dipadati ibu- ibu rempong yang sedang sibuk mengurus masakan di dapur. Kalau orang Jawa bilang, istilahnya adalah 'rewang'.
"Di sana, Mas!" Meta menunjuk pintu warna biru.
"Hm." Akhmar segera memasuki kamar kecil. Ia benar- benar ingin buang air saat itu, mengingat di sepanjang jalan, ia sudah menghabiskan beberapa botol air mineral, yang akhirnya sekarang ia terjebak dalam situasi kebelet.
Bersambung
Jangan lupa klik like sebelum lanjut 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Mbah Edhok
siksa hati ... luka hati ... patah hati ... derita hati ...
2023-03-23
0
Eman Sulaeman
jadi deg degan nih
2023-03-22
1
♥(✿ฺ´∀`✿ฺ)Ukhti fillah (。♥‿♥。)
walah ketipu sm jdul bab nih kirain akhmar terjebak situasi di kmar aiza sesuai jdul ny kena prank thor nih 😅 😂
2023-01-04
3