Sebuah Perasaan

“Sebaiknya jangan, Kak.” Pinta Amar sambil menarik tas ransel Belinda dari belakang.

“Ada apalagi sih.” Bentak Belinda.

“Malu sama orang.” Ucap Amir.

“Mana? Sepi gini kok.” Ucap Belinda sambil mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut yang ia beli pada pedagang keliling saat ia berkeliling mencari alamat wanita itu.

“Iya,sepi.” Ucap Amar dan Amir bersamaan sambil menghabiskan cilok yang di belinya di pinggir jalan tadi.

Keduanya kelaparan karena pulang sekolah langsung di seret kakaknya mencari tempat tinggal wanita itu.

“Ngapain kita yang malu.

Kita ini kan korban.

Wanita itulah yang pelakunya.” Ucap Belinda.

“Iya ya.” Ucap kedua adiknya.

“ Nyawa di balas dengan nyawa , mata dengan mata, hidung dengan hidung , telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka pun ada balasan yang sama.” Ucap Belinda dipenuhi hawa nafsu yang meletup-letup.

“Darimana Kakak memungut kata-kata yang keren itu?” tanya Amar penasaran.

“Dari pengajian di radio setiap jam 5 pagi.” Jawab Belinda.

“Tumben dengerin pengajian biasanya kalau ada pengajian langsung diganti.” Ucap Amar.

“Ho oh, biasanya kakak ini dengerin lagu India sambil joget-joget sampai jatuh dari ranjang.”

“Hahaha.” Amar dan Amir tertawa terbahak-bahak.

Lucu kalau mengingat kejadian kakaknya jatuh dari ranjang saat joget india di atas tempat tidurnya.

“Dasar bocah.” Sambil menjewer kedua telinga adik-adiknya itu.

“Aduuh duhhh sakit, ampun, Kak Belinda.” Pinta keduanya.

“Saatnya serius bukan bercanda adik-adikku.”

“Pulang aja yuk, Kak.” Celetuk Amar.

“Dosa.” Tambah Amir.

“Boleh kok membalas luka dengan luka yang sama.

Ya itu tadi kata-kata Kakak bisa di cek di surat Al-Maidah ayat 45.”

“Yakin kak seperti itu penjelasan pak ustadz di radio?”

Belinda langsung menerobos masuk ke rumah wanita itu. Dan wanita itu sedang duduk menulis sesuatu diruang tamunya. Wanita itu pun sangat terkejut.

Brak!!! Belinda menggebrak meja.

“Hei wanita jelek. Benar-benar tidak tahu malu ya menggoda Ayahku yang jelas-jelas sudah punya anak sebesar aku ini!!!”

Wanita yang bekerja satu kantor dengan Ayahnya itu pun tidak terima diperlakukan buruk oleh bocah yang masih mengenakan seragam SMA dan SMP itu menyelonong masuk ke rumahnya.

“ Kau tahu apa!

Ayahmulah yang tidak tahu malu setiap hari menggodaku padahal dia sadar punya istri dan anak.”

“Jauhilah Ayahku.

Kalau tidak aku akan membuat wajahmu terluka dan membekas seumur hidupmu.”

Ancam Belinda sambil bergetar tangannya mengarahkan sebuah pisau kue tepat ke wajah perusak rumah tangga Ibunya itu.

“Aaaaaaa!!! Toloooong...” wanita itu berteriak minta tolong di tengah sepinya desa itu.

Walaupun di desa , jarak rumah tetangga tidak berdekatan melainkan berjauhan tersekat oleh tanah kosong atau kebun singkong.

Bug!!!

“ Dasar Pelacur !!!” ucap Amar sambil menancapkan bendo ke sebuah kursi ukuran kayu jati diruang tamu wanita itu.

Bendo adalah sebuah golok Jawa yang biasa digunakan untuk memotong batok kelapa atau daging yang bertulang.

“Astaga. Berani sekali kalian berbuat kurang ajar seperti ini kepada orang yang lebih tua.” Ucap wanita itu bergetar ketakutan.

Pyar!!!

Amir melemparkan sebuah batu agak besar ke arah meja kaca yang menjadi saksi adegan pengancaman tersebut.

