Kisah Cinta Gadis Desa
Pemandangan Desa yang sangat permai dan hijau. Jauh dari kata polusi dan limbah pabrik. Serta jauh dari kata pencemaran. Kehidupan para warga di desa S sangatlah rukun dan damai, juga sangat tentram.
Tingkat sosialisasi dan kepedulian terhadap sesama sangatlah tinggi. Seorang gadis desa yang sangat cantik sedang mengayuh sepeda mini. Iya mengayuh sepeda dengan santai dan menikmati keindahan di desanya.
Sabrina sambil menemui orang tuanya yang bekerja di ladang. Sabrina juga membawakan makanan untuk ayah dan Ibunya. Jalan di desa itu sangatlah sempit. Sabrina melewati sebuah tikungan. Sabrina tidak melihat kalau dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang melaju tinggi.
Mobil itu hampir menabrak Sabrina, dan Sabrina merasa kaget. Beruntung saja mobil dapat menghindari Sabrina. Sementara Sabrina karena Iya kaget, Iya menjadi tidak fokus dan tidak bisa mengendalikan rem sepedanya. Dan naasnya, Sabrina pun terjatuh.
Semua makanan untuk Ayah dan Ibunya menjadi tumpah. Sabrina merasa kesakitan akibat jatuh itu. Tangannya Sabrina juga kotor, bahkan makanan yang tumpah itu juga kotor sehingga tidak layak untuk dimakan.
"Ya ampun, makanan ku... Yah, tumpah deh," Sabrina sambil memunguti makanan yang tumpah.
Kemudian seorang pria yang hampir menabrak Sabrina itu turun dari mobilnya. Seorang pria tampan yang berjas hitam dan berkacamata hitam itu berjalan mendekati Sabrina. Kemudian, pria itu berdiri di depan Sabrina. Sabrina yang masih fokus dalam memungut makanannya yang tumpah, tidak menyadari jika laki-laki itu berdiri di depannya.
"Ehem." Pria itu sengaja berdehem tapi tidak ingin batuk. Iya sengaja agar Sabrina melihat ke arahnya. Sabrina yang sedang fokus memungut makanan, akhirnya melihat ke arah pria itu dan langsung berdiri. Pria itu memandangnya dengan posisi kedua tangan yang berada dalam saku celananya.
"Bisa enggak, kalau jalan itu lihat-lihat? Sekarang coba kamu lihat, mobil saya hampir lecet gara-gara kamu.!" Memarahi Sabrina sambil menuding ke arahnya.
Sabrina yang merasa kesal dan nafasnya kembang-kempis, juga merasa kesal. Karena pria itu sudah jelas-jelas salah tapi masih tidak mau mengaku. Karena kesal, Sabrina berjalan mendekati pria itu, Iya menatap dengan memasang wajah datar dan menghela nafas kasar.
Sabrina melirik ke arah mobilnya lalu iya mengambil tanah yang berlumpur dan mengoleskan ke mobil pria itu dengan penuh kekesalan. Pria itu kaget dan melotot.
"Eh, apa-apaan kamu?" Sambil berusaha menghentikan kelakuan Sabrina. Dengan wajah kesal tanpa senyum sedikitpun yang tergambar di wajah Sabrina, Iya pun membalas perkataan laki-laki itu.
"Kamu yang apa-apaan. Sudah jelas-jelas kamu yang salah, masih saja nyalahin Aku. Kamu lihat ini! Makanan Aku tumpah dan kotor gara-gara kamu. Sudah ga tanggung jawab, seenaknya sendiri lagi." Sabrina sedikit manyun.
"Lah, justru kamu yang salah. Sudah salah, ga minta maaf, merasa paling benar sendiri lagi." Pria itu melotot ke arah Sabrina. Sabrina dengan sengaja petik jari berkali-kali dihadapan wajah pria itu.
"Memang susah ya, ngomong sama kamu. Kamu tahu kan, bahwa ini jalanan sempit. Ini bukan jalanan kota. Kenapa kamu masih mengemudi dengan kecepatan tinggi?" Sabrina sedikit mendongak dan tidak mau kalah.
"Oh memang ini jalan punya nenek moyang kamu? Suka-suka gua lah." Dengan sombongnya.
"Dasar laki-laki sombong! Dengar ya, ini jalan untuk semua orang. kamu ga bisa seenaknya ugal-ugalan. Kalau kena anak kecil bagaimana? Dasar!" Sambil mendorong pria tersebut.