Wanita itu tambah ketakutan dan merintih kesakitan karena ada serpihan kaca yang mengenai wajahnya.

“Syukurin!!! Mampus!!!” Ucap ketiga anak-anak yang sedang tidak memakai otak dalam menyelesaikan masalah orangtuanya.

Wanita itu mencoba untuk berdiri dari sofa empuknya dan menghalau ketiga anak itu agar keluar dari rumahnya.

“Pergi kalian!

Dasar anak kurang ajar!

Jangan bertindak bodoh!

Aku kan melaporkan kalian kepada polisi.”

“Oh ... Silakan saja. Aku gak takut. Kita masih di bawah umur gak akan dipenjara.”

“Dasar bodoh. Tahu apa kalian tentang hukum.” Sambil mendorong ketiga anak itu keluar dari rumahnya.

Belinda terdorong keluar hingga terjatuh.

Amar membalas mendorong wanita itu hingga terjatuh juga.

Amir membantu Belinda untuk bangun dari jatuhnya.

“Aku akan melaporkan balik.

Bahwa kau adalah PNS tukang selingkuh. Dengan begitu kau akan dipecat.”

“Hei, anak-anak gak tahu diri. Ayah kalian juga akan dipecat. Apakah kalian mau putus sekolah? Hah!”

Felik yang barusan tiba dilokasi segera membawa paksa Belinda dan kedua adiknya yang telah kehilangan kendali itu menjauh dari wanita itu.

Mengamankan senjata yang dibawa ketiganya. Mereka pun masuk ke dalam mobil kijang Innova dengan emosi yang masih menyala. Felik berusaha memadamkannya dengan tenang.

“ Biarkan saja Tuhan yang membalasnya nanti, Bel.

Karma itu ada.

Janganlah kamu mengotori tanganmu dengan pembalasan yang dipenuhi emosi.

Kamu yang rugi sendiri.

Akhirnya kamu yang menjadi jahat dengan tindakan kriminal yang barusan saja kamu lakukan bersama kedua adikmu tadi.”

“Yang penting hatiku puas.”

“Istighfar, Belinda.”

“Astaghfirullohal’adzim....”

“Dan jika kamu membalas ,maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.

Tetapi jika kamu bersabar , sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.

Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan jangan pula bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan.

Sungguh , Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” Nasihat Pak Ahmad, sopir pribadinya Felik yang diambil dari sebuah ayat Al- Qur’an surah An-Nahl ayat 126-128.

Ternyata Pak Ahmad rajin menuntut ilmu dari masjid ke masjid. Terkadang Felik diajaknya untuk mendengarkan pengajian di masjid. Namun Felik sering menolaknya. Lebih suka bermain musik di studio musik bersama teman-temannya daripada diajak mengaji.

Dirumah.

Brak!!!

“Kalian itu benar-benar memalukan!!!” ucap Ayahnya Belinda sambil menggebrak meja diruang tengahnya itu hingga vas bunga terpental jatuh ke lantai. Pyar. Beruntung serpihannya tidak mengenai kaki Belinda.

“Oh...jadi wanita itu lapor ke Ayah bukan ke polisi?” tanya Belinda dengan nada ketus.

“Diam kamu!

Segera minta maaf atau kalian bertiga akan Ayah hukum!"

“Untuk apa minta maaf!” teriak Belinda.

“Yang salah ya wanita itu, Ayah!” teriak Amar.

“Hukum saja wanita itu, Ayah!” teriak Amir.

“Dasar anak durhaka!

Jangan jadi pemberontak!

Nurut sama Ayah!”

Bentakan Pak Hadi menggelegar seperti petir di siang hari membuat ketiga anaknya terdiam.

Krek.

Pintu kamar di ruang tengah terbuka. Bu Siska keluar dari kamarnya. Terlihat kurus . Tatapan matanya sudah terisi energi. Sebulan lebih selalu mengurung diri dikamar. Terkadang teriakannya membuat Belinda menangis dan marah kepada Ayahnya.

“Jangan membentak anak-anakku, Mas.” Ucap Bu Siska tegas.

“Aku sudah melaporkanmu kepada atasanmu, Mas.

Besok datanglah menghadap Pak Camat dikantornya.” Lanjut Bu Siska.

“Apa??? Kenapa kamu tega melakukan itu padaku, Bu... ??? Bikin malu saja.” ucap Pak Hadi yang memanggil istrinya dengan sebutan Bu ketika didepan anak-anaknya.

Tampak gelisah menjalar dihati Ayahnya Belinda itu karena proses perceraian seorang PNS tidak semudah proses perselingkuhannya dengan wanita itu.

Seorang PNS yang akan bercerai terlebih dahulu harus memperoleh izin dari pejabat yang berwenang agar tidak terkena sanksi hukuman disiplin.

Bahkan mantan istri berhak atas bagian gaji walaupun perceraian terjadi atas kehendak istri jika suaminya yang PNS melakukan zina.

Dan PNS yang terbukti selingkuh akan dijatuhi hukuman ringan yaitu penurunan jabatan atau hukuman berat yaitu pemberhentian dengan tidak hormat. Di pecat.

Selama pernikahan saja Ayahnya Belinda itu tidak menafkahi istrinya dengan baik. Beruntung Ibunya Belinda juga seorang PNS kelurahan sehingga di saat uang belanja yang diberikan suaminya tidak mencukupi,ia masih tetap bisa mengepulkan dapur dirumah tangganya itu. Demi ketiga anak-anaknya agar tidak kelaparan karena suaminya hanya memikirkan perutnya sendiri.

**********

“Aduuuh perutku lapar.”

Ucap Belinda sambil menekan perutnya agar tidak membunyikan bel laparnya.

“Baiklah, kalau gitu aku akan membawamu pergi ke Restoran yang sangat enak. Oke.” Ucap Felik tersenyum sambil menyetir sendiri Alphard putihnya yang basah bermandikan hujan.

Belinda merasa bersemangat kembali setelah perasaannya tidak karuan bertemu dengan Afnan tadi. Anehnya sudah tidak demam lagi. Sepertinya thermogun nya rusak.

“Pasti seru banget ya kalau kamu sungguh-sungguh bawa kuda putih ,Mas .” canda Belinda.

“Wah.. iya ya. Kamu kan membalas pesan WhatsApp ku bilang sedang berdebar nungguin pangeran berkuda putih.”

“Salah kirim.”

“Nanti aku usahakan bisa menjemputmu dengan kuda putih bukan mobil putih ini. Gimana?”

“Ehhh, jangan. Memangnya lagi syuting drama kerajaan.”

“Ide bagus nih, nanti aku akan melamarmu dengan kuda putih.”

“Jangan mengkhayal deh Mas walaupun hujan diluar aku bisa mendengarnya dengan jelas.

“Sepertinya romantis ya, Belinda.”

“Aku bukan bangsawan.”

“Jadilah Ratuku ,Belinda.”

“Apa, Mas. Aku tidak dengar. Hujan ,hati -hati nyetirnya.” Ucap Belinda mengalihkan pembicaraan Felik yang sering menggodanya sejak pernikahannya batal.

Sampailah di ruko – ruko yang berjejer usaha-usaha milik Felik. Ada studio foto, percetakan undangan dan souvernir pernikahan, Rias pengantin dan dekorasi hingga Restauran masakan Nusantara dan Korea.

Bahkan Felik memiliki gedung khusus berlantai 17 untuk memudahkannya dalam menjalankan bisnis wedding organizer. Gedung tersebut di bangun khusus untuk kliennya baik untuk acara pernikahan sederhana maupun mewah.

“Makanlah sepuasnya, Belinda. Aku yang traktir semuanya.” Felik tersenyum melihat Belinda sangat menikmati makanannya.

“Kebangetan kamu Mas Felik kalau aku disuruh membayar.”

Felik tertawa kecil.

“Makanlah di sini setiap hari agar aku bisa melihatmu setiap hari, Bel.”

“Aku malu sama semua pegawaimu di sini, Mas.

Mereka selalu menyebarkan gosip diantara kita.

Gosip bahwa aku calon istrimu, terus aku mencampakkan kamu,terus aku dicampakkan dan sekarang gak tahu malu balik lagi ke kamu.

Aku wanita gampangan,plin plan,matre,apalah ,ah pusing mendengarnya kalau ke sini tanpa kamu.”