Setelah mendorong laki-laki itu, Sabrina langsung pergi begitu saja. Dan meninggalkan pria tersebut. Pria tersebut sangat geram terhadap Sabrina. Dan mengoceh sendirian.
"Awas lo ya, kalau sampai ketemu lagi. Akan Aku balas kamu!" Teriaknya.
Sabrina kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal dan menggerutu tidak jelas. Kemudian Sabrina mengganti makanan yang baru untuk kedua orang tuanya. Dan Sabrina cepat-cepat mengantar makanan tersebut kepada ayah dan Ibunya yang sedang berada di ladang.
Sabrina takut, jika orang tuanya merasa lelah dan lapar. Karena memang sudah waktunya untuk makan siang. Sesampainya di ladang, Sabrina melihat orang tuanya dari kejauhan. Karena untuk sampai ke ladang mereka, Sabrina harus melewati beberapa ladang.
Meskipun jalan di ladang sangatlah kecil, tetapi Sabrina sudah sangat mahir berjalan disitu. Sabrina berjalan dengan langkah cepat agar segera sampai ke ladang orang tuanya. Dari jauh, Sabrina melihat ayah dan Ibunya yang sedang beristirahat di sebuah rumah-rumahan kecil yang terbuat dari bambu. Rumah-rumahan itu terletak di tengah ladang.
"Ayah.. Ibu.." Panggil Sabrina. Dan mereka menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.
"Maaf ya Ayah, Ibu. Aku telat mengantar makanan. Soalnya tadi makanannya tumpah di jalan.. Karena tadi, ada mobil yang melaju dengan cepat hampir menabrak Sabrina." Mendengar penjelasan Sabrina, Sontak saja Ayah dan Ibunya merasa terkejut.
"Apakah kamu tidak apa-apa? Ataukah ada yang luka?" Sang Ayah khawatir terhadap putrinya. Dengan menghela nafas, Sabrina pun menjawab pertanyaan Ayahnya.
"Enggak kok yah, Aku tidak apa-apa." Ayah dan Ibunya merasa sangat lega mendengarnya.
Tetapi, Sabrina masih merasa kesal dengan pria tadi. Namun, Sabrina menyembunyikan kekesalannya dihadapan orang tuanya. Sambil mengepalkan tangan, Iya pun langsung memukul tiang pondasi rumah-rumahan itu. Ayah dan Ibu Sabrina merasa kaget dengan hentakan Sabrina.
"Sabrina, apa kamu sedang baik-baik saja?"Ayahnya merasa heran dengan sikapnya kali ini. Sabrina langsung mengelak.
"Oh e-enggak apa-apa kok yah.. Sabrina cuma merasa tangan Sabrina sakit saja." Sabrina gugup.
Sabrina tak ingin berlama-lama ada di ladang. Takut Ayahnya bertanya yang tidak-tidak. Sabrina pun pamit pulang kepada mereka. Berjalan sambil ngedumel sendiri. Sesampainya di jalan, Sabrina tidak sengaja melihat mobil tadi.
Sabrina berjalan mendekati mobil tersebut dan mengamatinya. Dengan menghitung jarinya, Sabrina bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah mobil itu adalah mobil yang tadi.
Ingin Sabrina kasih pelajaran, namun Sabrina takut salah orang. Dengan celingak-celinguk, Sabrina melihat sekitar. Dan dari kejauhan nampak laki-laki itu. Sabrina memicingkan matanya. Rasa dendam pun masih ada di hati Sabrina.
Muncul sebuah Ide nakal dari benak Sabrina. Sabrina mengempeskan ban mobil milik pria itu. Setelah semua beres, Sabrina dengan puasnya membersihkan tangannya dengan menepuk. Lalu Sabrina pun pergi dari tempat itu. Tidak sengaja jepit rambut Sabrina terjatuh.
Laki-laki itu awalnya tidak sadar jika ban mobilnya sudah kempes. Iya tetap saja ngobrol dengan seorang pemilik ladang tersebut sambil berjalan.
"Vino, terimakasih sudah berkunjung kemari." Pria itu disebut Vino. Vino mengangguk sambil tersenyum kepada orang itu. Vino ingin pamit untuk pulang, tetapi Vino melihat ban mobilnya kempes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
?????
sukses selalu
2022-10-08
1