“Biar tidak pusing, bagaimana kalau kamu bersedia membuat gosip itu menjadi kenyataan.”

Belinda tersedak saat menyegarkan tenggorokannya dengan minuman es tehnya.

“Jadilah istriku. Pasti gosip itu akan mereda seperti hujan yang mulai reda saat ini."

“Aku ingin teokbokki yang sangat pedas.” Belinda selalu kehilangan kata-kata untuk menanggapi ucapan Felik.

Felik segera memesankan keinginan Belinda. Memanggil salah satu pegawai restaurannya.

“Teokbokki pedas, ramyeon kimchi dan Jajangmyeon , dua porsi.”

“Baik, Tuan Felik.”

Pesananpun datang memenuhi meja makan di restauran tersebut. Felik terus memandangi Belinda yang sedang kesulitan mengendalikan perasaannya itu. Selalu di alihkan ke sesuatu. Hari ini makanan adalah pengalihannya. Dan Felik menyukai Belinda saat bertingkah seperti itu.

“Bagaimana kalau kau mencoba untuk mencintaiku, Belinda.”

Belinda terbatuk.

“Aku ingin kimbab kepiting.”

“Mbak, kimbab kepiting 2 porsi.” Felik segera memesankan keinginan Belinda.

“Siap, Tuan Presdir.”

Belinda tersenyum mendengar pelayan restauran tersebut memanggil Felik dengan sebutan Tuan Presdir. Lalu tertawa sambil menutup mulutnya. Dan tiba-tiba menangis menutup wajahnya.

“Ada apalagi, Belinda...” tanya Felik dengan penuh perhatian.

“Itulah dirimu , pemilik sekaligus pemimpin perusahaan.

Kau terlalu mewah untukku.”

“ Memangnya kenapa? Bukankah wanita suka dengan kemewahan?

Hampir semua wanita yang mendekatiku mencoba untuk bisa menjadi istri seorang Presdir.”

“Kalau gitu pilihlah satu.”

“Sebenarnya aku sudah memutuskan untuk memilih salah satu diantara mereka.

Tiba-tiba aku mendengar kabar bahwa pernikahanmu batal dilaksanakan.

Sehingga aku berlari untuk mengejarmu kembali.”

Belinda menghela nafas panjangnya.

“Bukankah sangat lelah mengejarku?”

“Jujur. Memang sangat lelah. Tapi anehnya aku tetap bertahan hingga detik ini.”

“Aku takut mencintaimu , Mas Felik.”

“Apa yang kamu takutkan? Apa aku membuatmu terluka secara tidak sengaja?”

“Kekayaanmu membuatku takut.”

“Bukankah semua orang tidak ingin hidup miskin.

Aku yakin selain cinta, harta adalah pendukung untuk mencintai seseorang.

Kalau aku tidak punya uang, aku tidak akan bisa membuatmu menikmati makanan yang enak-enak,iya kan?

Apalagi bisa mengajakmu jalan-jalan keluar kota atau keluar negeri disaat jenuh menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari karena tidak kaya."

“Iya ya betul sekali. Jika aku menikah denganmu, aku tidak akan hidup susah.”

“Maka dari itu, jangan jadi wanita yang aneh.”

“Aneh???”

“Di saat wanita-wanita lain sibuk mengejar diriku kamu malah sibuk mengejar pria lain .”

Kamu sibuk mengejar pria yang kesana-kemari mencari donator untuk rumah Tahfidz nya."

“Karena itulah berhentilah mengejar wanita aneh ini.”

“Tapi aku suka dengan wanita yang aneh yang tidak melirik kekayaanku.

Kamu adalah wanita yang mengejar pria penghafal Al-Qur'an.

Tidak seperti wanita diluar sana bahkan rela menjadi simpanan atau pelakor demi bergaya hidup mewah.”

Belinda memasang muka marah.

"Gara-gara itu aku jadi ikut menghafal Al-Qur'an juga."

“Kenapa kau harus menyebut kata pelakor,sih, Mas.

Membuat selera makanku hilang.” Ucap Belinda sambil meletakkan sumpitnya dengan kasar.

“Oh... Iya... Maaf ya. Tolong maafkanlah kesalahanku yang tidak disengaja ini ya, Belinda.”

Ucap Felik sambil mengatupkan kedua telapak tangannya didada.

Felik kemudian memesankan roti cake keju kesukaan Belinda dan segelas Korean latte untuk menghangatkan suasana yang tiba-tiba terasa panas itu. Gara-gara kata pelakor.

“Jangan sebut kata pelakor di depanku lagi ya. Aku jadi teringat dengan Ayahku yang sangat aku benci.”

“InsyaAlloh, siap, Belinda.”

“Aku hanya ingin punya suami yang berbeda dengan Ayahku.”

“Lantas, apakah aku sama dengan Ayahmu sehingga kamu masih ragu untuk menerimaku, Belinda??”

“Kau sudah kuanggap seperti seorang kakak.”

“Apa??? Kakak? Aku tidak mau jadi saudaramu, Bel.”

Aku ingin lebih dari itu.

Suami yang sangat kau andalkan.”

“ Tapi , perasaan ku selama ini seperti itu.

Kau selalu ada di sampingku seperti seorang kakak.”

“Sadar, Belinda. Aku Cuma kakak kelasmu saja dulu. Bukan kakak kandungmu.Oke.”

“Mungkin karena aku tidak punya kakak jadi menganggap mu seperti kakak karena kau selalu ada di saat aku bermasalah dalam hidupku.

Aku bisa tampil apa adanya di depanmu.

Bahkan aku pernah kentut didepanmu tanpa malu sedikitpun.”

Felik gemas dan tertawa begitu saja.

“Iya kan, karena gak mungkin aku kentut di depan orang yang aku cintai.”

Tambah Belinda membuat Felik menghentikan tawanya.

“Belinda, Apakah kamu yakin saat ini di depanku, hatimu tidak berdebar sedikitpun....”

Belinda menjatuhkan pandangannya ,mengamati teokbokki yang tinggal 1 biji. Kimbab juga 1. Ramyeon habis.

“Kau yakin, bisa hidup hanya dengan 1 wanita?” ucap Belinda mengejutkan Felik.

“ Ya... Tentu saja. Selama ini kan hanya kamu yang ada di hatiku.”

“Ada ustadz yang mengatakan seperti ini.

Bahwa orang laki-laki yang berlimpah kekayaan maka kekayaannya akan mubadzir jika tidak digunakan untuk menikah lagi."

Kini giliran Felik yang tersedak minuman americano coffee korean favoritnya itu.

“Ustadz siapa yang mengatakan seperti itu, Bel..”

“Penasaran kan??

Pasti sekarang jadi kepingin ya punya wanita lebih dari satu???”

Tuk!!!

Felik memukul kepala Belinda yang berkerudung dengan sedotan minuman.

“Duuuhhh nanti kerudungku basah.”

“Selama ini aku tidak pernah mendua dan tidak pernah berpikir untuk tidak setia darimu, Belinda.”

“Lihatlah Ayahku yang dulunya cinta mati dengan Ibuku tiba-tiba berubah.

Bahkan selingkuh lagi ketika sedang mengumpulkan kekayaan dari usaha organ tunggalnya.

Saat bergelimang harta bukannya diberikan kepadaku malah untuk membahagiakan pelakor-pelakor.

Sedangkan aku???

Aku bahkan harus kerja agar bisa kuliah tapi akhirnya berhenti ditengah jalan.

Aku hanya diberi luka yang sama.

Luka yang tak kunjung sembuh.”

“Belinda, InsyaAlloh aku tidak akan seperti Ayahmu.

Kenapa kau malah mengingat Ayahmu yang selingkuh di saat kita sedang bersama?

Seolah-olah semua laki-laki yang kaya seperti itu suka selingkuh.

Aku mendapatkan dirimu saja susahnya minta ampun.

Bagaimana aku bisa selingkuh???”

Tiba-tiba Belinda menundukkan kepalanya dan masuk ke kolong meja untuk bersembunyi. Dug. Aduh sakit sampai kejedod nih Belinda.

Felik bingung.

“Ada apa, Belinda?"

"Ssssstttt."

Belinda menunjuk ke arah jam 10.

Terlihat Afnan bersama seorang wanita bercadar yang tak lain adalah istrinya, sedang mencari tempat duduk untuk makan di restauran milik Felik ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!